Sinopsis You Are My Hero Episode 26 - 2

Mi Ka memutuskan untuk memberitahu Ke Yao tentang kondisi Ke Lei. Dan jelas saja berita itu membuat Ke Yao langsung memutuskan untuk membatalkan acara jalan-jalannya dan memesan tiket pesawat pulang.

Dokter Shao dan Yi Qian turut prihatin mendengarnya. Dokter Shao tidak bisa menemaninya pulang karena masih ada konferensi penting, tapi dia meminta Ke Yao untuk mengirimkan hasil pemeriksaan Ke Lei padanya nanti biar dia pelajari.

Ke Lei pergi sendirian ke sebuah restoran saat tiba-tiba saja Wen Bo muncul juga. Sebagai sahabat bertahun-tahun lamanya, Wen Bo tahu betul kalau Ke Lei akan pergi ke restoran ini karena Ke Lei selalu datang kemari setiap kali suasana hatinya sedang buruk. Mereka bahkan kompak memesan mie daging sapi.

Dulu restoran ini ditemukan oleh Lu Feng. Dulu mereka selalu datang kemari dan makan semangkok mie daging sapi setiap kali habis dihukum saat latihan.

Ngomong-ngomong tentang Lu Feng, belum juga Ke Lei sempat menyentuh mie-nya, Lu Feng mendadak muncul juga dan langsung merebut mangkoknya Ke Lei. Dia juga sudah dengar tentang penyakitnya Ke Lei sampai dia rela bela-belain pulang dari Thailand untuk menemani Ke Lei.

Waktu Ke Lei datang ke bar-nya waktu itu, Lu Feng memang merasa ada yang aneh dengan Ke Lei. Kenapa Ke Lei tidak memberitahunya sejak awal. Mereka pasti akan bahu membahu mendukung Ke Lei.

Tiba-tiba lagu kenangan mereka diputar, Lu Feng dan Wen Bo mendadak kompak menyanyikannya dengan penuh semangat dan penghayatan sampai orang-orang menatap mereka. Ke Lei malu banget, tapi tak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya dan akhirnya cuma bisa menundukkan kepalanya saking malunya.

Saat Ke Lei pulang tak lama kemudian, dia mendapati kakaknya sudah menunggu dengan muka marah. Bagaimana bisa dia tidak marah, Ke Lei sama sekali tidak memberitahunya tentang penyakitnya.

Apa Ke Lei baru akan memberitahunya saat kondisinya sudah parah. Kalau sampai ada apa-apa sama Ke Lei, bagaimana dia harus menjelaskannya pada ayah dan ibu mereka.

Dia mengerti kalau gengsinya Ke Lei sangat tinggi dan selalu ingin mengatasi semua masalah sendiri. Tapi bagaimanapun, Ke Lei adalah adiknya. Ke Yao tidak bisa tidak khawatir.

Merasa bersalah, Ke Lei berusaha menenangkan Ke Yao dengan mengingatkan bahwa penyakitnya ini bukan penyakit besar, jadi Ke Yao tidak perlu khawayir.

Ke Yao dengan emosi mengklaim kalau dia tidak khawatir, dia hanya marah. Tapi jelas dia sebenarnya khawatir. Maka Ke Lei berusaha menenangkannya dengan menawarkan untuk memasakkan mie untuknya.

Di rumah sakit, Yan Shan mendapati Mi Ka termenung sedih di taman. Dia juga sudah mendengar tentang kondisinya Ke Lei, makanya dia datang untuk memberikan dukungannya untuk Mi Ka dan meyakinkan Mi Ka untuk tidak khawatir. Bagaimanapun, itu bukan penyakit besar.

"Sebagai dokter, tentu saja aku tahu itu. Tapi sebagai pacar, aku tidak mungkin tidak khawatir."

"Tapi aku percaya padamu. Kau pasti bisa menyesuaikan kondisimu dan menemaninya melewati situasi ini."

"Terima kasih."

"Akulah yang seharusnya berterima kasih atas apa yang kau lakukan untuk ibuku di ruang operasi."

"Itu memang harus kulakukan."

"Ingat tidak waktu kita terjebak di lift bersama pasien trauma dada. Aku tidak seberani dirimu waktu itu. Tapi jika kau seperti aku, mungkin ibuku sekarang masih berada di ICU."

Yan Shan akui bahwa awalnya dia berteman dengan Mi Ka karena dia merasa kalau Mi Ka tidak sehebat dirinya. Tapi saat dia tahu kalau Dokter Shao lebih memandang tinggi Mi Ka, dia merasa sangat tidak puas. Sejak saat itu, semakin hari dia semakin salah.

"Yan Shan, dalam hatiku, kau selalu yang paling pintar... dan juga dokter yang sangat profesional."

Yan Shao benar-benar merasa malu dan merasa bersalah mendengarnya. "Mi Ka, maafkan aku."

"Aku menerima permintaan maafmu. Kita masih teman seperti dulu."

Malam itu, Ke Lei menjemput Mi Ka. Tapi karena kondisi kesehatannya ini, jadi sekarang dia tidak bawa mobil. Maka mereka memutuskan untuk pulang naik bis.

Cuma ada mereka berdua, maka Ke Lei langsung membentangkan tangannya ke sandaran kursinya Mi Ka. Mi Ka pun dengan senang hati menyandarkan kepalanya ke bahu Ke Lei.

Tapi... kali ini Ke Lei lebih butuh kasih sayang. Jadi Mi Ka pun langsung menarik kepala Ke Lei ke pelukannya dan memeluknya bak seorang ibu memeluk bayinya.

Bahkan saat mereka makan malam bersama Ke Yao, kedua wanita itu kompak memanjakan dan melayani Ke Lei seolah dia raja. Ke Yao bahkan memintanya untuk cuti lebih cepat dan Mi Ka mencoba mengajaknya jalan-jalan biar Ke Lei bisa rileks sebelum operasi. Kebetulan dia ada waktu libur dua hari.

Ke Lei tak percaya kalau Mi Ka ada waktu libur, sebentar lagi kan dia ada penilaian akhir tahun. Mi Ka mengklaim kalau segalanya sudah siap. Tapi Ke Lei masih ragu.

Apalagi kemudian Ke Yao juga mendadak menyuruh mereka pergi berdua dengan alasan memerintahkan mereka untuk membelikannya baju ski model terbaru padahal baju ski-nya sudah segudang.

Ke Lei semakin yakin kalau kedua wanita itu hanya mengkhawatirkannya. Tapi sikap mereka ini malah membuatnya jadi tambah gugup seolah bakalan terjadi kejadian besar.

Dia tidak suka. Kalau mereka hanya ingin membuatnya merasa nyaman, maka sebaiknya mereka bersikap normal saja. Mi Ka sebaiknya fokus pada persiapan ujiannya. Dan masalah baju skinya Ke Yao, cuci saja baju lamanya buat dipakai ulang.

Kedua wanita itu jadi tambah kompak mengambilkan banyak sekali lauk dan sayur untuknya. Ke Lei langsung saja memanfaatkan kesempatan untuk menyuruh mereka memijatnya bak tuan besar, dan kedua wanita itu dengan senang hati memanjakannya dan memijatnya.

Mi Ka bahkan melarangnya cuci piring. Ke Lei akhirnya masuk kamarnya. Walaupun di hadapan kedua wanita itu, dia berusaha bersikap tegar. Tapi sebenarnya dia sedih.

Dia menatap piala-pialanya dengan sedih sebelum kemudian memutuskan untuk memindahkannya ke dalam kotak lalu membungkus seragam polisi SWAT-nya. Mi Ka juga sadar perasaan Ke Lei yang sebenarnya, tapi dia mengerti untuk tidak mengganggunya dan membiarkan Ke Lei sendirian di kamarnya.

Keesokan harinya, Mi Ka video call Xiao Man dan curhat tentang Ke Lei padanya. Dia tahu kalau Ke Lei sangat peduli tentang masalah ini, Ke Lei hanya tidak memberitahunya dan tidak mau mengungkapkan penderitaan di dalam hatinya.

Xiao Man mengerti kekhawatiran Mi Ka. Terkadang, orang yang sakit bukanlah orang yang paling menderita. Justru orang terdekatnya yang paling peduli-lah yang lebih menderita.

"Aku sangat berharap aku bisa membantunya memikul sedikit beban dan bisa melakukan sesuatu. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa. Melakukan apa pun juga tidak berguna."

"Kau pasti bisa. Bukankah aku juga awalnya merasa kehilangan harapan. Kau, Mi Ka, adalah orang yang membuatku bertahan. Kau yang membuatku percaya bahwa masih ada keajaiban. Apa pun yang ingin kau lakukan, kau pasti akan berhasil." Ucap Xiao Man menyemangatinya.

Di rumah sakit, Mi Ka sedang fokus mencari informasi tentang bedah minimal invasif demi Ke Lei saat Dokter Shao mendadak muncul. Dia memutuskan untuk pulang lebih cepat dari konferensinya.

Dia juga sudah mendengar tentang Ke Lei. Dia mengerti kalau Mi Ka pasti khawatir kalau-kalau Ke Lei tidak akan bisa kembali ke garis depan. Apalagi efek kraniotomi nantinya pasti akan memengaruhi banyak gerakannya dan pada akhirnya akan memengaruhi latihannya Ke Lei.

Tapi Dokter Wang bilang bahwa letak tumornya tidak bagus, jadi sulit untuk melakukan bedah minimal invasif. Dan mungkin tumornya juga tidak bisa diangkat tuntas.

"Tapi aku merasa aku bisa." Ujar Dokter Shao. Hah?

Dia tahu bedah minimal invasif resikonya tinggi. Tapi Dokter Shao sudah melihat rekam medisnya Ke Lei dan dia yakin dia bisa. Mi Ka terharu mendengarnya.

Saat Ke Lei menjemputnya malam harinya, Mi Ka langsung memeluknya dan memberitahukan masalah ini padanya. Dokter Shao bilang kalau dia bisa melakukan bedah minimal invasif padanya.

Jadi pemulihannya Ke Lei bisa lebih cepat dan singkat. Mungkin dia masih bisa mengikuti kompetisi. Mi Ka tahu kalau Ke Lei sangat peduli tentang penyakitnya ini, Ke Lei hanya pura-pura tidak peduli.

Operasi ini memang resikonya lebih besar, tapi Dokter Shao bilang kalau dia yakin bisa meminimalkan resikonya. Kraniotomi memang lebih aman, tapi penulihan bedah minimal invasif lebih cepat.

"Aku sekarang memberimu hak untuk memilih. Aku akan mendukung apa pun keputusanmu." Ujar Mi Ka.

Bersambung ke episode 27

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam