Biarpun Mi Ka memberinya waktu untuk memikirkan segalanya dengan seksama dan hak untuk memilih pilihannya sendiri, tapi Ke Lei tanpa ragu dan dengan mantap memilih pilihan Mi Ka untuk menjalani bedah minimal invasif.
"Aku percaya padamu." Ucap Ke Lei. Terharu, Mi Ka pun langsung memeluknya.
Keesokan harinya, Ke Yao mendatangi Dokter Shao di rumah sakit untuk membahas operasinya Ke Lei. Dia sudah mendengar tentang pilihan operasinya Ke Lei.
Tapi setelah melihat hasil CT scan dan MRI-nya Ke Lei, Ke Yao yakin bedah minimal invasif pastilah tidak akan mudah. Tapi itu bukan berarti dia tidak percaya dengan kemampuan Dokter Shao.
Dokter Shao mengerti, Ke Yao khawatir dan ragu karena yang akan dioperasi adalah adik kandungnya. Ke Yao mengakuinya, dia juga khawatir jika operasi ini akan memberi tekanan besar bagi Dokter Shao.
"Tekanan itu pasti ada karena operas ini memiliki kesulitan. Tapi kau juga tahu kalau aku tidak akan melakukan operasi yang tidak aku yakini. Nyawa pasien selalu menjadi yang nomor satu bagiku."
"Tapi operasinya Ke Lei ini tidak sebegitu darurat sampai kau harus membuat keputusan ini, kan?"
"Keputusan untuk melakukan operasi atau tidak, semuanya tergantung pada pasien. Yaitu Xing Ke Lei, adikmu. Kepentingan dia, bukan kepentinganku. Menjadi seorang polisi sangat penting baginya. Jika dia masih ingin terus menjadi seorang polisi, maka dia harus melakukan operasi ini agar dia bisa kembali pulih ke kondisi sebelum operasinya secepat mungkin. Ini adalah tanggung jawabku."
"Terima kasih."
"Aku akan berusaha keras secara profesional maupun secara pribadi. Mohon kau tenang saja."
Mi Ka sibuk bukan main menyiapkan segala keperluan Ke Lei untuk opname di rumah sakit dan segala macam suplemen untuk pasca operasi nanti. Ke Lei sampai harus menariknya biar dia diam.
"Kau seperti ini, seakan-akan aku ini anak SD yang mau pergi karya wisata. Minta uang jajan."
"Nih, kukasih 2 RMB buat jajan."
"Kau gugup? Kenapa? Tidak percaya pada Dokter Shao?"
"Aku sangat percaya pada Dokter Kepala Shao. Tapi orang yang akan dioperasi adalah kau."
Ke Yao datang saat itu, membawakan beberapa makanan buat Ke Lei. Tapi berhubung besok cuma pemeriksaan, jadi Ke Yao tidak akan ikut ke rumah sakit, dia ada rapat, dia akan ke rumah sakit lusa saja saat operasi. Lagipula asal ada Mi Ka, Ke Lei pasti akan sangat patuh.
Mereka lalu masak makan malam bersama, tapi Ke Lei tidak konsen sampai dia salah memasukkan gula ke masakannya, membuat sayurnya jadi manis banget. Tapi dia berusaha meremehkan situasi ini dengan bernarsis ria, mengklaim kalau itu mungkin karena dirinya sangat manis.
"Ternyata Kapten Xing juga bisa membuat kesalahan."
"Kenapa aku tidak boleh membuat kesalahan? Di otakku ada penyakit. Apakah mungkin suatu hari nanti, aku bahkan tidak bisa mengenalimu?"
Dia mengucapkannya dengan nada santai seolah cuma bercanda, tapi Mi Ka langsung berkaca-kaca... hingga dia menyerah pada emosinya dan tangisnya pun pecah.
Canggung, Ke Lei berusaha menghiburnya. Tapi tetap saja Mi Ka tidak bisa tidak mengkhawatirkannya. Dia tahu kalau Dokter Shao adalah dokter yang hebat dan pernah mengoperasi pasien yang jauh lebih parah daripada dia.
"Tapi begitu aku teringat bahwa yang akan berbaring di meja operasi adalah kau, aku jadi takut. Sehebat apapun kau, walaupun kau penembak ulung, walaupun mendapat peringkat satu. Tapi setiap kali kau bertugas, aku pasti akan cemas. Aku tidak bisa mengendalikan diriku. Hari itu saat Li Nian dan yang lain datang membawakan buah untukku, aku sangat terkejut. Aku juga tidak ingin khawatir. Aku harap aku bisa mendukung semua keputusanmu. Tapi aku... aku benar-benar takut. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu."
"Kau mengkhawatirkanku, aku tentu merasa sangat senang. Tapi aku harus memberimu nasihat. Kau sebagai seorang dokter, seharusnya lebih logis. Bayangkan kalau suatu hari kaulah yang harus melakukan operasiku, kau mau melakukannya atau tidak?"
"Aku tidak mengizinkanmu melakukan operasi lagi."
"Baik, baik. Tidak lagi, tidak lagi. Tapi... gigi bungsuku belum dicabut. Kau harus mengizinkanku mencabut gigi bungsuku. Operasi kecil boleh, kan?"
Mi Ka begitu sedih hingga dia langsung memeluk Ke Lei erat-erat dan menolak makan. Tapi Ke Lei memaksanya untuk makan, bahkan dengan senang hati menyuapi Mi Ka.
"Aaaah, aku buka mulut. Eh bukan, kau yang buka mulut. Biar aku menyuapimu." Canda Ke Lei... dan sukses membuat Mi Ka ketawa.
"Aaah... cepetan!"
"Apa ini tidak sedikit terlalu tragis?"
"Siapa suruh kau membuat masakan ini begitu tidak enak? Aku nangis nih!"
"Jangan menangis, jangan menangis"
Usai makan, mereka saling bekerja sama menyelesaikan lego-nya Ke Lei. Sudah larut, Mi Ka mencoba menyuruh Ke Lei untuk istirahat saja. Tapi Ke Lei menolak berpisah secepat ini, mengklaim kalau dia belum mengantuk dan langsung merangkul Mi Ka.
Mi Ka langsung mengecup pipinya dan mengingatkan Ke Lei bahwa dia juga bisa menjadi sandarannya Ke Lei. Jadi Ke Lei tidak perlu menanggung segalanya seorang diri. Ke Lei juga boleh bermanja-manja padanya. Mendengar itu, Ke Lei langsung balas mengecup pipinya lalu bermanja ria menyandarkan kepalanya di bahu Mi Ka.
Keesokan harinya, Ke Lei dan Mi Ka berangkat bersama ke rumah sakit. Ke Lei ingin naik taksi saja. Tapi Mi Ka bersikeras mau menyetir mobilnya Ke Lei sendiri. Yang jadi masalah, Mi Ka bahkan masih belum hapal urutan menyetirnya. Gigi D maju... Wkwkwk! Waduh, Waduh! Bisa bahaya kalau Mi Ka yang nyetir.
Untungnya Ke Yao muncul saat itu, dia sudah memutuskan untuk membatalkan rapatnya dan lebih memilih mengantarkan mereka ke rumah sakit.
Rekan-rekan SWAT juga datang untuk memberikan dukungan mereka. Ke Lei langsung mengeluhkan mereka yang datang tidak bawa apa-apa. Bercanda doang sih, tapi Wen Bo malah menanggapinya dengan serius. Yang lain jadi geli mendengarnya.
Tapi Ke Lei serius saat dia mengingatkan mereka bahwa mereka tetap harus serius latihan saat dia sedang tidak ada. Terutama Wen Bo dan Wen Jing, mereka harus bekerja sama dengan baik dalam latihan menembak runduk.
"Apa maksudmu? Kau sudah tidak mau bekerja sama denganku? Tidak senang denganku?" Wen Jing pura-pura tersinggung. "Kuberitahu kau. Posisimu ini tidak bisa digantikan siapapun. Cepatlah sembuhkan tubuhmu."
Dokter Shao datang saat itu untuk mengecek kondisi mental Ke Lei dan menyuruh Mi Ka untuk membawa Ke Lei melakukan beberapa pemeriksaan sebelum operasi.
Dia juga mengingatkan bahwa Ke Lei harus puasa sebelum operasi. Mulai jam 8 malam nanti, dia tidak boleh makan atau minum apapun. Operasinya Ke Lei akan dilakukan esok sore.
Ke Yao galau antara ingin memberitahu kedua orang tuanya tapi ragu. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengurungkan niatannya. Lagipula mereka berada di luar negeri, jadi tidak bisa membantu apa-apa.
Memberitahu mereka hanya akan membuat mereka cemas. Jadi Ke Yao memutuskan untuk memberitahu mereka nanti saja setelah operasi selesai.
"Kau ini, bertahun-tahun belum berubah. Kau takut orang lain khawatir, jadi semua hal kau tanggung seorang diri. Begini saja. Kau pulang dan beristirahatlah. Yang lainnya serahkan saja padaku, oke?"
"Oke."
Malam harinya, Mi ka menemukan Ke Lei duduk di bangku taman sendirian sambil menatap bintang. Dia sedang melihat bintang-bintang atau sedang memikirkan gadis lain atau sedang gugup memikirkan operasi besok?
"Aku sedang berpikir, kenapa para gadis cantik sudah menikah semua?" Canda Ke Lei.
Dia meyakinkan kalau dia tidak gugup sama sekali. Mi Ka percaya, dia masih bisa memikirkan gadis cantik, itu artinya dia tidak sedang berusaha untuk tegar. Tapi... beneran nggak gugup?
Ke Lei pun menjawabnya dengan meletakkan tangan Mi Ka ke dadanya, biar Mi Ka bisa merasakan detak jantungnya. Tapi Mi Ka cuma bisa merasakan otot dadanya, detak jantungnya tidak terdengar tuh.
Maka Ke Lei langsung mendorong kepala Mi Ka ke dadanya agar Mi Ka bisa mendengar irama jantungnya yang sangat tenang, dia benar-benar tidak gugup.
'
"Hidup itu ada yang didapatkan, maka ada yang harus dilepaskan. Lagipula, sekarang yang kumiliki sudah cukup banyak."
Tapi Ke Lei punya satu permintaan. Besok saat dia operasi, dia sebaiknya Mi Ka jangan ikut masuk.
"Kenapa?"
"Kurasa saat itu aku tidak begitu enak dilihat. Biar aku mengatur gaya rambutku dulu." Canda Ke Lei.
"Kenapa kau centil sekali? Baiklah, aku janji padamu."
"Aku ingin kau berjanji satu hal lagi. Kuharap saat aku sadar nanti, yang pertama kulihat adalah kau."
"Aku janji padamu."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam