Jadilah Ling Yue ikut pulang ke rumah An Xin, duduk di atas sepeda motornya An Xin yang dibawa pakai gerobak. An Xin penasaran siapa namanya, tidak mungkin kan dia memanggilnya Tuan Korban terus.
Ling Yue tak peduli mau An Xin memanggilnya apa saja, terserah. Baiklah. Karena tabungan An Xin hari ini cuma tinggal 888 Yuan. Jadi An Xin memutuskan untuk memanggilnya 'Xiao Ba' saja (Ba = Delapan).
Tapi yang tidak Ling Yue sangka, gedung apartemennya An Xin ternyata sudah tua dan bobrok. An Xin tinggal di lantai dua, tapi tidak ada lift-nya. Jadi mereka harus naik pakai tangga yang tampak cukup curam sampai-sampai Ling Yue lagi-lagi mengkhayal seram.
Mengkhayal dirinya dipapah An Xin, tapi kemudian An Xin salah berpijak sehingga membuat mereka sama-sama terjatuh bergulingan dari tangga. Wuih! Khayalan yang seram, Ling Yue jadi ngeri banget sampai-sampai dia menolak dipapah An Xin, ngotot mau jalan sendiri.
Tapi begitu mereka masuk, dalam rumahnya An Xin ternyata cukup nyaman. An Xin cuma punya satu pasang sandal rumah dan mencoba menawarkan sebelah sandalnya untuk Ling Yue.
Tapi Ling Yue menolak, apalagi sandal itu modelnya cewek banget, akhirnya dia masuk tanpa alas kaki dan menolak air pemberian An Xin cuma karena di gelasnya agak sedikit kotor, bahkan setelah dibersihkanpun, dia tetap tidak mau minum.
Dengan menggunakan statusnya sebagai pasien, dia menolak tidur di sofa. Berusaha bersabar, An Xin membawanya ke kamarnya yang penuh dengan berbagai miniatur karakter anime.
An Xin sendiri sepertinya cukup berbakat menggambar komik dan melukis. Tapi dia mengaku kalau itu cuma hobi, pekerjaannya utamanya jadi kurir. Saat An Xin tengah merapikan kasurnya, Ling Yue melihat foto masa kecil An Xin berpelukan dengan seorang wanita yang sama dengan yang ada di wallpapernya. Ibunya kah?
Tapi saat An Xin melihatnya, dia sontak merebut foto itu dan memperingatkan Ling Yue untuk tidak menyentuh barang-barangnya. Semua ini adalah hartanya, dia membelinya dengan uang tabungannya.
Untungnya Ling Yue cukup tahu diri hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur di sofa saja. Tapi letak sofanya tepat di bawah kipas angin... yang lagi-lagi membuat Ling Yue mendadak berkhayal liar, membayangkan kipas itu terjatuh menimpanya saat dia tidur di sana.
Wuih! Mengerikan, dia sontak protes menuntut An Xin untuk memindahkan letak sofanya. Terlalu berbahaya. An Xin bingung, berbahaya bagaimana?
Kesal, Ling Yue tiba-tiba menyudutkannya ke rak, mengancamnya untuk memindahkan letak sofanya atau... dia akan tidur sekamar sama An Xin.
An Xin ketakutan. "Kau terlihat sangat normal. Kau tidak akan melakukan apapun padaku, kan?"
"Belum tentu."
"Kuperingatkan kau..."
"Kuperingatkan juga kau. kau masih berhutang 280.000 Yuan."
Enggak dong! An Xin mengklaim bahwa sekarang hutangnya sudah turun jadi 272.000 Yuan. Itu dipotong dari tagihan air, kamar, biaya layanan perawatan pribadinya, dll... yang totalnya sekitar 8.000 Yuan. Jadi sekarang hutangnya 272.000 Yuan.
Baiklah. Tapi Ling Yue juga punya tuntutan yang harus An Xin penuhi. Dia hanya mau minum air mineral, dia hanya mau pakai handuk katun 100%, lampu ruang tamu harus dimatikan sebelum pukul 23:00, An Xin tidak boleh mengganggunya di atas jam tersebut, dan pindahkan sofanya sekarang juga. Segini dulu permintaannya, sisanya akan dia pikirkan nanti.
Tak lama kemudian, Ling Yue masih termenung di atas sofa, tapi dari celah pintu, dia melihat lampu kamarnya An Xin masih menyala. An Xin ternyata sedang mengecek komik online-nya yang berjudul Serigala Besar Jahat dan Domba Kecil. Sayangnya, komiknya itu kurang banyak diminati dan kliknya sangat sedikit. Tapi An Xin tak menyerah dan terus melanjutkan menggambar komiknya.
Keesokan harinya saat Ling Yue bangun tidur, dia hampir saja jatuh dari sofa. Untungnya An Xin sudah bersiap dengan memasang dua kursi di samping sofa sehingga Ling Yue pun terlindungi dari insiden itu.
An Xin sudah pergi kerja. Tapi dia sudah menyiapkan sarapan untuknya di meja dan juga sudah membelikannya sandal rumah. Dia membuat berbagai note lucu di setiap benda di rumah, dan juga menyiapkan berbagai minuman, makanan kaleng dan mie instan untuknya. Dia juga sudah menyiapkan sikat gigi untuknya.
Tapi saat An Xin hendak pulang tak lama kemudian, dia malah berpapasan dengan beberapa petugas Damkar... yang bergegas lari ke rumahnya karena ada kebakaran dari microwave. Hah?
Terang saja An Xin bergegas pulang dan langsung diomeli sama petugas Damkar gara-gara Ling Yue sepertinya memasukkan makanan kaleng sekaleng-kalengnya ke dalam microwave. (Wkwkwk! Masa orang kaya nggak ngerti cara pakai microwave sih?)
Terang saja An Xin kesal banget sama dia dan langsung mengomelinya untuk pergi jalan-jalan di luar saja kalau dia tidak ada kerjaan daripada mengacaukan rumah.
Sekalian saja dia memanfaatkan itu untuk memotong hutangnya lalu memberikan nomor teleponnya biar Ling Yue bisa menghubunginya kalau ada masalah apapun.
Tapi sejak saat itu, An Xin jadi beberapa kali menerima telepon keluhan dari berbagai macam orang gara-gara ulah nakalnya Ling Yue yang memecahkan beberapa krat botol minuman di sebuah toko dan merebut mainan seorang anak kecil.
Ya ampun, An Xin jadi seperti seorang ibu yang harus membereskan segala macam kekacauan yang dibuat anaknya yang usil. Dia jadi kurang istirahat gara-gara itu sampai dia ketiduran di tempat kerja.
Saat dia pikir kalau sudah bisa tenang, tiba-tiba dia mendapat telepon dari orang asing yang menyuruhnya untuk menjemput 'Kakaknya' yang tersesat. Hadeh!
An Xin kesal banget sampai-sampai dia hampir saja mau menghantam Ling Yue pakai bantal. Tapi Ling Yue dengan cepat mengingatkannya akan hutangnya dan kompensasinya yang pasti akan bertambah banyak jika An Xin menyakitinya.
Berusaha menahan emosi, An Xin akhirnya mengurungkan niatnya lalu menulis ongkos tumpangan pulang hari ini sebagai potongan hutangnya.
Ling Yue mau nonton TV. Tapi baru juga dia menyentuh remote-nya, An Xin mendadak membentaknya untuk meletakkan benda itu, takut dia akan merusakkan TV-nya juga. Tuh TV adalah benda paling berharga punyanya pemilik rumah ini. Kalau sampai rusak, tidak ada satupun dari mereka yang mampu membayarnya.
Tapi kemarahannya sirna dengan cepat saat tiba-tiba melihat Ling Yue tertunduk sedih. Akhirnya dia berbaik hati mengajari Ling Yue untuk memencet tombol power saja, tombol-tombol yang lain tidak usah dipencet. Tapi Ling Yue sudah terlanjur ngambek dan langsung mengabaikannya untuk masuk ke kamar mandi.
Tapi baru juga beberapa detik, tiba-tiba An Xin mendengar suara jeritan hebohnya Ling Yue... gara-gara ada kecoa kecil di lantai. Wkwkwk!
An Xin sontak ngakak melihatnya. Badan doang gede, tapi ternyata takut kecoa. Ling Yue tidak terima, kecoa itu binatang yang mengandung 48 jenis bakteri dalam tubuhnya.
Dia terus saja nyerocos heboh mengeluhkan segala hal tentang kecoa, tapi An Xin dengan cepat menyelesaikan masalah dengan menginjak kecoa itu sampai mati.
Tapi Ling Yue malah tambah heboh. Soalnya kalau kecoa mati, dia bisa menghasilkan 84 larva. Itu artinya ada 84 kecoa di rumah ini. An Xin masa bodo dan santai saja membuang kecoa itu ke tong sampah.
Besok dia akan membeli pestisida untuk Ling Yue, tapi Ling Yue sendiri yang harus menanggung biayanya. Soalnya sebelum kedatangannya, di rumah ini tidak pernah ada kecoa.
"Apa maksudmu? Maksudmu aku yang membawa bakteri ini?"
"Aku tidak mengatakan itu. Kau sendiri yang mengatakannya. Oh yah, aku harus mengingatkanmu. Saat jam-jam lampu dimatikan dan kau berbaring di sofa... ada 84 kecoa di ramah sekarang. Jika mereka merangkak, merangkak dan merangkak di malam hari dan merangkak ke sofa... berhati-hatilah." Goda An Xin menakut-nakutinya lalu pergi begitu saja.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam