Mi Ka mencoba membuatkan bubur untuk Ke Lei. Hasilnya tidak sesuai harapan sebenarnya, tapi Ke Lei tetap memakannya saja. Dia makan dari mangkok biasa, sedangkan Mi Ka makan langsung dari pancinya... malas cuci piring soalnya.
Ke Lei berinisiatif untuk menukar mangkoknya dengan pancinya Mi Ka. Tapi itu malah membuat Mi Ka jadi sebal, mengira Ke Lei secara tak langsung mengatainya gendut. Maka dia sengaja balas dendam dengan memaksa Ke Lei memakan semua bubur itu biar Ke Lei juga jadi gendutan dan mereka akan semakin serasi.
Usai makan, Mi Ka masih terus melarang Ke Lei cuci piring. Lagian Ke Lei kan masih punya banyak waktu di masa mendatang. Jadi mending Ke Lei nonton TV saja.
Tapi saat Ke Lei terlalu heboh nonton pertandingan voli, Mi Ka mendadak mematikan TV-nya, melarang Ke Lei untuk menjadi terlalu emosi, soalnya itu tidak bagus untuk proses pemulihannya.
Ke Lei jelas tidak terima, lagi seru-serunya nih. Dia bisa lebih emosi kalau dilarang nonton. Saat akhirnya dia menyalakan TV-nya lagi, sekarang Mi Ka yang mendadak jadi heboh sendiri sampai memukuli Ke Lei secara tak sadar saking serunya menonton pertandingan itu.
Di markas, Li Nian tiba-tiba membujuk Wen Bo untuk menggantikannya melatih adik sepupunya. Dia tidak ada waktu gara-gara Luo Ting yang mendadak bertukar jadwal dengannya hari ini.
Sepupunya itu setuju untuk membayarnya 200 RMB per jam. Wen Bo ajarkan saja sedikit teknik bela diri padanya, soalnya sepupunya itu dikuntit oleh orang me~~m belakangan ini. Apa Wen Bo tega melihat seorang gadis lugu tak berdoa tersakiti?
Wen Bo penasaran, adik sepupunya Li Nian nih yang mana sih? Kenapa dia tidak pernah dengar sebelumnya? Li Nian mengklaim kalau dia punya banyak sekali sepupu. Wen Bo ingin kenalan sama yang mana?
Tapi akhirnya dia mau juga menurutinya. Tapi setibanya di lokasi, dia malah mendapati orang yang Li Nian bilang sebagai sepupunya, ternyata adalah Qing Xia. Pfft! Sengaja nih Li Nian.
Tapi terlepas dari kebohongan Li Nian, Wen Bo penasaran apakah Qing Xia benar-benar dikuntit orang. Qing Xia mengiyakannya. Ada orang me~~m yang mengaku-aku sebagai penggemarnya dan mengiriminya DM setiap hari dengan kata-kata yang menjijikkan.
Parahnya lagi, orang itu juga tahu alamatnya. Yang jadi masalah, kasus semacam ini tidak bisa diperkarakan ke polisi karena orang itu juga tidak melakukan tindakan yang berbahaya dan Qing Xia juga tidak tahu identitas orang itu.
"Aku sudah berjanji pada Li Nian, 200 RMB per jam."
"Tidak perlu."
"Denganmu tentu saja tidak perlu... kita kan teman baik."
Wen Bo jadi canggung mendengarnya. Tak lama kemudian, Wen Bo mulai melatih Qing Xia teknik menyerang. Mereka langsung praktek.
Qing Xia awalnya menendang dengan lemah. Tapi karena Wen Bo terus menyuruhnya menendang lebih kuat, Qing Xia langsung saja menendang sekuat tenaga... tepat mengenai daerah terlarangnya Wen Bo. Wkwkwk! Maaf, tidak sengaja.
Saat Wen Bo memaksanya melakukan perenggangan otot, tak sengaja bibir Qing Xia mendarat di pipi Wen Bo. Hehe. Mereka jadi tambah canggung gara-gara itu dan memutuskan untuk mengakhiri latihan hari ini sampai di sini.
Dan masalah kecupan tak sengaja barusan... Wen Bo anggap saja ciuman perpisahan antar sahabat. Tidak usah dimasukkan ke dalam hati.
Selama beberapa hari berikutnya, Ke Lei terus berusaha melatih tubuhnya dengan rajin berolahraga sembari menjalani masa pemulihannya dengan penuh kebahagiaan bersama Mi Ka.
Tapi Mi Ka juga tetap menjaga batas di antara mereka dengan mengusir Ke Lei ke rumah kakaknya setiap kali waktunya pulang.
Hari itu di rumah sakit, Mi Ka dan Dokter Shao membicarakan seorang pasien baru. Seorang pianis yang mengalami pendarahan otak hebat. Untungnya dia selamat, tapi Dokter Shao yakin tangan kanan si pianis itu akan mengalami gangguan fungsional. Mungkin sulit untuk pulih sepenhnya.
Mengenai kondisi Ke Lei, Mi Ka memberitahu Dokter Shao bahwa perkembangan pemulihan Ke Lei cukup bagus.
Tapi saat Mi Ka pulang malam harinya, dia malah tak sengaja mendengar Ke Lei menelepon Wen Bo untuk mengabarkan kalau dia akan kembali ke markas besok. Ke Lei bahkan sudah mengemasi semua barang-barangnya.
Ke Lei pamit dengan canggung pada Mi Ka, mengingatkan Mi Ka bahwa dia harus kembali untuk latihan karena sebentar lagi akan ada kompetisi.
"Kenapa tidak mendiskusikannya dulu denganku?"
"Bukankah ini sedang berdiskusi."
"Kau sudah menelepon timmu. Barang-barangmu juga sudah kau kemas. Apa ini yang namanya berdiskusi? Ini namanya memberitahu."
"Kau marah?"
Mi Ka menyangkal, tapi wajahnya jelas kesal. Bagaimana dia tidak kesal, jelas-jelas Dokter Shao menyuruhnya untuk istirahat selama setidaknya satu bulan lebih. Kenapa Ke Lei malah tidak patuh?
Ke Lei bersikeras kalau dia sudah baik-baik saja. Dia bahkan membuktikannya dengan mengangkat Mi Ka yang jelas saja membuat Mi Ka tambah kesal dengan ketidakseriusan Ke Lei ini.
Ke Lei berusaha meyakinkan kalau dia akan bertanggung jawab terhadap tubuhnya sendiri. Tapi tetap saja Mi Ka tidak bisa tidak cemas. Begitu Ke Lei kembali latihan nanti, dia yakin kalau Ke Lei tidak akan mengingat nasihat Dokter Shao dan tidak mengingatnya.
"Aku pasti tidak mengingat dia. Tapi... aku pasti akan mengingatmu."
"Sedikitpun tidak serius!"
"Aku pasti akan mengingat kekhawatiranmu setiap detik. Biarkanlah aku pergi. Oke?"
Mi Ka masih tak rela sebenarnya, tapi terpaksalah dia mengalah. Tapi dia mengingatkan Ke Lei untuk langsung memberitahunya jika terjadi sesuatu.
"Jangan membuatku cemas. Aku benar-benar khawatir."
Ke Lei akhirnya kembali latihan bersama timnya, dan mereka menyambutnya dengan melakukan beberapa kali tembakan kreatif yang hasilnya jadi 'Raja Telah Kembali'.
Tapi kondisi Ke Lei sepertinya belum terlalu baik. Saat dia mencoba latihan menembak, awalnya dia berhasil tepat sasaran. Tapi pada tembakan kedua dan ketiga, tangannya tiba-tiba gemetar hingga tembakannya meleset. Prihatin, Komandan Hao dan Wen Bo tetap berusaha menyemangatinya.
Tapi masalah ini jelas membuat Ke Lei tidak bisa tenang. Malam harinya, dia mencoba melatih tangannya dengan merangkai beras dengan benang, tapi tangannya tetap gemetaran.
Teringat ucapan Mi Ka yang memintanya untuk bilang padanya jika terjadi sesuatu, Ke Lei akhirnya menelepon Mi Ka untuk mengabarkan kondisinya ini. Dia khawatir kalau ini efek samping pasca operasi.
Mi Ka heran mendengarnya, tumor hipofisis biasanya tidak akan menyebabkan tremor. Mi Ka yakin operasinya Ke Lei berhasil dengan baik, apalagi penglihatan Ke Lei juga baik-baik saja pasca operasi. Maka Mi Ka pun memutuskan untuk membawa Ke Lei menemui Dokter Shao besok di rumah sakit.
"Kau langsung memberitahuku ketika ada masalah alih-alih menanggungnya sendiri, aku sangat senang."
"Aku sudah janji padamu. Tentu saja harus ditepati."
"Kalau begitu berjanjilah padaku, kau jangan gelisah, yah?"
"Iya. Tenang saja."
Setelah dilakukan pemeriksaan MRI, Dokter Shao tidak mendapati ada masalah apapun. Yang itu artinya, tumornya Ke Lei sudah terangkat sepenuhnya. Masalah gemetarnya tangan Ke Lei, otak itu sesuatu yang sangat kompleks yang mengendalikan banyak sekali saraf.
Kemungkinan terjadi efek samping seperti ini sangatlah kecil walaupun tentu saja, Dokter Shao tidak bisa menjamin sepenuhnya. Untuk mengatasinya, dia menyarankan Ke Lei untuk santai saja dan perbanyak istirahat.
Dan juga, latih kekuatan tangannya dengan melakukan olahraga jari atau angkat beban. Tapi tidak boleh berlebihan karena Ke Lei belum pulih sepenuhnya.
Ke Lei sudah boleh kembali ke pekerjaannya, tapi pelan-pelan saja. Beri waktu pada tubuhnya untuk beradaptasi kembali pelan-pelan. Dia tahu kalau Ke Lei sudah tidak sabaran. Tapi pepatah mengatakan, terlalu terburu-buru malah tidak akan sampai.
"Terkadang mentalmu yang gelisah atau tegang juga bisa menyebabkan tanganmu gemetar. Jadi jangan terlalu fokus ke tanganmu. Nanti akan membaik setelah beberapa waktu." Nasihat Dokter Shao. Tapi tetap saja Ke Lei masih tampak sangat gelisah.
Bersambung ke episode 29
1 Comments
semngat mba Imma...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam