Sinopsis You Are My Hero Episode 17 - 1

Gara-gara gempa susulan itu, Ke Lei jadi tertimpa batu. Mi Ka sontak menangis saking cemasnya dan berusaha memindahkan batu itu tapi sulit. Dia terus berusaha tapi Ke Lei cepat menghentikannya dan hanya meminta Mi Ka untuk menemaninya saja alih-alih menyia-nyiakan tenaganya.

Tapi karena tempat itu tertutup, lama-lama mereka jadi kekurangan oksigen. Melihat kondisi Ke Lei yang semakin lemah, Mi Ka langsung memberikan masker oksigen padanya.

Tapi oksigennya hampir habis. Ke Lei hanya mengambil napas sebentar lalu memberikannya pada Mi Ka yang juga membutuhkannya. Menyadari dirinya kritis, Ke Lei memutuskan untuk mengakui sesuatu pada Mi Ka.

Waktu mereka ke taman bunga Lavender waktu itu, Mi Ka pasti sudah melihat contekan di tangannya. Tapi sebenarnya, dia masih memiliki satu contekan lagi. Awalnya dia ingin membacakannya untuk Mi Ka, tapi sekarang dia sadar bahwa dia sudah menghapalnya.

Tapi dia semakin kesulitan bicara karena kekurangan oksigen. Mi Ka ingin memberikan masker oksigennya, tapi Ke Lei menolak, malah mempererat masker oksigen itu untuk tetap dipakai Mi Ka.

"Mika... aku ingin dengan tulus dan hangat mengajakmu... kita berdua..."

Mi Ka panik ingin memberikan oksigennya tapi Ke Lei bersikeras memaksa Mi Ka untuk memakainya, dan memohon pada Mi Ka untuk mendengarkannya saja.

"Aku tahu aku tidak sempurna. Tapi aku ingin membangun sebuah kota yang kukuh untukmu, melindungimu dari hujan dan angin. Aku berharap bisa memberimu langit yang cerah agar kau bisa berjemur di bawah sinar mentari dan hidup bahagia tanpa kegelisahan di antara bunga-bunga. Jikai kau menyukaiku sedikit saja, tolong berjanjilah padaku untuk menjadi kuat untukku dan keluar dari sini. Mi Ka, kau harus keluar. Maaf, aku mungkin tidak bisa selamat."

Mi Ka benar-benar panik sekarang, pegangan Ke Lei semakin melonggar dan dia akhirnya bisa memberikan masker oksigennya pada Ke Lei, tapi oksigennya sudah habis dan Ke Lei pingsan. Mi Ka sontak histeris dan panik.

Dia berusaha memberikan napas buatan, tapi itu tidak cukup... hingga akhirnya mereka berdua sama-sama pingsan... tepat saat beberapa sinar senter akhirnya menerobos masuk menyinari mereka. Fiuh! Akhirnya mereka selamat.

Saat Ke Lei akhirnya membuka mata, hanya Wen Bo, Li Nian dan Luo Ting yang dia lihat. Tapi orang pertama yang dia pikirkan adalah Mi Ka dan langsung panik menanyakan Mi Ka pada mereka.

Tapi mereka semua malah menundukkan kepala dan tak ada satupun yang memberinya jawaban pasti, dan jelas saja reaksi mereka itu membuat Ke Lei panik bukan main hingga dia teriak-teriak begitu kencang menuntut mereka untuk memberitahunya tentang Mi Ka... tepat saat Mi Ka mendadak muncul dalam keadaan sehat walafiat. Hehe.

"Suaramu begitu kencang dan jelas, kelihatannya pulih dengan cukup baik." Komentar Mi Ka.

Ke Lei jadi malu dan langsung sebal sama ketiga rekannya itu. Tapi Luo Ting memberitahu bahwa Wen Bo benar-benar sangat mengkhawatirkan Ke Lei. Bahkan saat mereka menghubunginya, Wen Bo langsung melesat kemari padahal mereka belum selesai bicara waktu itu.

Mereka santai saja nyerocos padahal Ke Lei ingin berduaan dengan Mi Ka. Dia berusaha mengusir mereka, tapi si clueless Wen Bo nggak ngeh, malah bersikeras ingin menemani Ke Lei di sini. Parahnya lagi, dia bahkan menyebut-nyebut nama Wen Jing di hadapan Mi Ka.

Untungnya Li Nian dan Luo Ting paham situasi dan langsung menyeret Wen Bo yang masih terus teriak-teriak heboh ingin menemani Ke Lei. Ke Lei jadi sebal banget sama dia dan langsung meneriakinya dengan kesal.

Tapi si kapten harimau yang galak itu mendadak berubah jadi malu-malu meong di hadapan Mi Ka. Hehe. Setelah beberapa saat saling berdiam diri dengan canggung, Ke Lei akhirnya memecahkan keheningan dengan bertanya apakah ucapan Mi Ka waktu itu masih berlaku. Hah? Ucapan yang mana?

"Aku sepertinya mendengar... ada yang berkata bahwa dia menyukaiku. Dia juga bilang sudah menyukaiku sejak lama."

"Saat itu... bukankah kau pingsan?"

"Kata-kata yang harus didengar, masih bisa terdengar."

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku..." Ke Lei ragu sejenak, tapi akhirnya dengan mantap dia menyatakan perasaannya pada Mi Ka. "Aku menyukaimu. Bisakah kau menjadi pacarku?"

Mi Ka tak segera menjawab, dan itu membuat Ke Lei jadi gelisah. Dengan malu-malu dia mengklaim bahwa jika Mi Ka tidak menerimanya, maka Mi Ka akan sulit menikah. (Hah? Kenapa begitu, Kapten? Apa karena hanya kamu seorang yang suka sama Mi Ka?)

Mi Ka masih juga tidak cepat menjawab, Ke Lei jadi semakin gelisah hingga dia merengek frustasi. "Bisakah kau bekerja sama? Masalah pacaran, aku juga tidak bisa melakukannya sendirian... Bisakah kau menjadi pacarku?"

Dan Mi Ka pun akhirnya menjawab mantap. "Bisa."

Dia lalu mengulurkan tangannya. Ke Lei langsung menjabatnya dan dengan malu-malu berkata. "Selamat bekerja sama." (Pfft! Kayak ngomongin kesepakatan bisnis aja. Tapi benar juga sih, pacaran memang butuh kerja sama yang baik antar kedua belah pihak)

Tapi Ke Lei belum selesai. Dia juga punya hadiah untuk pacar barunya... gantungan kunci beruang polisi. Mi Ka tercengang melihat itu, dia masih ingat betul itu adalah hadiah yang diberikannya pada paman polisi penyelamatnya.

"Aku pernah menyelamatkanmu, kau juga pernah menyelamatkanku. Saling berbalas budi."

Tercengang, Mi Ka langsung menggunakan tangannya untuk menutupi setengah wajah Ke Lei hingga akhirnya dia benar-benar yakin kalau Ke Lei memang penyelamatnya dulu.

"Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?"

"Aku harap kau menyukaiku bukan karena rasa terima kasih, tapi karena benar-benar menyukaiku, Xing Ke Lei."

"Yang kusukai adalah Xing Ke Lei." Ucap Mi Ka lalu memeluk Ke Lei erat-erat dengan penuh haru.

Sekarang setelah keadaan sudah semakin membaik, beberapa dokter sebentar lagi harus pulang, sedangkan tim SWAT masih akan tetap di sana untuk menangani proses rekonstruksi. Tapi... Chen Tao tahu betul ada satu di antara mereka yang tidak rela untuk pulang. Siapa lagi kalau bukan Mi Ka.

Mi Ka dan Ke Lei memang tidak mengumumkan hubungan mereka, tapi gosip tentang hubungan mereka sudah tersebar luas gara-gara Mi Ka yang rutin mendatangi kamarnya Ke Lei, memeriksanya dan mengecek suhu tubuh Ke Lei puluhan kali dalam sehari. Kabarnya tatapan mata mereka pada satu sama lain juga beda.

Tapi ada satu orang di antara mereka yang belum mengetahui gosip itu, siapa lagi kalau bukan Wen Bo. Dia bahkan nggak nyambung dengan maksud tatapan mereka yang beda itu.

Qing Xia mengaku kalau dia juga akan pulang besok. Tapi Wen Bo cuma menanggapinya dengan mewanti-wantinya untuk hati-hati di jalan. Lu Feng langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Qing Xia ke bandara.

Lu Feng sendiri memutuskan untuk tetap di sini dan ikut berpartisipasi dalam proses rekonstruksi. Qing Xia kagum juga padanya, ternyata Lu Feng bisa diandalkan juga saat dia lagi serius.

"Kelebihanku masih sangat banyak. Sadarilah pelan-pelan." Goda Lu Feng.

Wen Bo tampak jelas gelisah dan tak senang, apalagi saat melihat Lu Feng yang mendadak bersin dan Qing Xia langsung berbaik hati membuatkan obat flu untuknya. Tapi Wen Bo tetap bersikap sok cuek.

Mereka bertemu Kakek dan Nenek di luar. Nenek sudah dengar kalau Qing Xia mau pergi besok, jadi dia menghadiahkan dua pasang sarung tangan rajutannya sendiri (sarung tangan couple) untuk Qing Xia dan Wen Bo.

Rasanya Nenek berat berpisah dengan mereka. Nenek mengira kalau mereka adalah pasangan, jadi Nenek berharap hubungan mereka tetap baik ke depannya. Pfft! Qing Xia dan Wen Bo sontak saling melirik dengan canggung.

Qing Xia usul agar mereka foto bersama, Lu Feng yang dia suruh memotret mereka. Lu Feng yang cemburu, terpaksa melakukannya. Hasil jepretannya lumayan bagus juga. Tapi begitu Qing Xia memujinya sedikit, Lu Feng langsung narsis.

Qing Xia lalu mengantarkan Kakek dan Nenek kembali ke tenda mereka. Lu Feng langsung memanfaatkan saat itu untuk menyatakan kekagumannya terhadap Qing Xia di hadapan Wen Bo.

Dia pikir kalau Qing Xia itu sama seperti gadis kota pada umumnya yang cuma suka makan enak dan ber-selfie ria. Tapi sekarang dia memiliki penilaian baru terhadap Qing Xia.

Waktu Qing Xia bertekad untuk membantu orang lain, seluruh tubuhnya seperti bersinar. Dan waktu itulah Lu Feng semakin bertekad untuk mengejar Qing Xia sampai dapat.

Lagipula Wen Bo juga sudah menolak Qing Xia, jadi tidak masalah kan kalau dia mengerti Qing Xia? Dan Wen Bo seperti biasanya, pura-pura cuek dan menyuruh Lu Feng tanya sendiri sama Qing Xia saja.

Lu Feng yakin kalau dia dan Qing Xia sangat cocok. Mereka dari luar kelihatan sama-sama tidak bisa diandalkan. Tapi sebenarnya mereka sangat bisa diandalkan di saat-saat penting.

Lu Feng bahkan yakin banget kalau Qing Xia juga tertarik padanya, hanya saja Qing Xia belum menyadarinya. Jika Qing Xia tidak tertarik padanya, tidak mungkin Qing Xia selalu berdebat dengannya.

Sudah saatnya mengantarkan Qing Xia pergi sekarang. Qing Xia berat berpisah dengan Wen Bo, tapi terpaksa dia pamit. Sebelum mobilnya semakin menjauh, Qing Xia buru-buru berteriak pada Wen Bo, meminta Wen Bo untuk menghubunginya jika Wen Bo pulang nanti.

"Ada yang ingin kukatakan padamu!" Ujar Qing Xia. Tapi Wen Bo hanya menanggapinya dengan lambaian tangan tanpa memberi jawaban pasti.

Para dokter pun harus pergi sekarang. Tapi sebelum pergi, Mi Ka mengomeli Ke Lei untuk mengganti perbannya secara rutin biar tidak infeksi. Sama-sama enggan berpisah, Ke Lei tiba-tiba menjepit pipinya dan berkata.

"Tunggu aku pulang."

"Baik. Hati-hati."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam