Setibanya di rumah sakit, Mi Ka mendapati rekan-rekannya sibuk bisik-bisik tapi langsung bubar begitu melihatnya datang. Mereka semua tampak canggung padanya, jelas mereka sedang menggosipkannya. Dokter Zhang-lah yang akhirnya memberitahu Mi Ka dengan tak enak hati bahwa Yan Shan yang terpilih dalam evaluasi departemen mereka.
Mi Ka menerimanya dengan besar hati dan mengakui bahwa kemampuan akademiknya Yan Shan memang hebat. Bahkan saat Yan Shan datang tak lama kemudian, Mi Ka setulus hati mengucap selamat padanya.
"Tapi menurutku kalau bukan karena masalah laporanmu, kau juga punya kesempatan." Ujar Dokter Zhang.
"Mungkin masih akan kalah dibandingkan Yan Shan."
Mi Ka lalu membelikan secangkir kopi untuk Dokter Shao sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan datanya. Tidak masalah biarpun pada akhirnya dia tidak terpilih, Mi Ka sadar akan kemampuan akademiknya sendiri. Dia sudah menduga kalau dia tidak akan terpilih. Tapi tanpa bantuan datanya Dokter Shao, dia mungkin bahkan takkan bisa mengumpulkannya tepat waktu.
Nanti dia akan mencoba meneliti dan memperbaikinya lagi di rumah. Siapa tahu setidaknya dia akan bisa menerbitkan jurnal. Toh tujuan akhir menulis disertasi bukan hanya untuk evaluasi saja.
"Kau ini lumayan optimis juga."
"Intinya, terima kasih, Dokter Kepala Shao."
"Tapi, apa kau pernah memikirkan kenapa data di komputermu bisa tiba-tiba terhapus tanpa sebab?"
Mi Ka sudah tanya ke teknisi. Menurut mereka mungkin salah hapus atau mungkin dia sendiri yang tak sengaja menghapusnya... tidak mungkin ada orang lain yang menghapusnya, kan?
Perawat Xiao Xiao datang saat itu untuk menyerahkan laporan ke Dokter Shao. Doker Shao pun keluar. Tapi saat baru sampai pintu, tiba-tiba dia mendengar Perawat Xiao Xiao memberitahu Mi Ka tentang apa yang dia saksikan waktu itu, bahwa dia melihat Yan Shan duduk di mejanya Mi Ka pada hari data penelitiannya terhapus.
Maka Mi Ka pun langsung membawa Yan Shan ke tempat yang agak sepi dan to the point tanya apakah Yan Shan yang menghapus data penelitiannya. Yan Shan pura-pura tersinggung awalnya, menuduh Mi ka memfitnahnya gara-gara Mi Ka gagal terpilih.
"Aku tidak memfitnahmu, aku tanya. Apa kau yang menghapus data penelitianku?"
"Tidak!" Bohong Yan Shan.
"Xiao Xiao bilang bahwa setelah aku dan Dokter Zhang keluar waktu itu, kau mengutak-atik komputerku."
"Benarkah? Bahkan sekalipun aku mengutak-atik komputermu, kau punya bukti apa kalau aku yang menghapus datamu? Hanya dengan ucapannya, kau mau melaporkan ke rumah sakit kalau aku menghapus datamu?"
Tidak. Mi Ka tidak akan melakukan itu. Biarpun kemampuannya tidak sehebat Yan Shan, tapi Yan Shan adalah teman baiknya. Karena itulah dia hanya ingin Yan Shan mengatakannya sendiri.
Kesal, Yan Shan akhirnya secara tak langsung mengakuinya dengan menuduh Mi Ka curang duluan. Dia menuduh Mi Ka membuat Dokter Shao menyukainya dan memihaknya.
Buktinya hanya Mi Ka seorang yang diundang ke pertemuan akademisnya Dokter Shao. Dokter Shao untuk membiarkannya menyaksikan proses operasi padahal waktu itu dia bukan di bedah saraf.
Begitu ada kesempatan, Dokter Shao langsung memindahkan Mi Ka kembali ke bedah saraf, bahkan langsung masuk ke ruang operasi. Sikap mereka tidak adil padanya.
Mi Ka tak percaya mendengarnya. "Jadi benar kau yang menghapus dataku. Aku hanya bisa bilang kalau aku tidak mengambil jalan belakang. Aku juga tidak berusaha mendapatkan rsa suka dari siapapun. Aku hanya ingin belajar cara bedah Dokter Kepala Shao. Kau mau kesempatan bedah, aku juga mau. Aku tidak memainkan trik apapun. Kau adalah teman baikku. Kita berdua seharusnya bersaing dengan adil. Kenapa kau berbuat begini padaku?"
Mi Ka akhirnya pergi dengan kesal dan saat itulah Yan Shan baru menyadari kehadiran Chen Tao yang mendengarkan segalanya sedari tadi. Bahkan Chen Taopun sangat kecewa padanya dan langsung pergi tanpa mengucap sepatah kata.
Saat Yan Shan kembali ke kantornya tak lama kemudian, Dokter Shao yang sekarang mendatanginya. Dia berbasa-basi dulu dengan mengucap selamat atas terpilihnya disertasinya Yan Shan, sebelum kemudian mulai membahas masalah terhapusnya datanya Mi Ka.
Dia bahkan belum mengonfrontasinya secara langsung tapi Yan Shan sudah gugup duluan dan berusaha membela diri dengan cari-cari alasan. Dokter Shao dengan sinis memberitahu kalau Mi Ka bahkan tidak mengatakan apapun padanya. Dia bertanya hanya ingin tahu apa yang dilakukan oleh muridnya.
"Xu Yan Shan, aku hanya akan bertanya satu kali. Apakah kau yang melakukannya? Kenapa kau berbuat begitu?"
Yan Shan akhirnya berhenti berpura-pura dan langsung mengeluhkan sikap Dokter Shao yang lebih pilih kasih pada Mi Ka. Bahkan sekalipun Mi Ka berbuat salah, Dokter Shao pasti akan langsung memaafkannya. okter Shao tidak pernah melihat apa yang dia lakukan untuk Dokter Shao.
Dokter Shao akui bahwa dia memang tidak pernah menanggapi segala hal yang Yan Shan lakukan padanya. Tapi itu karena dia tahu niatan Yan Shan yang sebenarnya. Tapi Mi Ka beda, dia tidak memiliki pikiran apapun. Mi Ka sangat polos dan hanya ingin menjadi dokter yang baik.
Sebenarnya disertasinya Yan Shan benar-benar sangat bagus, bahkan lebih bagus daripada punyanya Mi Ka. Sayangnya, dia malah melakukan sesuatu yang tidak seperlunya.
Dari sisi akademis maupun bakat, Yan Shan sebenarnya jauh lebih unggul daripada Mi Ka. Hanya satu kekurangan Yan Shan, dia masih belum tahu cara menjadi dokter yang baik.
Sejak operasi di lift waktu itu, Yan Shan hanya bisa memikirkan masalah dari sudut pandangnya sendiri. Bagi dokter, hal yang paling penting adalah nyawa pasien.
Nyawa pasien jauh lebih penting daripada nama baik diri sendiri, lebih penting daripada untung-rugi diri sendiri. Nyawa pasien selamanya di posisi pertama. Sedangkan Yan Shan hanya memikirkan dirinya sendiri, untung-rugi dirinya sendiri.
Menjadi dokter bukan berarti mereka harus menjadi teladan semua orang. Tapi untuk menjadi dokter yang baik, dia harus memiliki keberanian untuk mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan pasien dari masa kritis.
"Kata 'Keberanian' ini yang kau, Xu Yan Shan, tidak pernah kau miliki. Itu yang membuatku sangat kecewa. Itu jugalah bagian dari dirimu yang kalah dari Mi Ka."
Qing Xia sedang main game di sebuah cafe saat Lu Feng mendadak muncul. Dia tahu keberadaan Qing Xia dari melihat update Weibo-nya Qing Xia.
Qing Xia to the point dan terang-terangan menegaskan bahwa dia tidak punya perasaan apapun pada Lu Feng, jadi sebaiknya Lu Feng tidak usah buang-buang waktu.
Tapi Lu Feng pantang menyerah. Perasaan bisa tumbuh karena terbiasa. Jadi bagaimana kalau Qing Xia menghabiskan sedikit waktunya untuk lebih memahaminya?
Qing Xia menolak. Kenapa juga dia harus memahami Lu Feng, toh dia tidak akan hidup bersama Lu Feng. Kalau begitu, Lu Feng menawarkan diri untuk jadi penasihat game-nya Qing Xia saja. Dia jamin kalau Qing Xia pasti akan dapat nilai tertinggi.
Qing Xia menolak, makasih, dia bisa sendiri. Tapi baru juga sedetik main, Qing ia mendadak kalah. Maka Lu Feng langsung menunjukkan kehebatannya dan menang dengan mudah.
Tapi Qing Xia tidak kagum sedikitpun. Lu Feng memang hebat, tapi Qing Xia lebih suka memainkannya sendiri. Saat pelayan datang menanyakan pesanan Lu Feng, Qing Xia dengan cepat menegaskan untuk tidak menggabungkan tagihan mereka.
Dia menolak ditraktir sama Lu Feng. Sebenarnya Qing Xia tidak pernah perhitungan sama teman. Hanya saja, imaginasi Lu Feng ketinggian. Jadi lebih baik mereka menarik garis batas yang jelas.
Tapi penolakan Qing Xia malah membuat Lu Feng jadi semakin bersemangat untuk mengejarnya. Bahkan selama beberapa hari berikutnya, dia terus menerus muncul di hadapan Qing Xia di mana-mana kayak penguntit.
Tak peduli biarpun Qing Xia terus menolaknya dan tegas menyatakan kalau dia tidak menyukai Lu Feng, tapi Lu Feng terus bersikeras kalau Qing Xia hanya belum menyukainya. Pokoknya dia akan terus cari kesempatan untuk mendekati Qing Xia.
Kalau ada kesempatan, mereka bisa nonton, karaokean, dan lain sebagainya, agar mereka bisa jadi semakin dekat. Lagian apa salahnya dua orang teman bermain bersama. Hanya teman.
Kata 'hanya teman' itulah yang akhirnya sukses membuat Qing Xia melunak hingga dia mau juga nonton sama Lu Feng. Tapi dia maunya bayar sendiri-sendiri. Oke, Lu Feng tidak keberatan.
Mereka berdua lalu bersama-sama mengirim foto tiket bioskop mereka ke status masing-masing, dan kedua status itu sama-sama dilihat oleh Li Nian dan Luo Ting yang langsung menggosipkan hal ini dan Wen Bo tak sengaja mendengarnya.
Dia pura-pura sok cuek di hadapan mereka. Padahal begitu mereka pergi, dia langsung mengecek statusnya Qing Xia dan jadi gelisah karenanya.
Itu benar-benar memengaruhi mood-nya hingga saat dia keluar makan bersama Li Nian dan Luo Ting, satu-satunya yang dia pesan hanya bir, dan terus melamun dengan sedih.
Bersambung ke episode 25
1 Comments
lanjutt...tetap semangat n sehat selalu..
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam