Sinopsis The Day of Becoming You Episode 2 - 2

Untungnya Sheng Sheng terselamatkan berkat Manajer yang mau pergi ke kamarnya Jiang Yi untuk mengambil earphone-nya yang ketinggalan. Kamarnya Jiang Yi ternyata yang paling pojok. Kedua rekan Jiang Yi sedang tidak ada karena ada jadwal masing-masing.

Sheng Sheng santai saja masuk pakai sandal rumahnya yang kontan saja membuat Manajer keheranan. Baru saat melihat Manajer copot sandal, Sheng Sheng akhirnya paham kalau dia juga harus mencopot sandalnya karena memang itu aturan masuk ke kamar Jiang Yi.

Manajer benar-benar khawatir melihat segala keanehan Jiang Yi hari ini. Apa dia baik-baik saja? Apa dia pusing? Ah! Benar! Sheng Sheng langsung pura-pura sakit, memanfaatkan alasan itu untuk menghindari pemotretannya. Tapi sayang, Manajer tak terpedaya, pokoknya nanti sore dia akan jemput Jia Yi.

Setelah Manajer pergi, Sheng Sheng mengecek ponselnya Jiang Yi dan mendapati ada beberapa pesan dari Ayahnya Jiang Yi yang mengkhawatirkannya. Tiba-tiba teleponnya berbunyi dari seorang wanita bernama Li Zhen.

Sheng Sheng kaget banget sampai dia tak sengaja menerima telepon itu. Ternyata itu Ibunya Jiang Yi. Dia juga mengkhawatirkan Jiang Yi. Tapi tampak jelas hubungan mereka dingin dan canggung. 

Tak banyak hal yang Ibu ucapkan, ia lega mendengar Jiang Yi baik-baik saja lalu pamit dan menutup teleponnya. Wah! Sheng Sheng mengerti sekarang, sifat dingin Jiang Yi pasti menurun dari ibunya.

Tiba-tiba teleponnya berbunyi lagi, kali ini dari Jiang Yi yang menelepon dari nomornya Sheng Sheng. Sheng Sheng langsung nyerocos heboh menuntut penjelasan atas keanehan ini. 

Dia ingin banget menemui Jiang Yi, tapi dia tidak bisa keluar. Manajer dan para reporter ada di luar rumahnya. Manajer tadi juga bilang kalau dia ada pemotretan sore ini. Dia harus bagaimana?

Jiang Yi yang lebih tenang dalam menghadapi situasi ini, meyakinkan Sheng Sheng untuk tidak khawatir. Mereka harus bertemu, tapi dia tidak bisa ke sana. Jadi harus Sheng Sheng yang datang kemari menemuinya.

Sekarang dia selesaikan saja dulu pemotretan majalahnya. Gampang kok, dia cuma perlu diam saja di depan kamera dan ikuti instruksi fotografernya. 

Sheng Sheng masih ingin tanya lagi, tapi tiba-tiba terdengar suara Ibunya Sheng Sheng yang menyuruhnya untuk bersiap pulang. Maka sebelum mengakhiri teleponnya, Jiang Yi memberikan instruksi terakhir pada Sheng Sheng.

Ayahnya Sheng Sheng memasakkan banyak sekali makanan enak untuk putri mereka itu. Tapi yang dilihat Jiang Yi adalah banyaknya kalori yang terkandung dalam semua makanan itu.

Ibu memberinya lauk sambil mengomel tak senang karena dulu Sheng Sheng tidak mau mendengarkan omongan Ibu yang sebenarnya menginginkannya jadi guru. Sheng Sheng malah bersikeras memilih jurusan jurnalisme, ternyata pekerjaan ini bukan hanya melelahkan, tapi juga membahayakan nyawa Sheng Sheng.

Ayah sontak membela putri mereka dan memberikan lauk juga untuk Jiang Yi. Jiang Yi menolak makan, membuat Ayah dan Ibu jadi keheranan sama dia. Untungnya mereka tidak berpikir macam-macam dan menduga kalau Sheng Sheng mungkin masih shock.

Tong Hua datang saat itu, tapi tentu saja Jiang Yi hanya diam menatapnya dengan keheranan. Saat Tong Hua menuntut alat perekamnya, Jiang Yi dingin berkata kalau dia tidak tahu. 

Yah sudah, Tong Hua tak mempermasalahkannya. Yang penting Sheng Sheng baik-baik saja. Yang penting Sheng Sheng kirimkan saja file-nya padanya nanti. Dia menggelitiki dagu dan mengelus sayang kepala Jiang Yi lalu pamit. 

Sikapnya biasa saja karena dia dan Sheng Sheng memang biasanya begitu, tapi Jiang Yi tidak biasa dibegituin dan jelas saja sentuhan Tong Hua itu membuatnya tak nyaman.

Saat masuk ke kamarnya Sheng Sheng, Jiang Yi mendapati banyak sekali poster-posternya Jia Shu tertempel di mana-mana. Bahkan ada satu foto Jiang Yi bersama Jia Shu. Tapi Sheng Sheng sengaja menutupi fotonya Jiang Yi dengan fotonya sendiri biar mereka kelihatan kayak pasangan. Jiang Yi tidak terima dan langsung mengganti posisi fotonya Sheng Sheng untuk menutupi mukanya Jia Shu.

Tiba-tiba Sheng Sheng menelepon lagi cuma untuk memberitahu Jiang Yi kalau dia mau ganti baju. Tapi dia memperingatkan Jiang Yi untuk tidak melepas pakaiannya. Jiang Yi masa bodo dan langsung mematikan teleponnya.

Sheng Sheng malu sebenarnya. Tapi saat akhirnya dia membuka piyamanya, dia langsung terkagum-kagum dengan perut sixpack-nya Jiang Yi. Dia bahkan hampir mau memotretnya buat dikirim ke Tong Hua, tapi sedetik kemudian dia sadar diri dan jadi malu sendiri dengan pikiran nakalnya.

Saatnya pemotretan. Sheng Sheng tegang banget sebenarnya. Karena tema pemotretan kali ini adalah tentang perlindungan lingkungan, jadi fotografer menginstruksikannya untuk santai saja. Dia cuma perlu duduk berpose di kursi itu.

Tapi tetap saja Sheng Sheng tak tahu harus bagaimana. Dia duduk diam saja, tapi malah mendengar orang-orang di belakang kasak-kusuk mengejeknya. Akhirnya dia berinisiatif berpose dengan senyum lebar yang kontan membuat semua orang shock sekaligus kagum. 

Baru kali ini mereka melihat Jiang Yi tersenyum selebar itu. Dia sungguh menawan saat tersenyum. Segala pujian mereka itu membuat Sheng Sheng jadi semakin pede untuk terus menampilkan segala macam pose imut dengan senyum lebarnya.

Istirahat pemotretan, Sheng Sheng tiba-tiba kebelet. Tapi dia bingung harus ke toilet apa. Cowok apa cewek? Saat dia memutuskan untuk masuk ke toilet cewek saja, mendadak ada cowok yang muncul dan memberitahunya bahwa toilet pria ada di sebelah.

Hadeh! Galau! Ah yah sudahlah, Sheng Sheng akhirnya masuk ke toilet pria. Tapi semua bilik sedang penuh, terpaksalah Sheng Sheng harus pakai urinal.

Gara-gara itu, dia langsung menelepon Jiang Yi dan memberitahu kalau dia tidak akan makan dan minum, dan memperingatkan Jiang Yi untuk tidak minum juga biar dia tidak ke toilet. Jiang Yi mengiyakannya saja, padahal dia sedang minum teh. Pfft!

Saat dia kembali ke ruang ganti, Manajer langsung menghidangkan minuman dan makan siang untuknya. Sheng Sheng bertekad menolak makan, tapi perutnya mendadak mengkhianatinya dengan berbunyi sangat nyaring. Dia jelas butuh makan sekarang. 

Tapi bekal yang diberikan Manajer masih sama seperti tadi, sayur mayur dan dada ayam yang sama sekali tidak terlihat enak. Saat dia protes, Manajer mengingatkan bahwa dia harus diet. Manajer bahkan memperingatkannya untuk tidak banyak makan nanti malam. Iiiish! Nyebelin deh!

Sementara Sheng Sheng menderita karena hanya bisa makan makanan tak enak, Jiang Yi justru dimanjakan oleh Ayah yang memasakkan begitu banyak hidangan yang bergizi untuknya. Memang makanan-makanan itu pastinya berkalori tinggi. Jiang Yi sempat ragu awalnya, tapi dia lapar, akhirnya dia mencoba saja memakannya... dan langsung terkagum-kagum dengan rasanya. 

Ayah dan Ibu sempat tercengang juga, soalnya putri mereka biasanya selalu protes kalau Ayah memasak makanan obat. Mereka jelas senang melihat putri mereka akhirnya makan dengan lahap. Mereka jadi semangat mengambilkan berbagai lauk dan sayur untuknya dan Jiang Yi memakan semuanya dengan rakus sampai kekenyangan dan puas.

Saat Manajer kembali tak lama kemudian, Sheng Sheng langsung mengusulkan agar mereka menjenguk Sheng Sheng usai pemotretan nanti. Manajer sontak kesal menggerutui si reporter itu. Kalau bukan karena dia, segalanya pasti akan baik-baik saja. Sheng Sheng jadi merasa bersalah mendengarnya, tapi... dia rasa ini bukan salah reporter itu kok, itu kan kecelakaan.

"Kecelakaan apanya? Jelas-jelas orang itu punya rencana. Karena dia nekat pura-pura jadi penggemarmu, dia pasti menyebabkan masalah lain juga. Aku berani bertaruh kalau akun mereka pasti bermasalah. Dia sendiri juga bukan orang baik." 

"Hentikan!" Bentak Sheng Sheng tersinggung. 

Baru sadar sedetik kemudian, Sheng Sheng menjelaskan maksudnya adalah bahwa menurutnya, Sheng Sheng tidak seburuk itu. Setelah mengenal Sheng Sheng, dia menyadari kalau Sheng Sheng sebenarnya seorang reporter yang sangat hebat, punya etos kerja yang baik dan punya prinsip. 

Dia pernah membaca artikel mereka dan artikel mereka tidak sembarangan ditulis, mereka punya cukup bukti. Karena itulah, Sheng Sheng menyarankan agar lain kali mereka bekerja sama dengan Sheng Sheng saja untuk mewawancarai para artis mereka. 


Manajer agak heran juga mendengarnya, tapi okelah, akan dia pertimbangkan sarannya Jiang Yi. Sheng Sheng sekali lagi mengusulkan agar mereka menjenguk Sheng Sheng malam ini, Manajer jadi makin heran padanya. Sheng Sheng buru-buru beralasan bahwa akan sangat bagus baginya jika dia berhubungan baik dengan reporter.

"Jiang Yi, kau sudah berubah." Manajer heran. Tapi mendadak dia berubah antusias mengucap terima kasih pada Dewa karena Jiang Yi telah berubah. Akhirnya sekarang pekerjaannya bisa menjadi lebih mudah. Fiuh! Untung saja si Manajer tidak curiga apa-apa.

Tak lama kemudian, mereka pergi ke rumahnya Sheng Sheng. Sheng Sheng refleks membuka rak dekat pintu untuk mengambilkan sandal rumah yang jelas saja mengherankan Manajer. 

Tapi tidak ada waktu untuk menanyakan sikap anehnya itu karena mereka sedang bertamu sekarang. Ayah dan Ibu menyambut mereka ramah. Tapi saat Ibu menghidangkan teh untuk mereka, Sheng Sheng lagi-lagi refleks berkata... "Terima kasih, Ma."

Sontak saja semua mata langsung menatanya keheranan. Baru sadar, Sheng Sheng buru-buru meralat kalimatnya. "Terima kasih dan ma... af sudah merepotkan. Saya tidak minum teh."

Jiang Yi dengan cepat menyela untuk mengajak Sheng Sheng ke kamar dengan alasan untuk membicarakan pekerjaan. Berduaan di kamar, Sheng Sheng tiba-tiba mendekati tubuh aslinya dan langsung mencubit pipinya, kagum melihat tubuhnya sendiri. Bagaimana perasaan Jiang Yi berada di dalam tubuhnya? Apa Jiang Yi terbiasa? Tiba-tiba dia baru sadar kalau Jiang Yi ganti baju.

Jiang Yi santai saja mengaku kalau dia juga mandi, dia tidak suka bau rumah sakit soalnya. Iiish! Sheng Sheng langsung mendengus heboh saking kesalnya. Tapi yah sudahlah. Apa sekarang Jiang Yi sudah punya ide harus bagaimana?

"Belum."

"Augh! Aku bekerja sangat keras sebagai dirimu, tapi kau menikmati kehidupan damai di rumah dan bahkan mandi?"

Jiang Yi malah dengan sengaja melirik dadanya. Astaga! Jangan-jangan saat mengganti pakaian dalam, dia...? Jiang Yi malah dengan santainya mengaku kalau dia justru tidak pakai daleman. Pfft!

Bersambung ke episode 3 

Post a Comment

0 Comments