Sinopsis You Are My Hero Episode 31 - 2

Ke Lei dan Mi Ka dalam perjalanan pulang dari belanja sambil bercanda mesra. Mereka ingin bikin steak. Mi Ka ingin dia sendiri yang menggorengnya, tapi Ke Lei malah mengejek kemampuan masaknya, membuat Mi Ka jadi sebal.

Tepat saat mereka tiba di depan gedung, mereka mendapati ada dua orang wanita muda yang sudah menunggu Ke Lei. Salah satunya sakit sehingga harus duduk di kursi roda.

Mereka kakak-beradik Shen, putrinya mendiang Kapten Shen, Kaptennya Ke Lei yang dulu. Kedua gadis itu langsung sumringah begitu melihat Ke Lei, tampak jelas mereka menyukai Ke Lei, terutama si kakak yang duduk di kursi roda, memanggil Ke Lei 'Kakak Ke Lei' dengan nada melas dan manja.

Tapi begitu Ke Lei memperkenalkan Mi Ka sebagai pacarnya, senyum mereka langsung sirna. Mereka kelihatan kalem di hadapan Ke Lei, tapi tampak jelas mereka tidak sebaik tampilan luar mereka.

Ke Lei dan Mi Ka menyambut kedua gadis itu ke dalam rumah mereka di mana kedua gadis itu dengan gaya melas mereka memberitahu Ke Lei bahwa kehidupan mereka tidak begitu lancar sejak ayah mereka meninggal dunia.

Si Kakak Shen mengalami kecelakaan mobil setahun yang lalu dalam perjalanan pulang kerja dan sejak itu kakinya tidak bisa pulih dengan baik. Bahkan sejak sebulan yang lalu, dia semakin kesulitan berjalan.

Mendengar itu, Ke Lei langsung mengusulkan agar mereka periksa dulu ke rumah sakit. Kebetulan Mi Ka adalah dokter.

Mi Ka ingin bicara, tapi si Adik Shen nggak sopan banget menyela omongannya hanya untuk berterima kasih pada Ke Lei seorang. Jelas saja Mi Ka jadi canggung dan akhirnya cepat-cepat meninggalkan mereka ke dapur dengan alasan mau membuatkan mereka makanan.

Kedua kakak-adik itu lalu numpang ke toilet, tapi malah mendapati barang-barangnya Mi Ka dan Ke Lei berdampingan di sana, jelas menunjukkan mereka tinggal bareng.

Fakta itu sontak membuat mereka cemburu berat hingga mendadak memaksa ingin tinggal di rumah ini juga. Untungnya Ke Lei menolak mereka dengan tegas dan berinisiatif memesankan hotel untuk mereka.

Si Adik Shen ngotot mau tinggal di sini saja dengan alasan tak punya uang dan tak enak kalau harus menggunakan uangnya Ke Lei untuk tinggal di hotel.

Tapi Ke Lei tetap teguh dengan keputusannya dan berkata kalau dia akan mencarikan hotel dekat rumah sakit untuk mereka. Si Adik Shen masih saja mau ngotot, untungnya si Kakak Shen menyela dan dengan gaya sok manisnya memutuskan untuk menuruti kemauan Ke Lei.

Dia kelihatan manis banget, padahal begitu Ke Lei menyusul Mi Ka ke dapur, mukanya langsung berubah sebal. Berbeda dengan adiknya, si Kakak Shen lebih pintar menyembunyikan emosinya dan memperingatkan adiknya itu untuk tidak menunjukkan muka cemberutnya.

Ke Lei mau menjelaskan tentang kakak-adik itu, tapi Mi Ka sepertinya sedang ngambek dan langsung mengabaikannya. Dia bahkan menolak dibantu sama Ke Lei, membuat Ke Lei jadi canggung dan tak enak hati padanya.

Mi Ka berbaik hati menyajikan mangkok mie pertama untuk si Kakak Shen, tapi si Kakak Shen malah memberikannya pada Ke Lei sambil berusaha pamer keakraban mereka dengan mengklaim bahwa sejak kecil mereka selalu menyajikan makanan untuk Ke Lei lebih dulu.

Ke Lei jelas makin tak enak pada Mi Ka, maka dia langsung memberikan mie itu ke Mi Ka sambil menjelaskan ke Mi Ka bahwa mendiang Kapten Shen dulu memang orang yang sungkanan sama orang. Si Adik Shen mengklaim kalau ayah mereka dulu bersikap begitu hanya pada Ke Lei seorang.

Si Kakak Shen dengan akting sok manisnya pura-pura tak enak pada Mi Ka karena sudah mengganggu mereka dan meyakinkan kalau mereka tidak akan tinggal di sini.

Usai makan, Ke Lei mengantarkan kakak-adik itu ke hotel dan berbaik hati meladeni keinginan si Kakak Shen. Dia bahkan memesankan kamar yang cukup besar untuk mereka agar si Kakak Shen lebih leluasa untuk bergerak ke sana kemari dengan kursi rodanya.

Si Adik Shen sengaja membiarkan mereka berduaan di kamar dengan alasan mau menelepon, padahal di menguping di luar pintu. Si Kakak Shen mendadak pura-pura sedih dengan alasan mereka bertemu lagi dalam keadaan seperti ini setelah sekian tahun.

Seketika itu pula si Adik Shen mendadak masuk sambil pura-pura menuduh Ke Lei yang membuat kakaknya menangis. Si Adik Shen memberitahu Ke Lei bahwa kehidupan mereka cukup buruk sejak kedua orang tua mereka meninggal. 

Memang mereka diberi subsidi oleh tim SWAT. Tapi dia yang bersalah karena gagal menjalankan bisnis kecil-kecilan yang pada akhirnya malah menghabiskan semua tabungan mereka sehingga mereka tidak punya biaya saat kakaknya kecelakaan.

Pelakunya sebenarnya ingin bertanggung jawab, tapi dia sendiri mengalami kesulitan ekonomi. Prihatin, Ke Lei meyakinkan bahwa dia akan membantu mereka untuk menyembuhkan kakinya si Kakak Shen.

Si Kakak Shen langsung berakting sakit kepala. Ke Lei percaya-percaya saja sama aktingnya. Dia jadi cemas dan langsung berinisiatif keluar untuk membelikan obat sakit kepala.

Tapi dia cukup kesulitan karena obat itu cukup langka dan susah dicari sehingga dia harus keliling kota mencarinya. Dan itu memberi kesempatan pada kakak-adik Shen untuk berdiskusi panjang lebar tentang situasi tak terduga ini.

Si Kakak Shen memang sengaja melakukan itu untuk semakin mengulur waktunya Ke Lei, biar Ke Lei pulang larut malam dan tidak bisa menjelaskan apapun pada pacarnya.

Si Adik Shen bingung harus bagaimana. Sepertinya Ke Lei benar-benar jatuh cinta sama pacarnya itu. Mi Ka bahkan tahu tentang ayah mereka. Sepertinya mereka ingin segera menikah.

Si Kakak Shen sinis tak mempercayainya, persyaratan keluarga Xing sangat tinggi. Dan lagi, kakaknya Ke Lei itu sangat menakutkan. Mereka saja masih ngeri kalau ingat bagaimana Ke Yao memarahi mereka dulu.

Karena itulah si Kakak Shen yakin hubungan mereka tidak mungkin bisa semulus itu karena ada Ke Yao. Mi Ka pasti tidak akan bertahan lama. (Pfft! Nggak tahu mereka kalau Ke Yao sangat menyetujui hubungan adiknya dan Mi Ka)

Si Kakak Shen bahkan dengan kepedean tingkat dewanya meyakini bahwa dirinyalah yang seharusnya jadi pacarnya Ke Lei kalau saja mereka dulu tidak terpisah.

Si Adik Shen bingung harus bagaimana sekarang. Padahal mereka datang dengan harapan Ke Lei akan merasa berhutang budi terhadap mendiang ayah mereka sehingga dia akan mengurus hidup mereka dan menyembuhkan kaki Kakak Shen.

Hidup mereka pasti akan kembali berjaya jika mereka menjadi bagian dari keluarga Xing. Tapi ternyata Ke Lei malah sudah punya pacar. Terus sekarang harus bagaimana?

Jelas mereka harus ganti strategi. Si Kakak Shen sengaja membuat Ke Lei pulang larut. Dengan begitu, Mi Ka akan salah paham dan mereka akan cekcok. Dia yakin kalau Mi Ka bukan orang yang sebijaksana itu. (Pfft! Meremehkan Mi Ka)

Hari sudah petang, tapi Ke Lei malah terhadang macet di tengah jalan. Dia langsung menelepon Mi Ka untuk mengabarkan kalau dia akan pulang agak larut, mungkin cemas mengira Mi Ka akan salah paham padanya karena belum pulang, padahal Mi Ka malah sedang asyik sendiri menonton video operasi sambil ngemil gorengan. Wkwkwk!

Karena Ke Lei sedang menyetir dan tidak aman teleponan sambil menyetir, jadi Mi Ka buru-buru menyudahi teleponnya. Tapi Ke Lei malah jadi bingung dengan sikap Mi Ka. Dia marah atau tidak sih sebenarnya?

Ke Lei akhirnya mendapatkan obatnya dan saat dia kembali ke hotel, dia mendapati si Kakak Shen sudah tidur (pura-pura doang). Dia mau pamit, tapi si Adik Shen cepat-cepat mencegahnya dan berusaha meminta Ke Lei untuk tetap di sini menemani kakaknya dengan alasan kakaknya itu selalu mengucap kata-kata menyedihkan setiap kali sakit kepala.

Dia mengklaim kalau kakaknya depresi cukup lama, obat hanya bisa meredakan sakitnya sebentar saja, tapi setelah itu kakaknya jadi semakin tidak percaya diri terhadap tubuhnya.

Dia mengklaim bahwa tadi kakaknya juga seperti itu, bilangnya tidak mau berobat lagi dan tidak mau buang-buang uang. Saat ini hanya Ke Lei yang bisa menenangkan kakaknya itu. Mungkin kakaknya sudah bosan mendengarkan ocehannya.

Dia sengaja cari-cari alasan mau membeli barang di supermarket terdekat biar Ke Lei bisa tetap di sana menjaga kakaknya. Dan Ke Lei dengan polosnya menuruti keinginannya padahal dia sudah gelisah ingin segera pulang.

Qing Xia kerja lembur saat tiba-tiba saja ada penggemar gila yang DM dia dengan pesan bernada sayang bak seorang pacar. Padahal Qing Xia sudah memblokir orang itu, tapi orang itu mengganti nama dan mengganggunya lagi.

Orang itu bahkan mengiriminya makanan. Iiih! Qing Xia sontak membuangnya ke tong sampah, memblokir orang itu, lalu menelepon Mi Ka. Niatnya mau curhat tentang masalahnya sendiri, tapi malah Mi Ka yang jadi curhat ke dia tentang kedatangan kedua putri mendiang Kapten Shen itu.

Mi Ka menceritakan segalanya, termasuk bagaimana kedua kakak-adik itu memanggil Ke Lei dengan sebutan 'Kakak Ke Lei'. Dia sama sekali tidak berpikir macam-macam akan hal itu dan hanya kasihan pada kedua gadis itu.

Tapi Qing Xia jelas bisa merasakan keanehan kedua wanita itu dilihat dari cara mereka memanggil Ke Lei. Dia tahu kalau belakangan ini Mi Ka dan Ke Lei bagaikan lem yang menempel kuat pada satu sama lain, belahan jiwa yang sulit dipisahkan.

Tapi dia tetap memperingatkan Mi Ka untuk berhati-hati. Sealim-alimnya Ke Lei, Qing Xia tak percaya kalau Ke Lei tidak pernah merasakan gejolak pubertas atau semacamnya.

Tapi Mi Ka sama sekali tidak merasa itu aneh. Wajar kan seseorang melewati fase pubertas. Kalau tidak pernah, itu baru aneh.Wah! Qing Xia tak percaya mendengarnya. Mentalitas Mi Ka kuat banget yah.

Bukan begitu sih, hanya saja barusan dia menonton video operasi, jadi dirinya sekarang ini dia sebanjiri oleh ilmu pengetahuan. Qing Xia pasti tidak tahu bagaimana rasanya berenang di samudera pengetahuan.

"Iya deh, aku memang tidak mengerti. Aku sampai lupa kalau aku meneleponmu karena ingin mengeluh."

"Ingin mengeluh apa?"

Bersambung ke episode 32

Post a Comment

0 Comments