Sinopsis You Are My Hero Episode 24 - 1

Dokter memberitahu bahwa tumor Hipofisis seperti ini biasanya adalah tumor jinak. Akan tetapi, tumor yang ada di kepala Ke Lei ini ukurannya cukup besar, jadi harus segera diobati.

Dokter menyarankannya untuk melakukan operasi kraniotomi. Itu memang bukan operasi besar, dan presentasi keberhasilannya lumayan tinggi, tapi tentu saja tetap ada resiko dan efek sampingnya.

Pemulihannya akan butuh waktu cukup lama, sekitar setengah tahun. Jadi pastinya itu akan sangat memengaruhi pekerjaannya Ke Lei. Kemungkinan, setelah menjalani operasi ini, Ke Lei hanya bisa menjadi PNS biasa dan tidak boleh melakukan olahraga berat selama proses pemulihannya.

"Setengah tahun?" Ke Lei tercengang mendengarnya. "Apa harus dilakukan?"

"Operasi merupakan pilihan terbaik untuk saat ini. Kalau tumornya terus membesar, bisa menekan sarafmu yang lain. Akibatnya bisa sangat berbahaya."

"Apa ada cara lain?"

Penyakit seperti ini ada yang bisa dikendalikan dengan obat. Tapi dengan kondisinya Ke Lei, obat tidak akan efektif. Bedah minimal invasif juga sulit untuk mengangkat seluruh tumornya. Dan kemungkinan kambuh setelah operasi juga lebih tinggi.

Berusaha tetap tegar, Ke Lei berkata kalau dia akan mempertimbangkannya dulu lalu pergi dengan tertunduk sedih. Ke Lei mencoba menghubungi Mi Ka. Tapi Mi Ka sedang sangat sibuk mengulang kembali semua data penelitiannya yang hilang sehingga teleponnya Ke Lei terabaikan.
 

Ke Lei akhirnya hanya bisa termenung sedih seorang diri di tengah jalan sampai-sampai dia tidak fokus menyeberang dan hampir saja tertabrak.

Untungnya ditengah kepanikannya, Mi Ka terselamatkan berkat Dokter Shao yang memberinya Harddisk berisi data-data penilitiannya yang bisa Mi Ka gunakan karena dulu Dokter Shao juga pernah membuat penilitian yang topiknya mirip disertasinya Mi Ka.

Ke Lei mencari informasi di forum tentang penyakit itu dan mendapati orang-orang yang pernah mengalami penyakit itu, menderita berbagai macam efek samping pasca operasi seperti: Penurunan memori, sering sakit kepala, epilepsi, dll. Bahkan ada seorang atlet yang pada akhirnya harus melepaskan karirnya gara-gara penyakit itu. Semua itu jelas membuat Ke Lei semakin putus asa.

Tiba-tiba rekan-rekannya mengirim chat, memberitahu tentang video latihannya Ke Lei yang diunggah ke TikTok sama Qing Xia dan mendapatkan banyak like.

Mereka semua beramai-ramai menyatakan iri sama Ke Lei atas kesuksesannya dalam karir dan asmara. Ke Lei jadi semakin sedih memikirkan karirnya yang begitu dia cintai.

Saat Ke Lei terbangun keesokan harinya, Ke Lei baru sadar kalau Mi Ka tidak pulang semalaman. Dihubungi juga tidak bisa.

Akhirnya hari ini Ke Lei menjemput Mi Ka dan dengan setia menunggu Mi Ka di depan rumah sakit. Tapi dia sengaja tidak memberitahu Mi Ka tentang penyakitnya. Saat Mi Ka dengan takut-takut meminta maaf karena tidak menjawab teleponnya, Ke Lei langsung memeluknya erat.

Mi Ka merasakan keanehannya, tapi Ke Lei pura-pura seolah dia cuma kangen lalu cepat-cepat mengalihkan topik mengajak Mi Ka makan malam.

Keesokan harinya, Ke Lei memasak sarapan untuk mereka berdua, pakai celemek superwoman yang imut. Mi Ka penasaran kenapa Ke Lei kemarin meneleponnya, tapi Ke Lei masih bersikeras tidak mau bilang.

Mi Ka pun tidak curiga apapun, lalu memperlihatkan video latihannya Ke Lei yang diunggah ke TikTok kemarin. Para wanita pada bilang kalau Ke Lei keren dan gagah banget.

"Kalau suatu hari aku tidak bisa sekeren ini, tidak bisa menjadi polisi, apa kau tidak akan menyukaiku lagi?"

"Mana mungkin?"

"Apanya yang tidak mungkin."

"Pokoknya tidak mungkin." Ujar Mi Ka dan langsung memeluk Ke Lei dari belakang dengan manja, dan terus menempelinya seperti itu selama Ke Lei mondar-mandir di dapur.

Berusaha menahan kesedihannya, Ke Lei memutuskan memberitahu Mi Ka tentang penyakitnya, tapi dia berbohong bahwa temannya yang punya penyakit itu dan disarankan untuk kraniotomi.

Tanpa curiga apapun, Mi Ka setuju agar temannya Ke Lei itu kraniotomi, lagian itu bukan penyakit besar, ilmu pengobatan sekarang sangat maju.

Di markas, Wen Bo tiba-tiba melihat Qing Xia datang. Dia sontak mau menghindarinya, tapi gagal saat Qing Xia berteriak memanggilnya. Terpaksa dia harus menghadapi Qing Xia dan berbohong kalau dia tidak berniat menghindari Qing Xia.

Qing Xia to the point memberitahu Wen Bo untuk datang jam 8 nanti malam, ada yang mau dia katakan pada Wen Bo. Lagi-lagi Wen Bo mau buat-buat alasan untuk menghindar, tapi Qing Xia dengan cepat menyatakan ketidakpercayaannya. Terserah Wen Bo ada urusan atau tidak, pokoknya Wen Bo harus datang. Dia akan terus menunggu kalau Wen Bo tidak datang.

Wen Bo jadi galau. Jelas-jelas dia menyukai Qing Xia. Tapi saat dia melihat-lihat fotonya bersama Qing Xia bersama Kakek-Nenek, tiba-tiba Lu Feng meneleponnya, memberitahu kalau temannya bawa oleh-oleh koyo dari Thailand banyak banget buat ibunya Wen Bo yang sering rematik.

Lu Feng memang benar-benar tulus pada teman-temannya, dan tampaknya itulah yang membuat Wen Bo semakin tak enak hati untuk bersaing dengan Lu Feng.

Qing Xia sudah menunggu di restoran sambil mempraktekkan kata-kata yang akan dia ucapkan untuk menyatakan cintanya pada Wen Bo nanti. Dia yakin kalau Wen Bo juga punya perasaan yang sama terhadapnya.

Jika tidak, maka tidak mungkin Wen Bo mau repot-repot mengambilkan kameranya waktu gempa, apalagi memasakkan bubur untuknya.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Keduanya sama-sama canggung dan gugup sehingga tak sengaja keduanya bicara secara bersamaan. Qing Xia mengalah, Wen Bo lalu menyerahkan sebuah kado untuknya, sebuah strap kamera yang pasti cocok buat kamera antiknya Qing Xia.

Wah! Qing Xia tersentuh dan senang banget dengan perhatiannya. Sayangnya shutter kameranya sudah rusak gara-gara kejatuhan waktu gempa dan dia masih belum menemukan penggantinya.

"Kapan-kapan akan kubantu kau memeriksanya." Ujar Wen Bo.

Tapi setelah membawa Qing Xia terbang ke langit, tiba-tiba dia menghempaskan Qing Xia kembali ke bumi dengan menyatakan bahwa Qing Xia adalah teman baiknya. Hadeh! Wen Bo! Wen Bo!

Qing Xia tercengang dan kecewa mendengarnya. "Apa sebenarnya yang mau kau katakan?"

"Aku mau bilang... kau selalu sangat baik padaku dan ibuku. Bisa memiliki teman sepertimu, aku sangat senang. Aku selalu mencari kesempatan untuk berterima kasih padamu. Makan kali ini, aku yang traktir."

Qing Xia patah hati mendengarnya. Jadi Wen Bo datang hari ini dan memberinya hadiah ini, hanya untuk memberitahunya bahwa mereka adalah sahabat?

"Sahabat terbaik." Tegas Wen Bo.

Berusaha menahan emosinya, Qing Xia langsung mengajak Wen Bo bersulang untuk 'persahabatan' mereka. Tapi Wen Bo menolak minum, maka Qing Xia langsung saja menggantikannya dan meneguk habis wine itu. Dia terus mengisi ulang gelasnya sembari mengucap terima kasih atas segala kebaikan Wen Bo terhadapnya selama ini.

Wen Bo jadi khawatir dan berusaha menghentikannya, tapi gagal. Dengan berlinang air mata, Qing Xia dengan sinis meminta 'sahabatnya' itu untuk tidak menahan tangannya. Dan Wen Bo langsung menurutinya begitu saja dan melepaskan tangannya, membuat Qing Xia semakin kecewa padanya.

Qing Xia akhirnya pergi menemui Mi Ka dan menangis dalam pelukannya sampai dia ketiduran. Mi Ka benar-benar khawatir padanya.

Wen Bo sendiri sebenarnya sedih dan frustasi hingga dia melampiaskannya dengan berlari keliling lapangan di tengah derasnya hujan. (Lagian ngapain kamu keras kepala dan menolak perasaanmu sendiri, dasar Wen Bo!) Li Nian dan Luo Ting nggak ngeh dengan kesedihan Wen Bo dan mengira kalau Wen Bo cuma sedang latihan.

Semua orang sedang sedih malam ini. Ke Lei pun tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya.

Keesokan paginya, Mi Ka mendapati Qing Xia sudah bangun duluan dan memasakkan sarapan untuk mereka berdua, yah walaupun menunya cuma mie instan.

"Apa kau sudah baik-baik saja?" Cemas Mi Ka.

"Memangnya bisa kenapa lagi? Demi dia, aku sudah mabuk-mabukan dua kali. Mau aku bagaimana lagi?"

"Kak Xia, bersemangatlah. Kau adalah Kak Xia yang disukai banyak orang. Shu Wen Bo yang tidak beruntung, tidak mensyukuri dirimu yang manis ini."

Iya, Mi Ka benar. Tapi... rasanya tetap ada sedikit rasa tak nyaman di hati. Tapi Qing Xia berusaha untuk tetap positif. Luka sedalam apapun, pasti akan sembuh seiring berjalannya waktu.

Dia sendiri tidak mengerti apakah dia menangis karena dia benar-benar sangat menyukai Wen Bo atau cuma karena gengsinya yang tidak bisa menerima hal ini. Tapi tidak masalah, toh sekarang sudah berlalu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

  1. semangaaaattttt...selamat hari esya idul fitri 1442H...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, mohon maaf lahir batin yah, maaf update-nya rada lama, memang rada sibuk kemarin, InsyaAllah bisa rutin update lagi setelah hari raya ������

      Delete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam