Sinopsis You Are My Hero Episode 31 - 1

Usai reuni, Ke Yao memberitahu Dokter Shao bahwa kamera digital-nya Dokter Shao ada padanya. Jadi dia mengajak Dokter Shao untuk mengambilnya di rumahnya. Dulu Dokter Shao mengirim kamera itu padanya, dan Ke Yao masih menyimpannya sampai sekarang.

Pada saat yang bersamaan, Ke Lei menjemput Mi Ka pulang dan mengajaknya untuk makan bersama di rumah kakaknya. Tapi mereka malah tidak menyangka akan bertemu dengan Ke Yao dan Dokter Shao di lift apartemen.

Ke Lei dan Mi Ka sontak saling melempar senyum geli melihat kedua orang itu pulang bareng. Ke Lei jadi makin penasaran saat kemudian dia melihat mereka masuk kamarnya Ke Yao dan langsung meluncur ke depan pintu kamarnya Ke Yao untuk menguping.

Melihat cepatnya perkembangan hubungan mereka ini, Ke Lei rasa sebentar lagi dia bakalan harus mengubah panggilannya pada Dokter Shao menjadi 'Kakak Ipar'.

Tapi kemudian dia memutuskan untuk berhenti menguping dan mengajak Mi Ka makan saja. Ke Lei menduga kalau hubungan mereka menjadi semakin erat sejak dia operasi.

Mi Ka tak yakin. Dia rasa mereka semakin dekat sejak saat Dokter Shao menerima telepon. Waktu itu dia tampak tersipu malu saat dia bilang kalau dia mau makan bersama atau semacamnya. Yang dia maksud pasti Ke Yao.

Ke Yao membawakan sebuah kotak besar di mana dia menyimpan kamera digital itu. Entah apa lagi isi kotak besar itu. Ke Yao mengklaim bahwa isi kotak itu adalah sesuatu yang jika dilihat, hanya akan membuang banyak waktu.

Tiba-tiba Ke Lei masuk untuk membawakan dua botol air untuk mereka dan langsung kepo sama kotak besar itu. Tapi Ke Yao langsung mengusirnya dengan alasan menyuruh Ke Lei menemani Mi Ka saja di luar.

Tapi Ke Lei dengan sengaja mengompori Dokter Shao untuk melihat-lihat isi kotak itu. Jika tidak, Dokter Shao pasti akan menyesal. Isinya pasti sesuatu yang bagus.

Dokter Shao jadi penasaran juga dan langsung minta izin untuk melihat isi kotak itu. Ke Yao setuju. Isinya adalah barang-barang kenangan mereka dulu. Dokter Shao juga menemukan beberapa lembar foto dirinya yang diambil diam-diam, dan juga foto kedua kaki mereka, berdiri beriringan.

Ke Lei dan Mi Ka sudah selesai makan, meja pun sudah dibersihkan, tapi kedua orang itu masih belum keluar juga. Mi Ka sudah mengantuk dan ingin pulang saja.

Tapi Ke Lei sontak menariknya kembali, menolak ditinggalkan begitu saja. Rasanya akan sangat canggung kalau dia sendirian menghadapi kedua sejoli itu.

Hmm, ngomongnya sih gitu, tapi Ke Lei jelas punya maksud tersembunyi lain dengan memanfaatkan situasi ini. Dia mengklaim kalau kakaknya masih belum menikah sampai sekarang tuh karena dirinya. Coba bayangkan, pria macam apa yang sudah segede ini, tapi masih tinggal serumah sama kakaknya.

Pfft! Mi Ka geli mendengarnya. "Menurutku kau tidak sepenting itu."

Pantang menyerah, Ke Lei memberitahu Mi Ka tentang keanehan kakaknya beberapa hari yang lalu, saat kakaknya memakai kembali seragam lamanya lalu berputar-putar sambil senyam-senyum gaje di depan kaca bak gadis remaja lagi kasmaran.

Kalau kedua orang itu tidak segera balikan, mungkin kakaknya bakalan jadi gila beneran. Sekarang saja mereka berada di dalam kamar begitu lama, tidak keluar-keluar. Makanya Ke Lei tidak mau jadi obat nyamuk terus di sini.

Padahal Ke Yao dan Dokter Shao tidak keluar-keluar karena mereka sebenarnya sadar betul kalau Ke Lei sedang memanfaatkan situasi ini.

Sudah hampir tengah malam, mereka masih juga belum keluar. Ke Lei mengklaim kalau kedua orang itu pasti sedang memberinya isyarat untuk pergi saja.

Yah sudahlah, Ke Lei mau balik ke markas saja. Tapi... terlalu berbahaya menyetir larut malam begini, apalagi dia masih belum pulih sepenuhnya. Pfft! Mi Ka langsung bisa membaca taktiknya dan jadi geli karenanya.

Dia menawari Ke Lei untuk menginap semalam di rumah seberang saja. Ke Lei sok jual mahal, mengklaim kalau itu tidak terlalu pantas. Tapi saat Mi Ka hendak menarik kembali tawarannya, Ke Lei mendadak menyeretnya pulang ke rumah seberang.

Berhubung sekarang Ke Lei sudah sukses mencapai keinginannya, Dokter Shao pun pamit dan pergi dengan hanya membawa kamera digitalnya.

Akhirnya! Ke Lei berhasil juga kembali ke rumahnya sendiri. Saking girangnya, saat Mi Ka masuk kamar mandi, Ke Lei mendadak menggila dengan beraksi ala-ala pemain opera... tepat saat Mi Ka mendadak keluar dari kamar mandi. Hehe. Malunya Ke Lei. (Si kapten bobrok banget yah kalau lagi di rumah sendiri)

Mi Ka geli melihatnya. Ke Lei pun langsung berubah kembali jadi dirinya yang sok cool. Sepertinya mereka sudah menyepakati beberapa aturan yang harus Ke Lei taati selama mereka tinggal bersama. Intinya mereka hanya jadi semacam teman serumah yang beda kamar, gitu. Dan begitu Mi Ka masuk kamarnya sendiri, Ke Lei sontak berubah menggila lagi.

Keesokan paginya, keduanya keluar kamar masing-masing pada saat yang bersamaan... dan langsung rebutan kamar mandi kayak anak kecil. Mi Ka yang akhirnya menang dan tak ada yang bisa Ke Lei lakukan selain mengeluh dan menunggu.

Ke Lei lalu bertemu dengan Wen Bo di restoran. Wen Bo penasaran dengan perkembangan kondisi Ke Lei dan rencananya untuk mengikuti kompetisi SWAT nasional. Apa dia punya cukup waktu untuk berlatih dan memulihkan diri?

Ke Lei berkata bahwa dia akan berusaha untuk memulihkan dirinya. Tapi jika benar-benar tidak bisa, dia akan ikut kompetisi tahun depan saja. Wah! Wen Bo kagum mendengar sikap bijak Ke Lei sekarang. Sebelumnya Ke Lei hanya ingin menang terus, tidak boleh kalah.

"Ini semua karena Mi Ka juga. Lihatlah dia, sikapnya terhadap profesinya sangat polos. Hanya ingin menjadi dokter yang baik."

Dulu saat mereka memilih menjadi polisi, pikiran mereka juga tidak macam-macam. Tidak pernah berpikir harus memenangkan kompetisi, harus memperlihatkan kehebatan mereka.

Dulu mereka hanya ingin memenuhi nilai diri sendiri di garis depan, berkontribusi bagi masyarakat. Jadi sekarang, bisa dibilang Ke Lei sudah menemukan kembali tujuan awalnya.

"Berdasarkan ucapanmu ini, aku harus mengundang Mi Ka untuk datang sebagai pekerja teladan mereka."

Wen Bo dengar sekarang ini SWAT sedang merekrut dosen, kenapa Ke Lei tidak mempertimbangkannya? Ke Lei menolak, bersikeras mau tetap bekerja di garis depan.

Wen Bo mengerti. Tapi jika Ke Lei terus bekerja di garis depan, maka dia harus piket dan bertugas. Mi Ka juga seorang dokter yang sangat sibuk. Kalau bukan karena pemulihannya Ke Lei belakangan ini, dia tidak mungkin bisa selalu tinggal di rumah.

Apalagi mereka berdua sekarang ini sedang dalam masa kasmaran dan setiap hari ini ketemu. Kalau nanti Ke Lei sudah mulai rutin bertugas lagi, apa hatinya tidak akan khawatir?

Hmm, Ke Lei galau juga memikirkan kebenaran ucapan Wen Bo. Tapi dia tidak mau memikirkannya sekarang, makan dulu saja.

Tiba-tiba Lu Feng datang dan langsung melabrak Wen Bo, menuntut Wen Bo untuk menjauhi Qing Xia jika Wen Bo tidak menyukai Qing Xia, jangan mempermainkan Qing Xia.

Wen Bo malah tidak mau meladeninya, Lu Feng jadi tambah kesal menuntut Wen Bo untuk mengakui perasaannya yang sebenarnya pada Qing Xia jika dia memang pria sejati. Dia suka Qing Xia atau tidak?

"Suka atau tidak, itu urusanku. Apa hubungannya denganmu?"

"Tidak sanggup menggenggamnya, tapi juga tidak mau melepaskannya. Tidak bisa mendapatkannya, tapi juga tidak melepaskannya. Bahkan satu kata 'suka', kau juga tidak berani mengakuinya! Aku benar-benar memandang rendah dirimu!"

Tersulut emosi, Wen Bo sontak mendorongnya... dan akhirnya dia mengaku juga kalau dia memang menyukai Qing Xia. Lu Feng sontak menonjoknya keras, tidak terima dengan sikap Wen Bo yang suka sama Qing Xia tapi tidak bisa menghargai Qing Xia.

Tanpa memedulikan para penonton mereka, Wen Bo sontak balas menonjoknya... hingga Ke Lei harus bertindak melerai mereka, mengingatkan Wen Bo akan profesinya yang bisa saja terancam gara-gara perbuatannya ini.

Setelah mereka mulai bisa tenang, Lu Feng mengaku bahwa dia menyatakan cinta pada Qing Xia tapi ditolak. Karena apa? Karena di hati Qing Xia tidak ada dirinya.

"Jadi karena ini kau berkelahi?" Heran Ke Lei. Dan Wen Bo, hebat juga dia.

Lu Feng sinis mendengarnya. Memangnya apa pesona Wen Bo, sikapnya saja tidak jelas. Berani melakukan, tapi tidak berani mengakui. Sudah mengatakannya, tapi tidak berani mengakui.

Wen Bo penasaran apa yang dikatakan Qing Xia. Mengingat Lu Feng sampai datang kemari dan membuat ulah seperti ini, Ke Lei juga jadi penasaran, katakan saja apa yang dikatakan Qing Xia.

"Dia bilang, kami berdua adalah teman bermain yang baik. Bisa makan, minum dan bersenang-senang bersama. Tapi itu bukanlah cinta. Aku datang ingin memberitahumu. Jika kau menyukai Xia, kau harus terus terang katakan padanya. Jika kau tidak menyukainya, maka jauhi dia. Jangan membingungkannya."

Biarpun cintanya bertepuk sebelah tangan, tapi Lu Feng tetap berharap Qing Xia bahagia. Dia tidak mau Qing Xia bersedih karena Wen Bo terus.

Dalam hal ini, Ke Lei setuju dengan Lu Feng. Wen Bo bisa tanya dia dan Mi Ka jika dia punya masalah apapun. Kalau dia benar-benar berniat untuk mengejar Qing Xia, Ke Lei menyarankannya untuk mengecek medsos orang yang dia kejar itu. Dari situ, Wen Bo bisa mengetahui apa-apa saja yang disukai Qing Xia.

Dan Wen Bo pun langsung melaksanakan saran Ke Lei, mengecek medsos-nya Qing Xia, melihat foto-foto cantik Qing Xia yang kontan membuatnya senyam-senyum gaje.

Tapi ada satu foto yang paling menarik perhatiannya, foto patung kucing. Tapi Wen Bo tidak mengerti itu foto apaan, jadi dia langsung menelepon Mi Ka untuk menanyakan tentang patung kucing itu.

Mi Ka langsung tahu patung kucing apa yang dimaksudnya. Itu Konatsu Negora, tapi agak susah mencarinya karena hanya ada di Jepang, dia harus mencari jasa titip jika ingin mendapatkan patung itu. Oke, Wen Bo tahu apa yang harus dia lakukan. Makasih, yah.

Mi Ka heran, apa yang terjadi sampai Wen Bo tiba-tiba mendapat dorongan untuk mengejar Qing Xia.

"Jadi begini, Lu Feng mengejar Xia. Shu Wen Bo cemburu, jadi dia juga mau mengejarnya."

"Kenapa tidak ada yang mengejarku juga? Biar kau juga cemburu." (Pfft!)

Ke Lei sontak mencubit pinggangnya dengan gemas. "Ngomong apaan sih?"

Eh tapi menurut Mi Ka, Wen Bo memilih waktu yang salah. Belakangan ini hati Qing Xia sangat tenang bak air yang tak bergerak, dia tidak ingin menemui pria mana pun. Mi Ka rasa, Qing Xia serius kali ini. Tidak masalah, Ke Lei rasa itu bagus malah, bisa mengasah Wen Bo.

"Dia masih perlu diasah?"

"Jika dia luar biasa seperti aku, bukankah tidak akan ada masalah yang begitu merepotkan lagi?"

Beuh! Si kapten narsis bener. Mi Ka sontak melepaskan diri darinya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam