Sinopsis Please Feel at Ease Mr. Ling Episode 2 - 1

Puas menakut-nakuti Ling Yue / Xiao Ba, An Xin langsung masuk kamar sambil ngakak puas. Dia kan cuma bercanda, tapi Ling Yue benar-benar menanggapinya dengan serius dan jadi sangat amat ketakutan hingga dia tidak bisa tidur.

Saat An Xin bangun keesokan harinya, dia mendapati Ling Yue duduk di sofa dalam keadaan mata panda, benar-benar tidak tidur semalam suntuk dengan kaki di angkat di atas bangku saking takutnya dirambati kecoa. Wkwkwk! Kasihan banget sih.

Bahkan saking takutnya, dia menolak ditinggal sendirian di rumah dan ngotot mau ikut keluar dengan An Xin untuk membeli obat anti serangga.

"Aku bisa keluar sendiri." Tolak An Xin.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu. Aku mengkhawatirkan diriku sendiri."

An Xin ingin membeli pestisida yang harganya paling murah. Tapi Ling Yue ngotot mau beli yang harganya 5 kali lipat lebih mahal. An Xin kan sayang duitnya, dia mencoba membujuk Ling Yue bahwa harga mahal belum tentu kualitasnya sepadan, yang murah lebih efektif. Tapi Ling Yue tak mau tahu, pokoknya dia mau yang mahal.

Kesal, An Xin terpaksa menurutinya. Dia menyemprotkan pestisida itu ke setiap sudut rumah lalu berbisik lirih mengejek Ling Yue 'Pengecut'.

Dia berbisik saat Ling Yue masih di dekatnya yang jelas saja didengar sama Ling Yue. Kesal, Ling Yue langsung balas dendam dengan meminta An Xin untuk meminjamkan HP-nya.

An Xin menurut saja tanpa curiga. Ling Yue diam-diam melakukan sesuatu pada HP-nya sebelum kemudian mengembalikannya. Dan beberapa detik kemudian, An Xin sontak jejeritan heboh gara-gara Ling Yue yang ternyata memasang animasi kecoa di HP-nya. Dasar!

Lalu dengan santainya Ling Yue balas mengejek An Xin 'Pengecut' juga. Kesal, An Xin menyuruhnya untuk menyingkirkan gambar itu. Tapi Ling Yue menolak, lagian gambar itu cuma 30 menit kok. Setelah 30 menit akan mati dengan sendiri.

"Kuberitahu kau, hari ini harus kerja penuh. Aku sangat sibuk. Kau tinggal saja di rumah dan jangan melakukan apapun. Mengerti, tidak?!" Kesal An Xin.

Di New Way, perusahannya Ling Yue, seorang pegawai menyebarkan gosip bahwa presdir mereka sebenarnya sudah mati tapi sengaja ditutup-tutupi oleh pihak keluarga dan dewan direksi karena fakta itu pasti akan memengaruhi harga saham perusahaan. Rapat umum pemegang saham diam-diam sudah mulai membuat pengaturan.

Karena itulah, buat jaga-jaga kalau-kalau mereka dipecat, dia menyarankan agar mereka bersiap-siap untuk pindah ke perusahaan saingan mereka, Fei Te, yang sekarang sedang melakukan perekrutan.

Dari satu pegawai itu, gosip dengan cepat menyebar ke semua pegawai. Bahkan media pun memberitakan New Way sedang mengalami kekacauan saat ini, bahkan teknologi mereka hampir dibocorkan oleh para peretas.

Ling Yue hampir tersedak saat dia menonton berita itu. Sekretarisnya Ling Yue dalam wawancaranya menegaskan bahwa itu rumor palsu dan karenanya, mereka sudah menunjuk pengacara untuk menangani masalah ini.

An Xin pulang tak lama kemudian sambil makan burger. Ada seekor kucing di pojokan, An Xin pun langsung membagikan sedikit dagingnya untuk si kucing dan memberitahu si kucing untuk tidak pergi ke mana-mana.

"Kalau kau terluka, tidak akan ada yang menjagamu." Ujar An Xin pada si kucing itu. Tiba-tiba dia melihat ada poster pengumuman anjing hilang... yang kontan membuatnya punya ide bagus. Kenapa dia tidak kepikiran ini sebelumnya?

Tak lama kemudian, dia mendadak jadi kayak fotografer yang memotreti Ling Yue. Bukan... bukan karena Ling Yue tampan luar biasa bak foto model, tapi karena dia mau memajang fotonya Ling Yue di pengumuman orang hilang, kayak pengumuman anjing hilang tadi.

Dengan cara ini, pasti akan ada orang yang mengenalinya dan mereka akan bisa menemukan keluarganya. Tapi Ling Yue jelas tidak ingin ditemukan entah kenapa dan langsung merebut HP-nya An Xin untuk menghapus foto-foto itu. (Apa dia setakut itu sama penguntitnya? Kenapa nggak lapor polisi aja?)

An Xin sontak panik berusaha merebut HP-nya... hingga dia malah tak sengaja mendarat terlalu dekat dengan Ling Yue yang kontan membuatnya terpana.

"Apa yang ingin kau lakukan, bersandar begitu dekat denganku?" Tegur Ling Yue.

Baru sadar, An Xin buru-buru menjauh dengan canggung. Dia tidak mau melakukan apapun kok. Ling Yue langsung menghapus semua sisa fotonya sebelum kemudian mengembalikan HP-nya An Xin.

An Xin jelas merasa sikap Ling Yue ini aneh dan mencurigakan. Kenapa dia tidak mau ditemukan. Jujur aja deh, apa jangan-jangan... Ling Yue semacam gangster yang melanggar hukum, makanya sekarang menyembunyikan diri di rumahnya?

Ling Yue geli mendengarnya. "Kalau aku adalah penjahat buron, maka aku akan 'membereskanmu' lebih dulu. Kau sendirian dan lemah."

Dia cuma menggodanya, tapi An Xin beneran ketakutan. "Jangan 'bereskan' aku. Kalau kau menyakitiku, maka 250.000-mu akan hilang."

Tenang saja. An Xin belum melunasi hutangnya, jadi tidak mungkin Ling Yue akan menghabisi An Xin. 

Jangan khawatir, An Xin meyakinkan bahwa dia pasti akan melunasi hutangnya dan tak peduli di mana pun Ling Yue berada, sejauh apapun dia berada, An Xin janji akan mengembalikan uangnya.

Hanya saja... saat ini sangat merepotkan bagi seorang pria dan wanita hidup bersama. Jadi biarkanlah dia mengambil fotonya Ling Yue.

"Jadi... kau benar-benar ingin aku pergi?"

Tiba-tiba mati lampu, An Xin sontak panik menyuruh Ling Yue menyalakan senter, lupa kalau dia sendiri bawa ponsel yang bisa dipakai jadi senter, sampai Ling Yue harus mengingatkannya tentang itu.

Tapi kenapa mati lampu? An Xin yakin sudah bayar tagihan listrik kok. Ling Yue menduga kalau ini pemadaman listrik, apa dia tidak menerima pemberitahuannya?

Ah! An Xin baru ingat, kemarin malam dia melihat ada pemberitahuan di tangga, katanya akan terjadi pemadaman listrik sementara dari jam 9 sampai jam 11 malam untuk pemeliharaan listrik.

Mengalihkan topik, Ling Yue mendadak tertarik dengan gelang yang dipakai An Xin. Ngapain dia pakai gelang jelek begitu.

An Xin tidak terima, jelek dari mana? Dia rabun jauh atau apa? Gelang ini tuh pemberian kakaknya. Ini bisa menghalangi mimpi buruk. Ling Yue sinis, jelas-jelas itu cuma untuk mengelabuhi anak kecil. Tapi... sepertinya An Xin sangat peduli sama kakaknya itu.

"Benar. Dia keluarga terdekatku." Renung An Xin.

Dalam flashback masa kecilnya, sepertinya An Xin anaknya orang kaya. Kakaknya memberikan gelang itu padanya, mengklaim kalau gelang itu bisa memakan semua mimpi buruknya An Xin. Namun entah apa yang terjadi pada An Xin hingga berakhir jadi seperti ini, dan di mana kakaknya berada sekarang?

Prihatin melihat kesedihan An Xin, Ling Yue mencoba menghiburnya dengan menceritakan suatu kisah. Terlebih dulu dia menutup senter HP-nya An Xin dengan gelas kristal untuk membuat refleksi cahaya yang indah di langit-langit sebelum kemudian memulai kisahnya.

Jelas sebenarnya kisah itu adalah kisah hidup Ling Yue sendiri yang dia samarkan jadi cerita dongeng.

Dahulu kala, ada seorang raja yang sudah tua dan ingin mencari ahli waris. Maka raja pun memanggil ketiga putranya, memberitahu mereka bahwa dia akan menurunkan tahta pada salah satu dari mereka. Jadi mereka bertiga harus bertempur untuk menentukan siapa dari mereka bertiga yang paling pantas mendapatkan tahta.

Pangeran ketiga menyerah duluan karena dia menyadari dirinya yang paling lemah dan tidak punya kemampuan untuk mewarisi negara. Maka hanya tinggal pangeran kedua dan ketiga yang saling bertarung.

Sepanjang pertarungan mereka, pedang pangeran kedua sebenarnya sudah menyentuh leher pangeran pertama. Namun dia terlalu ragu-ragu. Saat itulah pangeran pertama mengkhianati dan menyerang pangeran kedua. Lalu pangeran pertama menang.

An Xin tak percaya mendengarnya. "Jadi raja ini hanya melihat para putranya saling membunuh?"

"Raja percaya pada pendidikan yang kejam dan biadap."

"Dia bahkan tidak peduli dengan kehidupan putra keduanya. Kurasa dia mungin tidak menyukai putra kedua ini."

"Mungkin... kelahirannya adalah sebuah kesalahan." (Hah?)

"Apa maksudnya?"

"Dia anak angkat."

An Xin tampak begitu tercengang mendengar kata itu. Ling Yue heran melihat reaksinya. Kenapa? Apa ada hubungannya dengannya?

"Iya... Karena aku juga anak adopsi." Ujar An Xin.

Hmm, sepertinya dia serius. Tapi dengan cepat dia mengklaim kalau dia cuma bercanda lalu cepat-cepat menghindar dengan alasan mau tidur.

Beberapa dewan direksi hari ini mendatangi Tuan Besar Ling di kediamannya. Jelas mereka semua sudah bekerja sama untuk membahas pergantian Ling Yue dari posisi presdir.

Tapi Tuan Besar Ling tak senang dengan itu dan tegas mengingatkan mereka bahwa putranya masih hidup atau sudah mati, masih belum pasti. Bisa-bisanya mereka malah sudah membentuk aliansi.

Salah satu direktur berusaha meyakinkan kalau mereka sama sekali tidak punya maksud egois. Hanya saja mereka mengkhawatirkan keberlangsungan perusahaan. Para pekerja sekarang sangat gelisah.

"Biarkan aku memikirkan masalah ini dulu. Aku lelah. Tolong tinggalkan aku." Usir Tuan Besar Ling.

Dalam flashback, jelas Tuan Besar Ling tahu betapa bencinya Ling Fang pada Ling Yue sejak mereka masih kecil dulu. Pernah Ling Fang mau merebut mainannya Ling Yue hingga membuat Ling Yue terjatuh dan kakinya keseleo.

Tapi Ling Fang dengan dinginnya memperingatkan Ling Yue untuk tidak mengadu pada ayah dan ibu. Ling Yue benar-benar tidak mengadu ke ayah dan ibu mereka. Tidak pula tentang kakinya. Dia terus menahan sakitnya hingga lukanya jadi semakin parah sampai membuatnya pingsan.

An Xin baru bangun tapi malah mendapati sikat giginya sudah menghilang. Ling Yue dengan santainya, sama sekali tanpa merasa bersalah sedikitpun, mengaku bahwa dia tak sengaja menjatuhkan sikat giginya An Xin ke toilet. Auuugh! Ngeselin banget nih orang!

Tiba-tiba An Xin ditelepon temannya yang berkata kalau dia mau menginap di rumahnya an Xin selama beberapa hari. Waduh! An Xin sontak menolak keras yang jelas saja membuat si teman jadi curiga. Kenapa? Apa An Xin menyembunyikan cowok di rumahnya?

Ling Yue malah sengaja berdehem cukup keras. Panik, An Xin buru-buru menutupinya dengan berdehem keras-keras juga sambil beralasan bahwa dia harus pergi ke luar kota untuk pelatihan selama beberapa hari. Untungnya si teman percaya. An Xin lega.

"Kau pintar mengarang cerita rupanya." Sindir Ling Yue.

"Bisa tidak menjadi karangan jika kau pindah dan memberi ruang." Balas An Xin.

Jelas Ling Yue tidak mau dan akhirnya dengan mengubah sindirannya. "Tidak apa-apa. Menurutku cara bicara omong kosongmu cukup lucu."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments