Timnya Ke Lei akhirnya tiba di tempat penambangan. Menurut keterangan kepala tambang, ada delapan orang yang terjebak di bawah selama 4-5 hari. Gempa kemarin menyumbat pintu keluar terowongan tambang.
"Apa ada yang terluka?" Tanya Mi Ka.
"Keadaan yang di bawah masih belum jelas. Tapi di atas ada beberapa yang terluka. Mereka di tenda sebelah sana."
Mi Ka langsung membawa tim medisnya untuk mengecek para korban. Kepala tambang memberitahu Ke Lei bahwa mereka sudah membawakan sedikit makanan dan air untuk mereka yang terjebak di bawah, tapi mungkin sulit bertahan lebih lama lagi.
Maka Ke Lei memutuskan untuk membawa timnya turun untuk melihat situasi. Kepala tambang pun langsung memperlihatkan denah terowongannya sehingga Ke Lei bisa memutuskan dari mana mereka akan masuk.
Mi Ka kembali saat itu dan melaporkan tidak ada korban yang terluka parah. Akan tetapi, obat-obatan yang mereka miliki mungkin tidak akan cukup. Maka Ke Lei memerintahkan seorang anak buahnya untuk mengurus apa-apa yang dibutuhkan Mi Ka. Dia juga memerintahkan si anak buah untuk menghubungi pusat komando dan meminta dikirim bala bantuan.
Saat mereka hendak turun, Mi Ka tiba-tiba menggenggam tangannya dan kaget mendapati badan Ke Lei panas. Kenapa Ke Lei sepanas ini?
"Mungkin karena aku lelaki yang hangat." Ujar Ke Lei. (Pfft! Sempat-sempatnya nge-gombal si kapten. Tapi mungkin ini caranya biar Mi Ka tidak mengkhawatirkannya)
Di tengah jalan, Lu Feng tiba-tiba melihat seorang wanita hamil besar yang memanggil-manggil mereka. Parahnya lagi, wanita itu sudah mau melahirkan sedangkan mereka berada jauh dari kamp medis.
Lu Feng panik tak tahu bagaimana, Qing Xia juga sama bingungnya. Mereka tidak bisa membawanya ke rumah sakit juga karena wanita ini bahkan sudah tidak kuat berjalan.
Akhirnya terpaksalah mereka mendirikan tenda darurat dan hanya Qing Xia seorang yang membantu wanita itu melahirkan, sedangkan Lu Feng hanya bisa menunggu di depan dengan sangat gelisah sambil sesekali memberi semangat pada wanita itu... hingga akhirnya bayinya terlahir dengan selamat, dan Lu Feng langsung memberikan syalnya untuk membedong si bayi karena hanya itu satu-satunya kain yang dia miliki.
Kepala tambang memimpin mereka ke tempat reruntuhan di mana beberapa pekerja tambang sedang berusaha memindahkan bebatuan yang menghalangi pintu masuk.
Karena tempatnya yang sempit, sehingga hanya bisa 6-7 orang yang melakukan penggalian. Tidak bisa diledakkan juga karena takutnya malah menyebabkan runtuhan susulan.
Maka Ke Lei memutuskan untuk membagi mereka ke dalam tiga kelompok, bergiliran memindahkan bebatuan itu agar pekerjaan mereka lebih efisien lalu mencari titik yang longgar agar mereka bisa masuk.
Ke Lei jelas-jelas sakit, tapi dia tetap bersikeras bertahan dan terus bekerja dengan giat memindahkan bebatuan itu.
Lu Feng dan Qing Xia mengantarkan si ibu dan bayinya ke kamp medis untuk dirawat lebih lanjut oleh para nakes di sana. Sebelum berpisah, Qing Xia memberitahu si bayi untuk selalu berbakti pada ibunya yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk membawanya ke dunia ini.
Lu Feng kagum pada Qing Xia, dia tetap tenang saat menghadapi bahaya. Benar-benar hebat. Qing Xia dengan rendah hati mengakui kalau Lu Feng juga setengah berjasa.
"Kalau begitu, apa kau punya pandangan baru lagi terhadapku?" Goda Lu Feng.
Qing Xia langsung sebal mendengarnya. Yang dilakukan Lu Feng cuma kebingungan di luar sambil berteriak histeris. Dan kehisterisan Lu Feng itulah yang membangkitkan potensi tersembunyinya Qing Xia.
Wen Bo sudah dengar bahwa Lu Feng membantu melahirkan bayi. Lu Feng mengiyakannya, dia bersama Qing Xia yang melahirkan bayi itu. Bah! Kata-katanya ambigu sekali, Qing Xia jadi panik takut Wen Bo salah paham.
"Bagaimana ini bisa disebut ambigu? Betapa hebatnya kami berdua membantu kelahiran di alam liar. Ini pertama kalinya aku menyaksikan sebuah kehidupan baru lahir. Kau tidak tahu betapa gugupnya aku waktu itu saat aku memeluknya. Aku sungguh takut dia terjatuh jika aku terlalu kendur memeluknya dan takut menyakitinya jika terlalu kencang." Cerocos Lu Feng.
"Rasanya sangat gembira, kan? Di dunia ini, kau adalah orang kedua yang memeluknya."
Ujung-ujungnya mereka jadi keasyikan ngobrol berdua dan mengabaikan Wen Bo. Karena dirinyalah yang membantu kelahiran bayi itu, jadi Qing Xia memutuskan bahwa dia adalah ibu angkat bayi itu.
Dan Lu Feng langsung menyatakan dirinya sebagai ayah angkat bayi itu. Jadi dia mau membelikan hadiah untuk putri angkatnya itu. Qing Xia setuju untuk membelikan hadiah untuk bayi itu, dan jadilah mereka berdua asyik sendiri melihat-lihat barang-barang bayi di toko online.
Qing Xia ingin meminta pendapat Wen Bo, tapi sata dia berbalik, Wen Bo malah sudah pergi. Qing Xia kecewa.
Sudah 7-8 jam lamanya mereka menggali, tapi mereka masih juga belum selesai. Mi Ka jadi semakin khawatir. Tapi setelah beberapa lama, akhirnya mereka berhasil membuka sedikit lubang.
Orang-orang yang terjebak di dalam masih hidup, hanya saja mereka sudah kelaparan selama dua hari, mereka hanya bertahan hidup dengan minum air. Tim SWAT pun cepat-cepat menyerahkan sedikit makanan pada mereka.
Hari sudah petang, tapi mereka masih juga belum selesai. Mi Ka benar-benar gelisah sekarang. Beberapa SWAT dan Damkar keluar tak lama kemudian, tapi Ke Lei masih ada di dalam.
Tapi tiba-tiba beberapa SWAT berlarian ke tambang dan memberitahunya bahwa bahan bakar diesel sudah hampir habis. Jika habis, maka generator listrik cadangan akan berhenti dan lift tidak akan bisa digunakan. Jadi mereka yang di bawah harus segera dikeluarkan.
Mi Ka terus menunggu sampai ketiduran. Tiba-tiba dia tersentak bangun gara-gara mendengar sorakan para pekerja karena ternyata mereka sudah berhasil membuka jalan penghubung di dalam terowongan.
Satu per satu, para pekerja yang terjebak mulai diselamatkan dan dinaikkan ke atas. Mereka pikir sudah semua dikeluarkan, tapi orang terakhir tiba-tiba memberitahu bahwa ada satu orang lagi yang terjebak di ruang kerja terdalam.
Ke Lei pun langsung membawa dua anak buahnya untuk mencari orang tersebut. Ke Lei semakin lemah, bahkan hampir roboh, tapi dia bersikeras bertahan dan meneruskan misinya.
Mereka terus berjalan semakin dalam hingga akhirnya menemukan si pekerja itu di reruntuhan bebatuan dalam keadaan pingsan. Mi Ka pun segera dipanggil untuk turun ke bawah karena kondisi korban yang kritis.
Pasien mengaku tidak bisa bernapas, Mi Ka langsung mengecek bagian dadanya dan pasien langsung kesakitan, sepertinya rusuknya patah. Dia perlu membidai bagian dadanya agar tulang rusuknya tidak berpindah tempat dan menusuk jaringan pleura dan paru-parunya.
Mereka pun segera membawa pasien keluar. Tapi tiba-tiba Mi Ka ingat kalau kota P3K-nya ketinggalan dan langsung lari kembali ke dalam. Ke Lei khawatir dan langsung menyusulnya, yang lain dia suruh naik duluan.
Tapi baru setengah jalan, tiba-tiba terjadi gempa susulan lagi yang menyebabkan lift rusak langit-langit terowongan runtuh. Parahnya lagi, bahan bakar diesel juga sudah habis. Tim SWAT mencoba menghubungi Ke Lei, tapi tidak ada jawaban.
Untungnya kepala tambang ingat bahwa ada jalan lain menuju ke bawah, ada sebuah ventilasi di lubang bukaan utama. Lubangnya bukaan miring, jadi mereka bisa mengikuti alurnya untuk masuk ke dalam.
Mereka pun bergegas pergi ke sana, tapi mereka harus masuk dengan pelan-pelan karena anak tangganya agak rapuh.
Ke Lei dan Mi Ka sekarang terjebak di dalam karena pintu terowongan tertutup bebatuan. Ke Lei ingat ada jalan keluar lain waktu dia melihat denah sebelum masuk kemari, maka mereka pun memutuskan untuk berjalan ke sana.
Di tengah jalan, mereka menemukan satu tabung oksigen dan beberapa barang perlengkapan darurat. Tapi kondisi Ke Lei mulai semakin lemah, dia bahkan tidak kuat mengangkat tabung oksigen itu. Demamnya semakin tinggi, Mi Ka khawatir.
Tapi Ke Lei tetap berusaha bertahan. Mereka membawa semua barang-barang itu lalu kembali meneruskan perjalanan padahal Ke Lei sudah semakin lemah, bahkan pandangan matanya sudah mulai mengabur.
Cemas, Mi Ka memutuskan untuk pergi melihat jalan di depan sendirian saja biar Ke Lei istirahat di sini. Tapi Ke Lei langsung menggenggam tangannya dan mencegahnya pergi sendirian.
"Jalan bersama. Jangan berpisah."
Sembari menggenggam erat tangannya, Ke Lei kembali menuntun Mi Ka berjalan. Dia yakin dengan arah yang ditujunya, tapi ternyata jalan itu juga tertutup. Semua jalan buntu. Parahnya lagi, tiba-tiba terjadi gempa lagi yang kontan membuat langit-langit terowongan runtuh menimpa mereka.
Bersambung ke episode 17
2 Comments
Lanjutt..semangat...
ReplyDeleteSemangat......lanjut.....🥰🥰🥰
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam