Ling Yue langsung membantu An Xin keluar dari bak mandi dan mengusirnya, dia sudah tidak butuh bantuan An Xin sekarang. Tapi tak pelak kejadian itu membuat mereka berdua jadi sama-sama canggung pada satu sama lain.
An Xin ingin mengatakan sesuatu. Tapi bahkan sebelum dia sempat ngomong, Ling Yue tiba-tiba nyerocos duluan mengeluhkan pelayanannya An Xin yang tidak memuaskan, jadi dia menuntut An Xin untuk bayar kompensasi atas trauma mental yang An Xin sebabkan padnaya.
Enak aja! An Xin jelas tidak terima dong. Ling Yue duluan yang salah dan menariknya sehingga dia terjatuh. Ling Yue tak peduli, intinya An Xin sudah melihat setiap bagian dari dirinya.
"Apanya yang bagus dilihat dari dirimu? Tongkat kering seperti tiang telepon. Kau bicara seolah aku ingin banget melihatmu. Cih!" Sinis An Xin.
"Kering? Aku kering bagaimana?"
Yah sudah lah, Ling Yue tidak mau berdebat lebih lama dengannya. Dia tidak perlu bayar juga. Tapi lain kali hati-hati.
An Xin balik ke kamarnya untuk mengecek webtoon-nya dan lagi-lagi mendapati kliknya masih sangat sedikit. Malah sekarang lebih parah gara-gara ada komentar jahat yang menghina cerita webtoon-nya, mengatai ceritanya basi, dan menyarankannya untuk mengikuti tren saja, membuat kisah cinta bos yang mendominasi.
An Xin tidak terima dan langsung berniat mau membalas komentar-komentar jahat itu. Tapi pada akhirnya dia terlalu ragu dan memutuskan mengurungkan niatnya.
Tapi tiba-tiba dia teringat insiden jatuh ke bak mandi bersama Ling Yue tadi... yang kontan membuatnya mendapat inspirasi untuk membuat cerita baru.
An Xin pun dengan cepat menggambar komik barunya dan tokoh prianya digambarkan berdada bidang yang terinspirasi dari Ling Yue. An Xin puas banget dengan karya terbarunya ini.
Tiba-tiba Ling Yue mengetuk pintu, mau pinjam laptopnya An Xin. An Xin santai saja membiarkannya, terlambat menyadari kalau dia belum menyembunyikan gambar kartun terbarunya.
Ling Yue sontak mendengus geli melihat gambar itu. Tapi dengan cepat dia fokus pada tujuannya, dia mengetik kode-kode biner, sepertinya sedang memperbaiki sister komputer perusahaan.
Setelah selesai, dia langsung menyindir An Xin. "Sepertinya kau memiliki kesan yang mendalam terhadap... tubuh keringku." (Pfft!)
Duh, malunya. An Xin sontak kesal mengomeli dirinya sendiri.
Keesokan harinya, An Xin akhirnya menerima notifikasi transfer gajinya. Wah! Senangnya... sampai saat dia baru ingat kalau Ling Yue kemarin minta dibelikan kursi roda impor dari Jerman. Iiish!
Terpaksalah dia harus membrowsing kursi roda dan memesan satu. Tepat saat itu juga, manajer mereka datang membawakan traktiran makanan untuk para anak buahnya. Dia bahkan berkata akan mentraktir semua orang nanti malam. Wah! Kayaknya baik banget tuh manager.
Err... atau sebenarnya, itu cuma facade? Dia kayaknya naksir sama An Xin, dia bahkan menyiapkan hadiah khusus untuk An Xin dan meminta An Xin untuk datang nanti malam. An Xin tanpa banyak berpikir, langsung saja menerima hadiah itu dan berjanji akan datang.
Waktu mereka makan malam, ada seorang pegawai baru yang ingin bersulang dengan An Xin, tapi si manajer mendadak bersikap sok pahlawan dengan mengklaim An Xin tidak bisa minum alkohol dan ngotot menggantikan An Xin minum, padahal An Xin jelas-jelas tidak suka dengan itu.
Usai makan, An Xin orang terakhir yang pamit. Tapi si manajer ngotot mau mengantarkan An Xin pulang, dengan alasan tidak aman cewek pulang sendirian. An Xin berusaha menolak, tapi si manajer terkesan memaksa. An Xin kesal sebenarnya, tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menurutinya dan membiarkannya mengantarkannya pulang.
An Xin benar-benar berusaha menarik batas dan buru-buru mau masuk rumah. Tapi si manajer terus saja berusaha merayu An Xin, meminta An Xin untuk memanggil namanya langsung saja alih-alih memanggilnya 'Manajer', bahkan mencoba membujuk An Xin untuk pindah ke bagian pembukuan saja daripada jadi kurir terus.
An Xin menolak semuanya dengan sopan. Dia akan tetap memanggilnya 'Manajer' karena itu lebih sopan, dan dia lebih suka hidupnya dan pekerjaannya yang sekarang.
Si manajer masih juga belum menyerah. Sekarang dia malah lebih berani terang-terangan nembak An Xin dan memberikan buket bunga mawar merah besar untuknya.
Berpikir cepat, An Xin langsung menolaknya dengan mengklaim kalau dia sudah punya pacar, baru jadian beberapa hari yang lalu. Tapi alih-alih menyerah, si manajer jadi cemburu dan langsung heboh menuntut keberadaan pacarnya An Xin itu.
An Xin mengklaim kalau pacarnya itu ada di luar negeri, mereka LDR. Si manajer jadi semakin tak mau menyerah begitu saja, bersikeras kalau dia masih ada kesempatan dan memaksa An Xin untuk menerima bunganya sebelum akhirnya dia pergi.
Ling Yue meyaksikan segalanya dari jendela rumah, dan jadi cemburu karenanya hingga begitu An Xin masuk rumah, dia langsung terang-terangan menyindir An Xin. Kelihatannya An Xin jadi senang hari ini, yah.
An Xin bingung mencari kedua vasnya yang anehnya mendadak hilang. Dan ada apa dengan wajah Ling Yue hari ini, dia tampak kesal.
Ling Yue dengan ketus mengklaim itu karena ada sesuatu yang salah di dalam ruangan ini. Tapi An Xin tidak merasa begitu, apanya yang salah, malah seluruh ruangan bau wangi bunga mawar.
"Sekarang sudah jam 23:20. Kau sudah menunda 20 menit waktu tidurku. Jika kau terlambat lagi..."
"Jika kau terlambat lagi lain kali, maka kau harus mengompensasi waktu tidurku." An Xin sudah hapal ancamannya.
"Kau juga bisa memilih untuk..."
Untuk apa? Tapi Ling Yue mendadak memutuskan untuk mengurungkan apapun yang hendak dia katakan dan menyuruh An Xin tidur saja. Dan baru setelah An Xin masuk kamar, Ling Yue akhirnya mengeluarkan kedua vas yang sengaja dia sembunyikan di balik selimutnya.
Saat Ling Yue terbangun keesokan harinya, bunga mawar itu masih ada di meja. Kesal, dia langsung menutupinya dengan kain. An Xin kembali tak lama kemudian dengan membawa kardus besar, dan jelas bingung melihat bunga mawarnya ditutupi kain.
Ling Yue mengklaim kalau bunga itu bisa menarik lalat. Padahal nggak ada lalat satu pun, tapi Ling Yue ngotot ada sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke udara (lalat ghoib, kali yah?). Dia cepat-cepat mengalihkan topik ke kardur besar itu.
Ternyata itu kursi roda pesanan Ling Yue. An Xin mengklaim kalau itu kursi roda impor dari Jerman. Tapi kok... kayaknya kurang meyakinkan. Sepertinya kurang kokoh.
Siapa bilang nggak kokoh. Ini sempurna, desainnya bagus, mudah dilipat dan sangat ringan. Coba saja dulu. Memang ini manual, tapi kan Ling Yue juga harus banyak olahraga. Jadi anggap saja ini buat olahraga, baik untuk kesehatan.
Jadi sekarang setelah dipotong kursi roda ini, tagihan air, listrik dan biaya hidup yang jadi membengkak dua kali lipat daripada sebelumnya, hutangnya An Xin berkurang jadi 108.000 Yuan.
An Xin lalu membantu Ling Yue memakaikan seatbelt-nya. Dia santai saja melakukannya dalam posisi yang tampak seperti backhug, tidak sadar kalau itu membuat Ling Yue jadi gugup.
An Xin lalu membantu mendorong Ling Yue keliling rumah sebelum kemudian dia menyuruh Ling Yue untuk belajar menggerakkan kursi roda itu sendiri. An Xin mau buang sampah dulu, Ling Yue pun langsung menuntut An Xin untu membuang bunganya juga. Untungnya kali ini An Xin menurutinya, Ling Yue pun senang.
Ling Shen berada di diskotik saat dia melihat Gu Xin Er nongkrong bersama teman-temannya. Hmm, sepertinya Ling Sheng suka sama Xin Er. Tiba-tiba ada cowok kurang ajar yang menggoda Xin Er, bahkan sampai menyentuhnya.
Xin Er kesal dan tidak terima. Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukan apapun, Ling Shen mendadak muncul menyelamatkannya dari pria itu. Xin Er dan teman-temannya langsung mengenali Ling Shen... soalnya semasa kecil dulu, Ling Shen selalu berkata kalau dia akan menikahi Xin Er. Xin Er senang bertemu dengannya lagi setelah sekian lama dan menyapanya ramah.
Mereka makan malam sambil diem-dieman. Ling Yue duluan yang berusaha mencairkan suasana dengan mengucap lelucon tentang harimau dan domba, tapi leluconnya garing banget.
Mengalihkan topik, Ling Sheng berkata bahwa tadi dia menghadiri acara berhadiah di pasar, dan dapat hadiah dua tiket film. Err... masak sih hadiah? Kayaknya beli sendiri deh.
Dia mencoba memberi kode dengan mengklaim bahwa dia tidak butuh dua tiket. An Xin langsung paham dan langsung mengambil satu tiket. Ling Yue senang.... sampai saat An Xin malah berkata...
"Biar aku bantu kau menjualnya."
Pfft! An Xin nggak peka deh. Kan bukan itu yang Ling Yue inginkan. Jelas dia menolak, lagian dapatnya juga tidak seberapa. Jadi dia memutuskan untuk ngomong terus terang menghadiahkan tiket itu untuk An Xin. Filmnya hari jumat jam 8 malam. An Xin bisa datang sepulang kerja.
An Xin tercengang mendengar ajakan kencan itu. Tapi baiklah, dia akan datang... kalau ada waktu. Ling Yue agak kecewa mendengar jawabannya. Tapi dia pantang menyerah, silahkan datang kalau An Xin mau hari jumat nanti.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam