Sinopsis You Are My Hero Episode 28 - 1

Mi Ka ketiduran saat menjaga Ke Lei. Saat akhirnya dia bangun, Ke Lei langsung bermanja ria, mengklaim kalau seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman.

Jelas cuma akting, tapi Mi Ka dengan senang hati memanjakan sang pacar tercinta dan langsung memijatnya tepat saat Qing Xia dan Wen Bo baru datang.

Ke Lei malah sengaja pamer kemesraan di hadapan mereka dengan semakin manja sama Mi Ka, menuntut Mi Ka untuk menyuapinya. Dia punya pacar, kenapa juga dia harus makan dengan tangannya sendiri.

Qing Xia dan Wen Bo sampai tidak tahan melihat kedua sejoli yang bisa bikin diabetes itu dan memutuskan untuk cepat pergi saja.

Qing Xia baru ingat kalau dia ada janji untuk membantu temannya meliput berita entertainment dan sekarang dia sudah hampir terlambat. Parahnya lagi, sekarang ini mobilnya Qing Xia sedang di-servis dan susah dapat taksi lagi.

Maka Wen Bo langsung saja berinisiatif untuk mengantarkan Qing Xia ke tempat acara pakai motornya. Tempat itu sudah penuh sesak oleh para fans saat akhirnya Qing Xia baru tiba.

Dia sampai harus bedesak-desakan dan pada akhirnya kesenggol orang hingga kameranya terjatuh... untungnya Wen Bo sigap menangkapnya. Dia bahkan membantu mengangkat Qing Xia biar Qing Xia bisa lebih mudah memotreti si artis.

Qing Xia berhasil mendapatkan foto-foto bagus berkat bantuan Wen Bo. Tapi setelah itu mereka berubah jadi canggung lagi. Wen Bo pun bergegas pamit. Qing Xia ingin mentraktirnya lain kali sebagai ungkapan terima kasih.

Tapi Wen Bo malah menolaknya dengan alasan Qing Xia tidak perlu sungkan padanya. Tapi tentu saja Qing Xia jadi kecewa dengan reaksinya itu. Mereka akhirnya berpisah ke dua arah yang berbeda.

Saat Qing Xia sampai apartemennya, dia mendapati ada sebuah paket berupa bir untuknya dari seorang pengirim bernama Li Aixia. Begitu meminumnya, Qing Xia langsung ingat kalau itu adalah minuman yang sama dengan yang dia minum waktu makan bersama Wen Bo dan ibunya dulu.

Chen Tao sudah menunggu di depan rumahnya Yan Shan, ingin mengantarkan Yan Shan yang hari ini akan pindah studi ke Patologi di luar negeri, mata kuliah yang sebenarnya lebih dia sukai dan akhirnya sekarang dia mendapatkan kesempatan untuk itu.

Chen Tao sebenarnya tidak rela berpisah, jadi... bolehkah dia mengirim pesan suara atau video call dengan Yan Shan nantinya? Yan Shan pura-pura jual mahal, mengklaim kalau dia akan cukup sibuk nantinya. Tapi... dia akan meluangkan waktu kalau Chen Tao mencarinya. Hanya saja Chen Tao bakalan harus menyesuaikan perbedaan waktu.

Chen Tao sontak berubah sumringah dan penuh semangat mendengar Yan Shan akhirnya memberinya harapan dan kesempatan. Tidak masalah sama sekali tentang masalah perbedaan waktu, dia pasti akan mengikuti waktunya Yan Shan di sana.

Di rumah sakit, Dokter Shao memanggil Mi Ka untuk mendiskusikan hasil pemeriksaaan pasca operasinya Ke Lei. Dan hasilnya, ada satu kabar buruk dan satu kabar baik. Mi Ka mau dengar yang mana dulu? Hah? Mi Ka jelas khawatir mendengarnya, memangnya ada masalah apa lagi dengan Ke Lei?

"Kabar buruknya adalah... hari-hari menyenangkan Xing Ke Lei dipakaikan baju, disuapi makan... akan segera berakhir."

Hah?... Maksudnya Ke Lei sudah bisa pulang? Astaga! Mi Ka hampir jantungan tadinya. Candaan Dokter Shao benar-benar menakutkan.

Tapi dia serius saat dia mengingatkan Mi Ka bahwa Ke Lei masih belum boleh bertugas. Dia harus istirahat di rumah setidaknya selama satu bulan. Dia boleh melakukan olahraga ringan untuk pemulihan, tapi tidak boleh berlebihan.

Selama proses pemulihan, jika terjadi mual, pusing, telinga berdengung atau gejala sejenis lainnya, Ke Lei harus segera datang memeriksakan dirinya ke rumah sakit. Mi Ka harus selalu mengawasinya dengan baik.

"Baik. Tapi aku takut dia akan memaksakan diri dan bersikeras untuk kembali bertugas. Jadi, bantulah aku untuk menyampaikan itu padanya."

"Aku? Baiklah."

Di lobi rumah sakit, seorang pria mendatangi Chen Tao dan memberitahunya tentang kondisi istrinya yang sisi kiri tubuhnya tidak bisa digerakkan usai melahirkan anak kedua mereka.

Tepat saat mereka berpaling ke arah si pasien, mereka malah mendapati si pasien sudah pingsan. Mereka pun bergegas melarikannya ke IGD. Chen Tao menggunakan defibrilator untuk mengembalikan denyut jantungnya dan berhasil.

Berkat itu, Chen Tao yang biasanya selalu diomeli Dokter Kepala Wei, akhirnya hari ini dia mendapat apresiasi dari Dokter Kepala Wei. Memang cuma sekedar anggukan kepala, tapi jelas itu adalah sebuah gerakan pujian untuk Chen Tao. Chen Tao sampai tercengang saking tak percayanya.

Dokter Kepala Wei lalu membawa hasil CT scan dan MRI pasien tersebut ke Departemen Bedah Saraf. Kondisi paisen sudah cukup parah karena pendarahannya sudah menekan batang otak.

Ada peluang untuk operasi, tapi resikonya juga cukup besar. Dokter Shao dan Dokter Zhang pun sepakat untuk mengoperasi pasien tersebut nanti malam.

Mi Ka tidak membolehkan Ke Lei bergerak sedikitpun dan memaksanya untuk duduk saja, bersikeras untuk mengemas semua baju-bajunya Ke Lei sendiri. Ke Lei sih senang-senang saja. Alangkah menyenangkannya jika Mi Ka bisa terus seperti ini selamanya biar dia bisa duduk-duduk doang kayak tuan besar.

"Oh, boleh. Nanti akan kupatahkan kedua kakimu biar kau bisa duduk selamanya." (Pfft!)

"Kenapa bicaramu jadi semakin mirip dengan kakakku?"

"Bukankah ini tradisi keluarga kalian?"

"Maksudmu... kau semakin mirip keluargaku?"

"Hmm... aku bersedia."

Mereka asyik saja berpelukan mesra... tepat saat Ke Yao mendadak muncul dan jelas canggung melihat pemandangan itu. Lain kali sebaiknya mereka lebih berhati-hati, pintunya terbuka lebar begini.

"Bukankah sudah kukatan tidak perlu menjemputku?"

Ke Yao menegaskan kalau dia memang tidak berniat untuk menjemput Ke Lei kok. Hah? Saat itulah Ke Lei melihat tas hadiah yang dibawa Ke Yao, jelas diperuntukkan untuk Dokter Shao. Oh... jadi Ke Yao benar-benar tidak datang untuk menjemputnya.

Canggung, Ke Yao mengklaim kalau ini adalah ungkapan terima kasih untuk dokter bedah utama karena operasinya Ke Lei berhasil dengan baik.

Hmm, oke deh. Mi Ka memberitahunya bahwa Dokter Shao lagi ada di kantor sekarang, baru saja selesai melakukan diagnosis. Ke Yao pun pamit dengan alasan mau menyapa Dokter Shao sebentar dan berterima kasih padanya. Ke Lei dan Mi Ka kompak menyuruhnya pergi saja... dan tidak perlu buru-buru kembali.

Setibanya di kantornya Dokter Shao, Ke Yao mendapatinya sedang tidur. Ke Yao pun ingin menyelimuti Dokter Shao secara diam-diam, tapi malah tak sengaja membuatnya terbangun.

Ke Yao jadi yakin kalau Dokter Shao pasti kelelahan karena menemui kasus penyakit yang rumit. Jarang-jarang dia melihat Dokter Shao gugup sebelum operasi.

Dokter Shao menyangkal. Bukan gugup, hanya sedikit cemas. Terutama karena pasiennya yang satu ini adalah ibu dari dua anak yang masih balita.

"Saat kita masih sekolah dulu, aku ingat kau bilang padaku bahwa dokter tidak bisa menentukan hidup dan mati pasien. Hanya bisa berusaha yang terbaik. Aku percaya padamu."

"Terima kasih."

Canggung, Dokter Shao meminta Ke Yao untuk menemaninya sebentar sebelum operasi kalau Ke Yao ada waktu. Ke Yao setuju, dia juga akan menyeduhkan secangkir kopi untuk Dokter Shao. Kebetulan dia membawakan kopi untuk Dokter Shao.

Operasi dimulai. Tapi tepat saat Dokter Shao hendak mengangkat tumornya, detak jantung pasien tiba-tiba menurun drastis sehingga mereka harus segera melakukan tindakan darurat untuk menormalkan denyut jantungnya sebelum Dokter Shao memulai kembali pengangkatan tumornya... hingga akhirnya operasi berhasil terselesaikan dengan baik.

Saat Dokter Shao kembali ke kantornya tak lama kemudian, Ke Yao tidak ada di sana. Dokter Shao pun keluar mencarinya dan mendapatinya ketiduran di dalam mobil... sama persis seperti dulu.

Dulu saat mereka kuliah di luar negeri, Dokter Shao juga pernah menemukan Ke Yao ketiduran di dalam mobil. Dokter Shao yang cemas, langsung menggedor pintu mobilnya dan mengomelinya untuk tidak tidur di dalam mobil sambil menyalakan mesin karena itu berbahaya.

Sekarang pun Dokter Shao langsung menggedor pintu mobilnya Ke Yao sambil mengomelinya sama persis seperti dulu. Ke Yao meyakinkannya untuk tidak cemas karena kali ini dia membuka sunroof-nya kok.

Dia agak flu, makanya dia memutuskan tidur di dalam mobil sebentar. Tapi... sekarang dia lapar. Tapi sekarang sudah tengah malam, restoran juga sudah tutup.

Maka Dokter Shao pun memutuskan untuk mengundang Ke Yao makan di kantornya, makan mie instan hangat. Ke Yao request kopi hitam juga, soalnya dia masih harus rapat online sama orang Jerman sebentar lagi.

Tapi berhubung Ke Yao flu, jadi Dokter Shao tidak menuruti permintaannya dan ganti membuatkannya secangkir obat flu herbal. Dia bahkan mengundang Ke Yao untuk nonton orkestra bersamanya minggu depan. Ke Yao setuju, tapi... kalau dia tidak sibuk loh yah.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments