Ke Lei menjemput Mi Ka malam harinya. Tapi sepanjang perjalanan, dia gelisah banget takut Mi Ka marah gara-gara pesannya tadi. Apalagi Mi Ka juga tidak banyak bicara malam ini.
Lu Feng tadi bilang padanya bahwa tanda-tanda wanita lagi marah itu biasanya dia akan diam saja mengabaikannya. Ke Lei mencoba menanyakan Mi Ka mau makan apa, tapi Mi Ka hanya bilang terserah dengan cuek.
Lu Feng juga bilang bahwa wanita yang marah biasanya akan memunggunginya. Dan sekarang Mi Ka juga tampak memunggunginya. Ke Lei jadi semakin yakin kalau Mi Ka pasti lagi marah padanya.
Lu Feng menyarankannya untuk minta maaf. Wanita biasanya jadi tidak rasional kalau lagi marah, jadi Ke Lei harus minta maaf. Maka dengan takut-takut dia berusaha menjelaskan alasannya mengirim pesan itu hanya karena penasaran.
Tapi bahkan sebelum dia selesai bicara, Ke Lei tiba-tiba menyadari kalau Mi Ka diam bukan karena mengabaikannya, melainkan karena tidur. Saat itulah dia baru ngeh akan Mi Ka yang minta izin memejamkan mata, soalnya dia kecapekan.
Dia benar-benar nyenyak sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai rumah. Ke Lei membiarkannya tetap tidur dan menemaninya dengan sabar sekaligus keheranan.
"Gadis bodoh ini, setiap kali naik mobilku pasti tertidur. Apa dia merasa begitu tenang bersamaku? Iya juga, aku kan Paman SWAT-nya."
Setelah beberapa lama, Mi Ka akhirnya bangun juga. Menyadari dirinya selalu tertidur setiap kali berada di mobilnya Ke Lei, Mi Ka yakin kalau dia pasti merasa sangat aman setiap kali dia bersama Ke Lei.
Dia benar-benar capek, seharian ini dia melakukan empat sesi operasi. Tapi kenapa Ke Lei tidak membangunkannya, bukankah mereka seharusnya nonton bioskop.
"Kurasa melihatmu seperti ini, lebih menarik daripada menonton bioskop." Ujar Ke Lei, membuat Mi Ka jadi tersipu malu.
Eh, tapi... Mi Ka baru ingat kalau dia tidak melihat ponselnya sepanjang sore tadi. Hah? Berarti Mi Ka belum melihat pesannya. Ke Lei sontak panik berusaha menghentikan Mi Ka untuk tidak melihat ponselnya, tapi gagal.
Ke Lei jadi canggung dan tak enak saat Mi Ka akhirnya membaca pesan itu. Dia berusaha menjelaskan kalau dia tidak marah, dia cuma bertanya. Tapi yang tak disangkanya, Mi Ka sama sekali tidak marah, malah merasa bersalah dan langsung minta maaf padanya.
Tidak seharusnya dia mengambil keputusan sendiri dengan mengajak banyak orang untuk liburan bersama. Pacaran adalah tentang dua orang, jadi seharusnya dia mendiskusikannya dulu dengan Ke Lei. Ke Lei tidak marah, kan? Ke Lei jadi tak enak sendiri mendengar penyesalan Mi Ka itu, dia tidak marah kok.
"Tapi kali ini benar-benar karena ada sebuah alasan khusus. Dokter Kepala Shao harus ikut."
"Ke-kenapa?"
"Setengahnya karena kau."
Ke Lei tercengang saat Mi Ka memberitahu bahwa Dokter Shao ternyata mantannya kakaknya. Dia benar-benar tidak tahu. Dia hanya tahu kalau kakaknya pernah pacaran satu kali dulu, tapi tidak tahu dengan siapa.
Sekarang dia mengerti. Pantas saja kakaknya tidak pernah mencari pasangan. Ternyata dia masih belum melupakan mantannya.
Mi Ka memberitahu bahwa menurut Yi Qian, mereka berdua masih saling memikirkan satu sama lain dan sama-sama tak bisa saling melepaskan, tapi juga tidak bisa memulai kembali hubungan mereka.
Karena itulah, mumpung dia dan Dokter Shao ada waktu libur dan kebetulan liburnya di hari yang sama, Mi Ka ingin mengajak Dokter Shao jalan-jalan sama mereka. Ke Lei juga harus bisa menipu kakaknya untuk ikut.
"Hah? Kalau begitu, bukankah kakakku akan mengulitiku?"
"Apa yang kau takutkan? Akan kujahitkan kembali untukmu." Santai Mi Ka. Pfft!
"Err... makasih."
Biar suasana tidak jadi canggung dan terkesan seperti kebetulan, jadi Mi Ka juga akan mengajak Qing Xia. Bagaimana? Baiklah, Ke Lei akan mengalah dan berkorban kali ini. Eh tapi, dia penasaran.
"Kau begitu baik pada kakakku, apakah supaya kelak tidak ditindas setelah menikah?"
Oh, jadi Ke Lei serius ingin menikahi Mi Ka. Tapi alih-alih memikirkan masalah menikahnya, yang dipikirin Mi Ka cuma masalah penindasannya dan penasaran bagaimana Ke Lei akan menindasnya kelak.
"Bukan aku yang menindasmu, kakakku yang menindasmu. Mana mungkin aku menindasmu?"
"Terus kalau kakakmu menindasku, apa kau tidak akan membantuku? Jawab!"
Pfft! Ke Lei sontak bungkam ketakutan bak suami takut istri, sama sekali tak tahu harus menjawab apa.
Qing Xia akhirnya mendatangi Wen Bo ke markasnya. Mereka jadi canggung lagi sekarang. Qing Xia memberitahu kalau dia datang hanya untuk menunjukkan video penyelamatan gempa waktu itu pada Komandan Hao.
Tapi apa Wen Bo sangat sibuk belakangan ini sehingga Wen Bo selalu menolaknya setiap kali dia mengajak Wen Bo keluar? Wen Bo mengiyakannya, dia memang lumayan sibuk.
"Tapi aku merasa kau sengaja menghindariku." Serang Qing Xia.
Wen Bo menyangkal. Maka Qing Xia memutuskan untuk mengundangnya ke acara tamasya ulang tahunnya Mi Ka akhir pekan ini. Bisa diduga, Wen Bo langsung berusaha cari-cari alasan untuk menolak.
Tapi Qing Xia dengan cepat menyela dan mengaku bahwa dia sudah tanya sama Ke Lei dan Ke Lei bilang kalau Wen Bo sedang tidak ada urusan penting. Jadi kalau Wen Bo tidak mau ikut, berarti Qing Xia benar, bahwa Wen Bo sengaja menghindarinya.
"Kenapa aku sengaja menghindarimu?" Sangkal Wen Bo canggung.
"Benar. Kenapa kau sengaja menghindariku? Atau jangan-jangan... kau merasakan sesuatu yang berbeda terhadapku, makanya kau begitu takut melihatku?"
"Tidak."
"Kalau tidak, maka datanglah." Tantang Qing Xia. "Ingat, yah. Akhir pekan nanti, aku akan datang menjemputmu. Jika kau tidak datang, aku akan salah paham bahwa kau menganggapku berbeda dari yang lain."
Pada hari H, Qing Xia menunggu dengan sabar di depan markas... hingga Wen Bo akhirnya keluar juga. Qing Xia sontak sumringah. Bahkan saat mereka sudah masuk mobil, Qing Xia dengan sengaja menggoda Wen Bo dengan mendekatinya dan sukses membuat Wen Bo gugup, padahal Qing Xia cuma mau membantu memakaikan sabuk pengamannya. Pfft!
Qing Xia juga sudah menyiapkan makan siang untuk Wen Bo berupa pancake telur kesukaan Wen Bo. Dia jamin kali ini tidak keasinan.
"Kau kan alergi telur!"
Ow! Wen Bo masih ingat rupanya. Tapi jangan khawatir, Qing Xia cuma mencicipinya sedikit dengan ujung lidahnya kok. Ibunya Wen Bo yang mengajarinya.
"Ibuku meneleponmu lagi? Dia bilang apa lagi?" Cemas Wen Bo.
"Banyak. Kapan-kapan saja kuceritakan pelan-pelan."
Mi Ka penasaran, bagaimana caranya Ke Lei membujuk Ke Yao untuk ikut mereka liburan. Ke Lei mengklaim bahwa dia memberitahu kakaknya kalau Mi Ka mau menikahinya dan melamarnya, makanya Ke Yao setuju untuk ikut. Pfft!
"Kenapa kau... begitu membanggakan dirimu sendiri?! Dasar tidak tahu malu." Gemas Mi Ka ingin mencubitnya.
"Aku hanya tidak tahu malu terhadapmu."
Mi Ka sontak ngakak mendengarnya. "Bisa juga kau mengatakan kata-kata seperti ini."
Tiba-tiba Mi Ka mendapat pesan suara dari Chen Tao yang mengucap selamat ultah padanya... sekaligus memberinya bocoran tentang apa yang dilakukan Ke Lei belakangan ini.
Ke Lei menyuruhnya untuk membelikannya sebuah paket besar seharga ribuan RMB. Chen Tao yakin kalau Ke Lei pasti sedang menyiapkan kejutan besar untuk Mi Ka.
Mi Ka sontak menatap Ke Lei sambil menyengir lebar saking bahagianya. Ke Lei bingung ditatap seperti itu, kenapa Mi Ka menatapnya seperti itu? Jangan-jangan Mi Ka beneran mau melamar dan menikahinya yah?
Qing Xia dan Wen Bo akhirnya tiba saat itu, Ke Lei sontak menggodai Wen Bo. Mi Ka penasaran banget melihat Qing Xia berhasil mengajak Wen Bo, tapi Qing Xia menolak memberitahu.
Dokter Shao dan Ke Yao tiba secara bersamaan di vila dan jelas bingung melihat satu sama lain di sana. Dokter Shao mengaku kalau dia diajak Yi Qian untuk liburan di sini, tapi tiba-tiba Yi Qian bilang kalau dia lagi flu perut, jadi tidak bisa datang. Tapi mereka langsung bisa mengerti begitu menyadari mereka akan tinggal di vila yang sama.
Ke Lei cs baru tiba tak lama kemudian, pura-pura kaget melihat mereka di sana seolah mereka tak sengaja liburan di satu tempat yang sama. Ke Yao tak percaya, kebetulan banget. Apa ini jodoh?
"Betul, jodoh. Lihatlah, rambut kalian juga sama (sama-sama keriting). Memang jodoh."
Ke Lei lalu bagi-bagi kamar. Total ada empat kamar. Dia sekamar dengan Wen Bo, Mi Ka sama Qing Xia. Sedangkan Dokter Shao dan Ke Yao masing-masing satu kamar.
Qing Xia pamit duluan ke kamar. Wen Bo langsung sigap membantu membawakan barang-barangnya. Qing Xia senang banget. Ibunya Wen Bo menelepon tak lama kemudian, beliau-lah yang ternyata memberi Qing Xia saran tentang bagaimana cara menaklukkan Wen Bo.
Ibu langsung senang saat Qing Xia memberitahu kalau Wen Bo benar-benar ikut pergi. Dia meyakinkan Qing Xia bahwa untuk mengetahui Wen Bo suka atau tidak sama dia, cuma perlu melihat tatapan matanya pada Qing Xia. pasti akan langsung ketahuan. Wen Bo itu tidak bisa membohongi orang.
Ibu memberitahu bahwa Wen Bo itu sejak kecil hobi mendaki gunung. Jadi kalau Qing Xia ingin menaklukkan Wen Bo, maka dia harus mengikuti hobinya Wen Bo itu. Pokoknya Ibu sudah merestui Qing Xia dan akan mendukung Qing Xia sepenuhnya untuk mendapatkan Wen Bo.
Tak lama kemudian, Qing Xia keluar kamar bertepatan dengan Wen Bo, dan memberitahu Mi Ka kalau dia mau pergi mendaki gunung. Hah? Mi Ka jelas heran, hari ini mataharinya sedang terik, bukankah biasanya Qing Xia takut berjemur?
"Aku tidak takut! Aku paling suka berjalan santai di gunung." Ujar Qing Xia sambil ngasih isyarat mata ke Mi Ka.
Mi Ka mengerti. "Kalau begitu, bukankah kau butuh seseorang untuk menemanimu?"
Seketika itu pula Qing Xia langsung mengajak Wen Bo, dan Wen Bo langsung setuju. Tapi dia mengambil beberapa barang dulu sebelum berangkat.
Ke Lei membawa banyak sekali makanan dan minuman. Tapi begitu melihat Dokter Shao muncul, Mi Ka mendadak mengajaknya beli makanan lagi. Dia beralasan ada makanan yang ingin dia makan tapi Ke Lei lupa membelinya.
Ke Lei nggak nyambung awalnya, tapi Mi Ka terus mengedip-ngedipkan mata padanya dengan penuh arti... hingga akhirnya Ke Lei mengerti maksudnya dan mereka pun pergi meninggalkan Ke Yao berduaan dengan Dokter Shao dengan alasan mau beli abalon.
Tapi sekarang mereka tak tahu musti ngapain. Mau selfie, HP ketinggalan. Mau berkendara, lupa bawa kunci mobil. Nggak mungkin balik juga. Tapi tidak masalah, Ke Lei langsung menggandeng tangan Mi Ka dan mengajaknya jalan-jalan saja.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam