Dokter Shao dan Ke Yao masak bersama-sama sambil ngobrolin masa lalu. Dulu, Dokter Shao yang selalu masak buat Ke Yao. Tapi Ke Yao mengklaim bahwa sekarang dia juga bisa masak dan masakannya tidak kalah enak daripada masakannya Dokter Shao.
Tapi ada satu makanan yang belum bisa dia masak sama persis seperti masakannya Dokter Shao, ikan gulama kuning yang dulu sering dimasak Dokter Shao.
Entah apa yang kurang dari resepnya sehingga tidak bisa menghasilkan rasa yang sama dengan buatannya Dokter Shao. Dokter yakin itu karena ada bahan yang kurang, mungkin bawang putih.
"Bukankah kau juga tidak pernah memakainya?" Heran Ke Yao.
Sebenarnya Dokter Shao selalu menambahkan bawang putih. Hanya saja dia tahu kalau Ke Yao tidak suka, jadi dia selalu mengeluarkan bawang putihnya sebelum menghidangkannya.
"Jadi dulu kau selalu membohongiku?"
"Apa ini dianggap berbohong? Aku orang yang sangat jujur."
Ke Yao geli mendengarnya. Mengalihkan topik, dia mengajak Dokter Shao untuk makan mie saja untuk makan siang mereka berdua. Toh yang lain sedang keluar sekarang. Dia sendiri yang akan buat, dia jamin rasanya tidak kalah dari masakan Dokter Shao. Dokter Shao setuju.
Saat Ke Yao menghidangkan mie-nya tak lama kemudian, Dokter Shao akui bahwa ternyata rasanya memang lumayan enak walaupun penampilannya biasa-biasa saja.
Ke Yao mengaku bahwa dia belajar membuatnya karena dia sangat menyukai mie ini. Hmm, mungkin karena mie itu adalah kenangan mereka berdua.
Dulu saat mereka masih kuliah, Dokter Shao-lah yang selalu membuatkan mie itu untuk Ke Yao karena waktu itu Ke Yao tidak bisa masak.
Kenangan itu membuat Dokter Shao jadi merindukan masa lalu, apalagi sudah lama dia tidak makan mie ini. Lagipula kalau cuma untuk dimakan sendiri, terlalu malas untuk memasaknya.
"Apa tidak ada momen untuk makan berdua (dengan orang lain)?" Tanya Ke Yao penasaran.
"Bahkan sekalipun hanya sebagai rekan makan, bukankah bersama seseorang juga butuh takdir? Aku belum bertemu dengan takdir yang cocok."
Yi Qian baru menghubungi Dokter Shao saat itu. Dokter Shao sontak mengonfrontasinya tentang masalah liburan ini. Protesnya membuat Ke Yao penasaran apakah Dokter Shao tidak senang liburan bersama mereka.
Dokter Shao menyangkal. Lagipula semua orang juga sudah saling mengenal satu sama lain. Ke Lei adalah adiknya Ke Yao dan Mi Ka adalah muridnya. Ngomong-ngomong tentang Mi Ka, Ke Yao penasaran dengan pendapat Dokter Shao tentang Mi Ka.
Dia ingin tahu lebih banyak tentang Mi Ka mengingat dia adalah pacar adiknya dan Mi Ka sangat baik pada Ke Lei. Dokter Shao juga merasa kalau Mi ka itu sangat baik.
Mi Ka punya bakat alami untuk menjadi seorang dokter bedah. Biasanya orang cenderung akan menyerah, menjadi was-was dan terlalu melindungi diri setelah mengalami begitu banyak kesulitan. Tapi Mi Ka tidak seperti itu.
"Dia sangat mirip dengan dirimu yang dulu." Ujar Dokter Shao.
"Lalu bagaimana dengan diriku yang sekarang?"
"Tentu ada beberapa sisi dirimu yang berubah. Tapi ada beberapa sisi yang mungkin takkan pernah berubah."
Wen Bo tampak bersemangat dan menikmati kegiatan kesukaannya ini. Tapi Qing Xia tiba-tiba gatal-gatal karena digigiti nyamuk. Padahal sudah pakai celana panjang, masih saja digigiti nyamuk.
Untungnya Wen Bo bawa semprotan anti nyamuk. Dia membantu menyemprotkanya ke kaki Qing Xia lalu menaruhnya di dalam tasnya Qing Xia. Dia sendiri tidak pakai, kulitnya kasar dan tebal, jadi nyamuk tidak akan sanggup untuk menggigitnya.
"Lalu kenapa kau membawanya (semprotan anti nyamuk)?" Tanya Qing Xia.
Pertanyaan itu sontak membuat Wen Bo membisu, tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Dan jelas saja Qing Xia langsung sumringah, sudah pasti Wen Bo membawa semprotan itu khusus untuknya karena Wen Bo khawatir dia digigit nyamuk.
Canggung, Wen Bo beralasan kalau dia membawanya buat jaga-jaga siapa tahu ada orang lain yang juga memerlukannya. Dia lalu buru-buru menghindar dengan mengajak Qing Xia melanjutkan perjalanan.
Mereka berhenti di tengah jembatan di padang ilalang untuk menikmati pemandangan. Wen Bo bercerita bahwa waktu kecil, dia sangat suka berlarian di gunung. Dia paling suka bulan Mei di mana buna-bunga Azalea bermekaran dan seisi gunung dipenuhi dengan warna merah yang sangat indah. Air pegunungan di kampung halamannya bisa langsung diminum loh.
"Kalau begitu, lain waktu kau bawalah aku ke sana juga."
"Hah?"
"Kenapa? Tidak menyambutku?"
"Baiklah."
Qing Xia senang. Dia lalu meminta Wen Bo untuk memotretnya. Wen Bo dengan senang hati melakukannya. Tapi saat dia mendekat kembali ke Qing Xia untuk memperlihatkan foto itu, tiba-tiba dia terpana saking terpesonanya sama Qing Xia.
Cepat-cepat menguasai diri, Wen Bo langsung mengalihkan pandangannya dan mengajak Qing Xia kembali sekarang, sudah sore soalnya. Tapi Qing Xia saking senangnya, jalan dengan melompat-lompat, tapi ujung-ujungnya malah salah berpijak dan jadi keseleo.
Wen Bo sontak cemas lalu membantu mengecek kakinya dengan lembut dan penuh perhatian. Qing Xia jadi berbunga-bunga sampai mengkhayal bakalan dibopong dengan romantis sama Wen Bo.
Sayangnya itu cuma khayalan. Nyatanya Wen Bo nggak ada romantis-romantisnya. Setelah mengecek kakinya, dia memutuskan bahwa Qing Xia cuma terkilir lalu cuma membantu memapahnya.
Qing Xia kecewa banget. Dia berusaha mengeluh manja dengan mengklaim kalau kakinya sakit banget sampai tidak bisa jalan. Tapi tetap saja Wen Bo nggak peka dan nggak ngerti apa maunya Qing Xia. Dia malah meninggalkan Qing Xia sebentar untuk mengambil mobil. Pfft!
Saat Ke Lei dan Mi Ka kembali tak lama kemudian, mereka melihat Ke Yao dan Dokter Shao bekerja sama memanggang daging. Duh, mereka udah kayak suami-istri aja.
"Lebih tepatnya, pasangan suami-istri tua." Bisik Ke Lei.
Qing Xia dan Wen Bo juga baru balik saat itu, dan jelas saja mereka kaget melihat kaki Qing Xia. Dia kenapa?
"Kakiku terkilir." Ujar Qing Xia sambil ngasih kode mata pada mereka.
Oh, Mi Ka mengerti. Terkilirnya tepat waktu banget yah. Ke Lei langsung usil niruin mereka, pura-pura kakinya juga terkilir biar Mi Ka memanjakannya, dan Mi Ka dengan senang hati memanjakan sang pacar tercinta.
Sementara Wen Bo mengurus Qing Xia dengan penuh perhatian dan membuat Qing Xia semakin terpesona padanya, Mi Ka terus berusaha mendorong Ke Yao ke Dokter Shao.
Saat Dokter Shao mengambil minuman, Mi Ka langsung memaksa Ke Yao untuk membantu Dokter Shao, mengklaim kalau minumannya berat banget dan Dokter Shao tidak mungkin kuat, jadi Ke Yao harus membantunya.
Tak lama kemudian, semua orang sudah berkumpul di meja makan dan Ke Lei mengawali acara dengan bersulang dan mengucap selamat ultah pada Mi Ka. Suasananya benar-benar menyenangkan dan penuh canda tawa, para pria pun sangat perhatian pada para wanitanya masing-masing.
Malam harinya, Mi Ka usul agar mereka semua main game 'Jujur atau Berani'. Qing Xia duluan dan menuntut Ke Lei untuk pilih jujur saja, tidak boleh pilih berani. Soalnya yang dia tanyakan adalah kenangan Ke Lei terhadap ciuman pertamanya.
Tapi Ke Lei malah berkata bahwa tidak ada kenangan (Hah? Memangnya ciuman pertamanya bukan sama Mi Ka, yah?). Ke Yao sinis, dengan tampangnya itu, mana mungkin Ke Lei pernah ciuman pertama.
"Memangnya kenapa dengan tampangnya? Dia sangat tampan." Protes Mi Ka tidak terima pacarnya dihina.
Dibela pacarnya seperti itu, Ke Lei jadi berani memprotes kakaknya. Dia bahkan langsung menarget Ke Yao dan memaksanya untuk pilih jujur. Tapi ujung-ujungnya Ke Lei malah tidak tahu harus tanya apa dan menyerahkan tugas itu ke Mi Ka.
Sengaja memancing, Mi Ka menuntut Ke Yao untuk menyebutkan tiga kebiasaan mantannya. Ke Yao malah pura-pura bodoh, pacarnya yang mana?
"Yang itu, yang memegang pisau kecil menusuk daging itu." Ujar Ke Lei.
"Aku kan tidak pernah pacaran sama tukang potong daging."
"Yang umurnya sudah tidak muda lagi itu."
Ke Yao akhirnya menyerah pura-pura bodoh dan menyebutkan tiga kebiasaannya Dokter Shao: Tidak makan keju, tidak makan lada dan makan bakpao cuma bagian kulitnya saja.
"Jadi kue yang waktu itu...?"
Dokter Shao tersenyum mendengarnya. "Dibeli untukku. Tidak pakai keju, iya kan?"
Sekarang giliran Dokter Shao. Dia pilih berani. Mi Ka tanya hal apa yang paling berkesan dari cinta pertamanya.
Dokter Shao melirik Ke Yao sejenak sebelum kemudian dia mengaku bahwa dia pernah menggunakan semua uang tabungannya untuk membeli dua tiket konser. Tapi pada akhirnya batal karena ternyata ayah gadis itu tidak mengizinkannya keluar malam. Waktu itu mereka masih SMA. (Jadi bukan Ke Yao?)
Qing Xia langsung berdehem dan mengisyaratkan Mi Ka untuk menarget Wen Bo. Mi Ka pun tanya sama Wen Bo, apa dia menyukai Qing Xia. Tapi Wen Bo malah menghindari pertanyaan itu dengan memilih 'Berani'. Qing Xia kecewa.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam