Nyonya Morn tanya berapa gaji yang Faidam inginkan. Faidam sih terserah Nyonya Morn saja, soalnya orang kampung seperti dirinya ini butuh pekerjaan dan tempat tinggal.
Jawaban yang jelas sangat disuka sama Nyonya Morn sehingga dia bisa menentukan sendiri berapa banyak yang rela dia keluarkan untuk menggaji Faidam.
Dia menghitung segalanya dengan seksama... hingga dia memutuskan untuk menggaji Faidam sejumlah 1.500 Baht saja. Hah? Cuma segitu? Faidam jelas tersinggung, Param dan Pon juga tidak setuju. Uang segitu bahkan tidak cukup untuk naik angkutan umum.
Tapi Nyonya Morn tak peduli. Lagipula selain uang segitu, dia juga akan memberikan makan dan tempat tinggal gratis untuk Faidam. Mau atau tidak?
Faidam kesal, tapi okelah. Dia bahkan pura-pura antusias banget menerima tawaran itu, mengklaim kalau itu lebih dari cukup untuk dirinya dan keluarganya di desa.
Padahal begitu keluar rumah tak lama kemudian, dia langsung menggerutui gaji yang ditawarkan Nyonya Morn tadi. Tiba-tiba Param muncul dari belakangnya dan menanyakan apa yang dia dia gerutui.
Kaget, Faidam buru-buru menyangkal, dia sama sekali dia tidak komplain apapun kok. Dia cuma mau pergi ke rumahnya Wat untuk mengambil baju-bajunya.
Yang tak disangkanya, Param tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar uang untuknya. Faidam langsung akting mewek lebay, ini pasti uang pesangon. Kenapa dia dipecat padahal baru sehari dia dipekerjakan?
Param menyangkal memecat Faidam, tapi Faidam ngotot tak percaya. Pokoknya Faidam tidak mau terima, dia tidak mau jadi pengangguran. Hiks! Hiks!
"Aku bilang aku tidak memecatmu. Aku memberimu gaji tambahan. Ibu memberimu 1.500, kutambahkan 8.500, jadi totalnya 10.000. Ambil saja, nih!"
Param tiba-tiba menggenggam tangan Faidam untuk menyerahkan uang itu ke tangan Faidam. Faidam langsung mengingatkan bahwa pegangan tangan seperti ini tuh tidak sopan, Param sontak melepaskan tangannya dengan canggung.
Tapi dia benar-benar dermawan. Bahkan jika Faidam merasa kurang, dia bersedia menambahkannya lagi. Dia mengerti bahwa uang yang diberikan ibunya sangat tidak cukup untuk apapun, jadi uang ini bisa Faidam gunakan untuk belanja alih-alih menggunakan uangnya sendiri. Dia juga bisa mengirim uang lebih banyak ke keluarganya di desa.
Dao tampaknya mulai agak terpesona sama Param. Tapi dengan cepat dia menguasai diri lalu mengucap terima kasih dengan gaya lucu ala Faidam sebelum kemudian pamit dan pergi.
Mendengarkan ceritanya Dao tentang Param, Wat jadi merasa kalau Param tuh sepertinya orang baik. Dao masih belum yakin sepenuhnya, dia masih harus terus mempelajari orang itu.
"Maksudmu kau akan terus jadi Faidam untuk sementara waktu? Sampai kapan?"
"Sampai aku membuka topengnya Dr. Param, bahwa dia bukanlah pria yang cocok untuk kunikahi."
Keesokan harinya, Pon membawakan roti croissant untuk sarapan mereka. Nyonya Morn memakannya dengan lahap saking enaknya... sampai saat Pon memberitahukan harganya yang mahal dan Nyonya Morn sontak protes panjang lebar mengeluhkan harganya yang terlalu mahal, bahkan melarang Pon untuk membeli lagi dan menyuruh Pon untuk beli icing biscuit yang murah saja, bisa sisa banyak juga.
"Banyak sisa karena rasanya tidak seenak rotinya orang kaya, Nyonya." Komentar Faidam.
"Apa kau pernah makan rotinya orang kaya sampai kau tahu kalau rasanya enak?" Heran Param.
Waduh! Keceplosan dia. Untungnya Faidam cepat putar otak dan mengklaim bahwa dia yakin roti itu enak karena harganya mahal. Kalau tidak enak, tidak mungkin bakalan terjual laris manis dengan harga segitu.
"Biarpun aku ini kayak gini, tapi aku tidak bodoh."
Usai sarapan, Param keluar dan Faidam langsung membuntutinya... dan langsung terpental jatuh gara-gara Param yang berhenti dadakan.
"Kenapa kau mengikutiku?"
Faidam menyangkal, dia tidak membuntuti Param kok, dia mau buang sampah. Tapi begitu Param jalan lagi, Faidam jelas membuntutinya. Param mendadak berhenti lagi sehingga hidung Faidam menubruk punggungnya dengan cukup keras.
Tapi dia keukeuh bersikeras kalau dia tidak mengikuti Param. Owwww... Faidam mendadak kecentilan bin kepedean. Param pasti mengira kalau dia naksir sama Param yah? Tapi jangan salah, biarpun tampangnya begini, tapi dia pemilih dalam masalah cowok loh.
"Buang saja sampahnya atau akan kubuang kau bersama sampahnya." Kesal Param.
Tapi Faidam malah sengaja pura-pura teriak heboh seolah ada sesuatu di kakinya Param, padahal tidak ada apa-apa. Dia cuma bercanda. Hehe.
Usai buang sampah, Faidam melihat ada seorang gadis desa bergigi tonggos dan rambutnya dikepang dua, sedang berdiri di depan pagar, sedang memanggil-manggil orang entah siapa. Faidam jelas bingung, dia cari siapa di rumah ini?
"Aku mencari Nyonya Pisamorn Montianrak."
"Oh, Nyonya. Terus namamu siapa?"
"Kau boleh panggil aku Bella. Taew juga boleh. Kimberley lebih bagus lagi. Putri Kate juga aku tidak keberatan sih. Beyonce juga tidak masalah, tapi aku lebih mirip Yaya." Kata gadis itu narsis sejadi-jadinya.
Faidam iyain ajalah. Dia memang Yaya, rambutnya juga bagus. Faidam santai saja memegang kepang rambut gadis itu... tepat saat Nyonya Morn mendadak muncul memanggil gadis itu 'Si Tonggos'.
Faidam kaget sampai tak sengaja dia menarik kepang rambut gadis itu terlalu keras... sampai lepas. Wkwkwk! Ternyata cuma hair extension.
Ternyata dia adalah Taew, pembantu lamanya Nyonya Morn yang baru kembali dari pulkam. Tapi dia perginya kelamaan dan sekarang Nyonya Morn mengomelinya panjang lebar, menyuruhnya untuk mulai kerja sekarang juga atau dia akan memotong gajinya setengah bulan.
Taew bercerita pada Faidam bahwa dia sudah tinggal di rumah ini sejak dia masih kecil. Soalnya ibunya dulu adalah pembantunya Tuan Sanga, ayahnya Dr. Param.
"Lalu Tuan Sanga ada di mana sekarang?" Tanya Faidam.
"Sudah meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu. Lalu bagaimana rasanya tinggal di sini? Nyonya sangat pelit dan tamak, yah?"
"Iya."
"Tapi sebenarnya dia orang baik loh."
Hah? Taew yakin kalau Nyonya Morn itu orang baik. Buktinya Nyonya Morn-lah yang membiayai sekolahnya dulu. Tapi Taew tidak betah sekolah, bikin pusing aja, mending cari suami. Pfft!
Bercanda, bercanda. Tapi Taew memang terlalu malas belajar, jadi dia cuma lulus sampai kelas 9. Tapi dia punya impian loh. Impiannya adalah menjadi selebritis... kayak Yaya biar dia punya pacar kayak Nadech. Tapi kalau tidak bisa dapat yang kayak Nadech, yang kayak Dr. Param juga boleh. Tampan dan baik hati.
"Dokter baik hati?"
"Iya. Dokter mengobati orang gila. Banyak pasien yang berhasil disembuhkan."
"Lalu kenapa dia tidak mengobati ibunya sendiri?" (Pfft!)
"Hei! Dasar mulut kotor! Asal kau tahu saja, Dokter amat sangat menyayangi ibunya. Apapun yang disuruh sama ibunya, dia rela melakukannya."
"Kayak dia memerintahkannya untuk menikahiku, yah?" Gumam Faidam.
"Hah? Siapa yang menikah?"
"Nggak, nggak. Berikan saja aku pekerjaan setiap kali kau tidak ada di sini. Apa ada yang bisa kubantu sekarang?"
Tidak ada, dia bisa melakukan apa saja yang dia suka mumpung Nyonya lagi tidur siang sekarang. Biasanya bangunnya sore. Ow, kesempatan!
Faidam langsung melesat keluar dan kembali jadi Dao lalu pergi mengajak Wat untuk bertemu dengan Nick, pemilik dari U-691 Interior Design, untuk membicarakan kesepakatan bisnis. Nick lalu memberi mereka sebuah proyek desain interior sebuah condominium, pemiliknya menginginkan gaya modern.
Tapi mereka tak sadar bahwa tepat setelah mereka pergi, Param muncul bersama Rika. Tapi Param cuma mengantarkan Rika, sehingga dia menolak ikut masuk dan memutuskan untuk pergi ke toko buku di mall.
Secara bersamaan, Dao juga memutuskan untuk melihat-lihat toko buku. Tak sengaja mereka meraih satu buku yang sama secara bersamaan pula, dan jelas saja Dao langsung tercengang melihat Param yang berdiri begitu dekat dengannya.
Sesaat mereka sama-sama terpana menatap satu sama lain... sampai saat Dao tersadar dan langsung memalingkan muka, takut Param mengenali wajahnya, jadi dia buru-buru melarikan diri.
Tapi Param malah mengejarnya untuk memberikan buku itu padanya. Dao berusaha menolak, tapi Param terus saja bersikeras mau memberikan buku itu, soalnya bukunya cuma tinggal satu.
"Tidak usah. Aku cuma mau melihatnya saja, aku tidak berniat untuk membelinya." Ujar Dao lalu bergegas pergi.
Wat tidak mengerti kenapa Dao begitu ketakutan. Dia dan Faidam benar-benar susah dikenali, jadi Wat yakin kalau Param tidak mungkin mengenalinya.
"Dia bisa mengenali atau tidak, aku tetap tidak mau dia melihat wajahku."
"Ow, apa kau sama kayak aku? Saat kau menatap matanya, kau langsung meleleh, iya kan?"
"Gila!" Sangkal Dao. Padahal diam-diam dia memang sedang memikirkan Param.
Param membawa Rika pulang tak lama kemudian. Tapi Faidam belum kembali dan jelas saja Taew jadi panik, takut ketahuan.
Nyonya Morn menyambut Rika dengan sinis seperti sebelumnya. Rika sering banget datang kemari, apa dia nganggur? Rika tak kalah sinis saat dia mengklaim kalau dia justru sangat amat sibuk. Dia syuting lakorn, film, iklan, pemotretan, dll. Banyak banget jadwalnya.
"Hahaha! Kau syuting banyak sekali. Terus kapan akan tayang? Bagaimana bisa aku tidak pernah melihat karyamu?"
"Memang belum dapat jam tayang. Tapi pasti akan segera tayang."
"Dia bilang begitu terus setiap tahun. Dia selalu bilang begitu setiap kali datang kemari."
Tak enak dengan situasi ini, Param berusaha beralih topik mengajak mereka makan, dia lapar. Rika langsung setuju, Param bilang kalau mereka punya tukang masak baru yang masakannya enak. Dia juga ingin mencoba masakannya.
Nyonya Morn sinis menolak, rumah ini bukan badan amal, tidak ada makanan di rumah ini yang bisa dia makan dengan gratis.
Taew datang saat itu untuk mengantarkan segelas air. Tapi Param tiba-tiba menyuruhnya untuk menyuruh Faidam menyiapkan makanan. Waduh! Taew benar-benar ketakutan tak tahu harus bagaimana hingga tangannya gemetaran hebat.
Untungnya Pon yang kemudian memberitahu mereka kalau Faidam sedang tidak di rumah. Tapi... dia bisa menggantikan Faidam masak. Nyonya Morn sontak menekan tangan Pon dengan penuh arti sambil menegaskan kalau dia tidak lapar.
Param benar-benar merasa bersalah pada Rika atas sikap ibunya tadi. Apalagi akting nangisnya Rika meyakinkan banget. Param dengan lembut menyeka air matanya... tepat saat Faidam tak sengaja lewat dan jelas saja pemandangan romantis itu langsung menarik perhatiannya.
Dengan terisak sedih, Rika mengeluhkan sikap ibunya Param terhadapnya yang selalu memandangnya seolah dia makhluk menjijikkan. Param tidak memandangnya seperti itu, kan?
Param mengiyakannya, Rika pun langsung menyatakan cintanya sekali lagi lalu tiba-tiba saja dia mencium Param yang sontak membuat Faidam cemburu berat.
Dia langsung teriak-teriak heboh, menuduh Rika menggigit bibir Param. Rika jadi kesal dan langsung mengayunkan tangan mau menamparnya, tapi Faidam sigap menangkapnya.
"Oh, aku kira kau siapa. Ternyata Khun Eka (gagak)! Kenapa kau menggigit bibir Dokter seperti tadi?"
Emosi, Rika hampir mau menyerangnya lagi. Untungnya Nyonya Morn cepat datang. Faidam langsung mengadukan apa yang dilihatnya tadi, tapi rada didramatisir, mengklaim kalau 'Khun Eka' tadi menggigit bibir Param, melukainya lalu menghisap darahnya (Vampir, kali! Wkwkwk!)
Nyonya Morn jelas kesal mendengarnya. Rika membela diri bahwa dia tidak melakukan apapun yang dituduhkan si pelayan ini. Tapi terserah kalau Nyonya Morn percaya padanya. Rika akhirnya pergi juga. Faidam pun senang.
Tapi Param tak senang dengan sikap Faidam tadi dan langsung mengonfrontasinya, kenapa Faidam memata-matainya? Faidam menyangkal, dia cuma tak sengaja lewat dan melihat Param dan Khun Eka saling gigit.
"Tetap saja kau tidak sopan."
"Baik. Jika anda bilang begitu, mungkin aku memang tidak punya sopan santun. Tapi lain kali jika seseorang yang beretika seperti anda ingin menggigit bibir seseorang, tolong lihat-lihat tempat, biar tidak bikin masalah. Jangan saling menggigit bibir di tengah jalan."
Param kesal, tapi Nyonya Morn mendadak muncul saat itu dan langsung membela Faidam lalu menyuruh Faidam pergi agar dia bisa bicara dengan Param secara pribadi.
Nyonya Morn mengingatkan Param bahwa dia sudah bertunangan dengan Dao. Apa yang akan dipikirkan Dao kalau Dao sampai mengetahuinya. Tapi Param tak peduli, dia dan Dao tidak saling mengenal, kenapa juga dia harus peduli.
Dia tidak sadar kalau Dao sebenarnya sedang menguping mereka dan jelas saja dia kesal. Saking kesalnya, Dao langsung mencoret-coret gambar sketsa wajahnya Param sambil menggerutu cemburu dan merutuki Param.
"Aku tidak akan pernah menikah dengan pria sepertimu!" Sumpah Dao.
Bersambung ke episode 3
1 Comments
trimakasih...lanjut truss
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam