Sinopsis You Are My Hero Episode 14

Mi Ka berusaha tetap tenang saat memerintahkan rekannya untuk melakukan defribilasi pada korban. Dia benar-benar berusaha keras menyelamatkan nyawa korban. Sayangnya, mereka gagal dan korban pun dinyatakan meninggal dunia.

Tapi mereka tidak ada waktu untuk bersedih terlalu lama karena ada pasien lain yang harus mereka selamatkan. Dokter Shao memerintahkan Jia Li dan Yan Shan untuk mengurus jenazah. Sedangkan Mi Ka dia suruh ikut dengannya. Tapi Mi Ka masih shock dan melamun sedih hingga Dokter Shao harus menegurnya untuk menyadarkannya.

Dokter Shao ternyata membawa Mi Ka untuk membantu operasi si istri. Dokter Shao memberinya instruksi tentang bagaimana mereka akan melakukan operasinya dan langsung memulainya saat itu juga.

Tapi di tengah operasi, tiba-tiba saja terjadi gempa susulan. Dokter Shao langsung memerintahkan Mi Ka untuk melindungi luka korban dengan kasin kasa dan larutan garam fisiologi sampai gempa mereda. Untungnya Mi Ka tetap tenang menghadapi situasi ini dan melakukan tugasnya dengan baik.

Sementara itu di luar, Yan Shan masih shock menatap bayangan dirinya di cermin yang masih berlumuran darah korban. Chen Tao jadi cemas melihatnya, dia kenapa.

"Tadi... tadi darahnya menyembur begitu saja. Aku... aku tidak sengaja. Aku tidak tahu akan begitu." Tangis Yan Shan.

Prihatin, Chen Tao berusaha menghiburnya dan meyakinkan bahwa itu bukan salah Yan Shan. Dia mengerti bahwa ini adalah pertama kalinya bagi mereka menghadapi hal ini. Akan tetapi, ke depannya juga mereka akan lebih sering menghadapinya. Yang penting mereka harus melakukan yang terbaik.

Dokter Shao akhirnya berhasil mengeluarkan benda asing itu dari kepala korban dan operasi pun selesai dengan baik. Tapi saat Mi Ka keluar dari ruang operasi tak lama kemudian, dia mendapati Yan Shan masih bersedih.

Yan Shan sontak menangis dalam pelukannya sembari terus menyalahkan dirinya sendiri. Dokter Shao mengerti emosi mereka, tapi akan lebih baik jika mereka mulai belajar untuk membiarkan emosi cepat berlalu. Emosi di saat seperti ini, tidak akan bisa membantu apa-apa.

Tapi saat Dokter Shao mencari mereka tak lama kemudian, dia mendapati kedua gadis itu masih bersedih, saling berpegangan tangan berusaha saling menguatkan satu sama lain.

Dia mengerti, mereka tiba-tiba harus menghadapi kejadian seperti ini, dampaknya pasti sangat besar bagi mereka. Sebagai dokter, rasa tak berdaya yang paling besar yang mereka rasakan adalah saat mereka sadar bahwa mereka telah mempelajari banyak hal, tapi pada akhirnya tak bisa melawan takdir.

Dokter Shao pun pernah merasakannya, karena itulah dia sangat mengerti perasaan mereka. Tapi meski begitu, mereka tidak boleh tunduk begitu saja pada takdir.

"Takdir memberimu satu tamparan, kau coba untuk membalas dengan satu pukulan, terus melawannya seperti itu. Perlahan-lahan, mungkin suatu saat dia akan berhenti, tidak mempersulit kalian lagi."

Mereka semua bekerja keras demi memenuhi nilai seorang dokter. Membantu pasien-pasien yang tertimpa bencana dan kesulitan. Bersama-sama melawan takdir, bernegosiasi dengan takdir, sekuat tenaga merebut mereka kembali dari tangan perenggut nyawa.

Tepat saat itu juga, seorang perawat memanggil dokter ortopedi untuk menangani pasien baru.

"Kalian lihat, kan? Semuanya sibuk. Tidak ada waktu untuk bersedih." Ujar Dokter Shao. Sebelum pergi, dia memberi mereka dua bungkus coklat untuk menyemangati mereka.

Semua nasehat Dokter Shao tadi, berhasil membangkitkan semangat Mi Ka. Dia langsung menyuapkan sebatang coklat untuk Yan Shan dan menyemangatinya agar mereka menyelamatkan lebih banyak orang setelah makan.

Di tempat lain, timnya Ke Lei istirahat dan membangun tenda di hutan. Usai makan malam, dia menyuruh mereka istirahat, sementara dia sendiri berjaga sendirian. Tapi dia benar-benar rindu Mi Ka, dia bahkan selalu membawa gantungan kunci beruang polisi pemberian Mi ka itu.

Mi Ka juga merindukannya saat dia menatap tas P3K pemberian Ke Lei. Dia ingin mengirim pesan padanya, namun tiba-tiba dia dipanggil karena mereka kedatangan beberapa pasien darurat baru.

Mi Ka dengan cepat memeriksa kondisi mereka, memberi mereka gelang warna sesuai kondisi masing-masing pasien dan memutuskan ke dokter mana mereka memerlukan pengobatan.

Timnya Ke Lei baru mau melanjutkan perjalanan saat tiba-tiba mereka melihat sekelompok orang yang baru turun gunung mencari bantuan. Para korban itu kelaparan, maka tim SWAT pun langsung memberikan persediaan makanan mereka.

Mereka dari Desa Mao. Desa mereka longsor setengahnya, banyak rumah yang terkubur. Mereka sudah menunggu beberapa hari, tapi persediaan makanan mereka sudah habis. Saat akhirnya mereka bisa keluar desa, mereka baru tahu kalau jalan sudah hancur.

Di desa mereka masih ada banyak orang tua yang tidak bisa jalan, merereka semua menunggu bantuan. Di dekat desa mereka juga masih ada 5 desa lain yang juga tertimpa bencana.

Malah orang-orang dari Desa Li datang ke desa mereka untuk mencari makanan, padahal desa mereka sendiri sudah kehabisan persediaan pangan.

Ke Lei mengaku mau pergi ke Desa Li dan meminta salah satu dari mereka untuk mengantarkan mereka ke sana, sedangkan sisanya dia suruh pergi ke Kota Xiaobei, ada banyak makanan yang bisa mereka ambil di sana.

Setibanya di desa itu, Ke Lei diberitahu kepala desa bahwa penduduk desa mereka hanya menderita luka ringan. Tapi Desa Yaogou yang berada di bawah, semuanya sudah terkubur, rumah-rumah mereka sudah tertutup gunung.

Area pegunungan di sini sudah tertutup rata. Terlalu sulit untuk menolong mereka, jalan pun sudah tidak ada. Beberapa yang selamat, mengungsi ke desa ini.

Maka satu-satunya cara adalah lewat udara. Ke Lei pun langsung memerintahkan para anak buahnya untuk membangun tenda dan mencari area kosong sebagai landasan untuk pengiriman lewat udara.

Wen Jing dengan cepat menemukan sebuah tanah lapang yang cukup luas. Mereka pun bergegas membentangkan kain merah sebagai penanda landasan lalu menghubungi pusat komando untuk melaporkan situasi di sana dan meminta didatangkan bantuan makanan dan obat-obatan.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang minta tolong dari bawah. Ke Lei dan Luo Ting bergegas turun dan mendapati seorang pemuda bersama dengan seorang pria tua yang pingsan dan terluka parah.

Pemuda itu memberitahu bahwa pria tua ini adalah Profesor Chen, ahli konservasi air dari tim eksplorasi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok. Prof Chen sedang melakukan survei saat gempa itu terjadi lalu beliau terkena hantaman batu yang jatuh dari atas.

Awalnya beliau masih sadar, tapi kemudian menjadi linglung. Sempat tersadar sebentar lalu kemudian tak sadarkan diri sampai sekarang. Maka Ke Lei pun memerintahkan Luo Ting untuk memanggil bala bantuan dan mengambil tandu untuk mengangkut korban.

Luo Ting dengar berita dari stasiun radio bahwa rute barat dari kamp hingga Longergou sudah dibuka. Longergou sendiri letaknya berada di belakang gunung ini, tidak begitu jauh. Maka mereka pun bergotong royong membawa korban ke sana.

Tapi jalan satu-satunya terhalang sungai. Ke Lei dengan cepat menyurvei tempat itu agar mereka bisa membangun jembatan tali. Tak berapa lama kemudian, mereka bekerja sama membuat jembatan tali untuk mengerek korban melewati sungai tersebut.

Pada saat yang bersamaan, Qing Xia yang bertugas meliput bencana ini, sedang dalam perjalanan ke lokasi bencana bersama beberapa relawan yang membawa beberapa korban.

Tapi tiba-tiba ban truk mereka terjebak di lubang jalan. Mereka berusaha mendorongnya tapi gagal. Maka mereka memutuskan untuk jalan kaki dan membawa korban yang terluka parah lebih dulu ke pos medis terdekat. Sedangkan sisanya tetap di sini menunggu bala bantuan.

Sementara itu di kamp medis, Wen Bo melihat seorang pria mencurigakan sedang berusaha mencari kesempatan masuk ke gudang obat. Tapi saat pria mencurigakan itu melihat Wen Bo mengawasinya, dia langsung mundur.

Wen Bo menyuruh anak buahnya untuk mengawasi pria itu tepat saat dia melihat Qing Xia yang baru tiba dengan membawa korban.

Mereka cuma saling menatap singkat dengan canggung sebelum kemudian Wen Bo mengalihkan perhatiannya pada para korban. Qing Xia pun tak mengatakan apapun padanya.

Hari sudah petang saat timnya Ke Lei menyusuri hutan. Baru saja dia memperingatkan anak buahnya untuk berhati-hati karena jalannya licin, tiba-tiba Wen Jing terpeleset dan jatuh terguling-guling ke jurang. OMG!

Mereka langsung memanggil-manggilnya, untungnya dia masih hidup berkat pepohonan yang menahannya. Ke Lei bergegas turun untuk membantunya, tapi Wen Jing tidak bisa bergerak karena kakinya terluka.

Maka Ke Lei pun tetap menjaganya di sana sambil memerintahkan Luo Ting untuk segera membawa Prof Chen ke kamp medis duluan lalu kembali kemari dengan membawa dokter.

Wen Bo memberi Mi Ka sebotol air sambil meyakinkannya untuk tidak mencemaskan Ke Lei, sebentar lagi Ke Lei pasti kembali. Tepat saat itu juga, tim SWAT baru tiba.

Mi Ka langsung mengecek kondisi Prof Chen lalu menyuruh mereka membawanya ke ruang bedah. Pasien mengalami epidural hematoma akut, tim bedah saraf dengan cepat rapat membahas cara mengoperasinya lalu mengoperasinya saat itu juga.

Sedangkan Mi Ka ikut Luo Ting pergi ke jurang. Dia langsung menghubungi Ke Lei dengan walkie talkie untuk mengecek keadaan mereka dan memberitahu Ke Lei bahwa dia akan turun ke sana.

"Apa kau bisa turun tali?" Tanya Ke Lei cemas.

"Tenang saja. Aku tidak apa-apa."

Mi Ka memang masih takut-takut saat dia mulai turun, tapi dia berusaha keras bertahan hingga akhirnya dia berhasil sampai dengan selamat. Ke Lei pun bergegas membantunya turun.

Mi Ka bergerak cepat mengecek kondisi Wen Jing mulai dari kepalanya dan mendapati pinggang Wen Jing juga terluka dan ada kayu yang menancap di kakinya. Harus segera dikeluarkan agar tidak infeksi.

Wen Jing berusaha keras menahan sakitnya saat Mi ka mengeluarkan kayu itu dan mengoleskan obat ke lukanya. Ke Lei membantu sebisanya. Mi Ka dengan cepat memperbannya dan mereka pun siap mengangkat Wen Jing ke atas jurang.

Operasinya Prof Chen selesai. Tapi bahkan setelah efek obat biusnya hilang, pasien masih belum sadarkan diri. Malah kondisinya kembali memburuk.

Mereka pun langsung melakukan CT scan lagi dan mendapati ada hematoma baru di area sinus transversal sehingga harus dilakukan operasi kedua. Untungnya kali ini pendarahan berhasil dihentikan.

Sementara itu di luar, Wen Bo lagi-lagi melihat si pria mencurigakan. Kali ini dia sengaja pura-pura tak melihatnya. Dan itu sukses membuat si pria mencurigakan merasa dirinya aman.

Maka dia langsung masuk ke gudang obat dan mencari-cari obat dengan panik... hingga dia menemukan beberapa kotak obat yang dicarinya.

Tapi saat hendak keluar, dia malah ketahuan sama Yan Shan. Pria itu buru-buru beralasan kalau dia disuruh dokter dan langsung melarikan diri.

Tapi Yan Shan melihat obat yang diambilnya ternyata morfin, pria itu pengguna narkoba. Yan Shan sontak mengejarnya dan untungnya Wen Bo juga sudah menunggunya di depan dan langsung membekuk pria itu dengan mudah. Saat itulah mereka melihat banyaknya bekas-bekas suntikan narkoba di tangannya.

Qing Xia mendadak muncul. Tapi dia mengabaikan Wen Bo dan fokus bicara pada Yan Shan saja. Dia mengaku bahwa ada beberapa organisasi yang ingin mengirim sumbangan logistik kemari, maka Yan Shan pun membawa Qing Xia ke dokter lain yang menangani masalah logistik. Kedua wanita itu pun langsung pergi meninggalkan Wen Bo.

Timnya Ke Lei tiba tak lama kemudian dan Wen Jing pun segera dibawa ke dalam untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Tapi baru juga Ke Lei dan Mi Ka bertemu sebentar, Ke Lei tiba-tiba dipanggil untuk kembali ke pusat komando.

Terpaksalah mereka harus terpisah lagi dan langsung sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ke Lei mencari korban-korban yang tertimbun reruntuhan bangunan, sementara Mi Ka sibuk mengobati berbagai korban yang terus berdatangan.

Yan Shan melihat Dokter Shao ketiduran di depan ruang operasi, maka dia memberikan jaketnya untuk menyelimutinya. Saat Dokter Shao terbangun tak lama kemudian, dia memberikan jaket itu untuk menyelimuti dokter lain yang sedang tidur.

Saat dia keluar, dia melihat Ke Yao yang baru saja datang, membawakan bantuan logistik. Ke Yao masih ingat segala hal tentang Dokter Shao, termasuk kebiasaan Dokter Shao yang suka mengantongi coklat setiap kali dia harus melakukan operasi berturut-turut. Makanya dia membawakan coklat dan kopi instan untuk Dokter Shao.

Tapi tiba-tiba Ke Yao dipanggil asistennya untuk melakukan wawancara dengan pihak media. Ke Yao bersedia wawancara. Tapi saat si asisten menanyakan hal yang sama pada Dokter Shao, Dokter Shao langsung menolaknya mentah-mentah dengan alasan sibuk dengan urusan lain.

Dokter Shao langsung pergi bicara dengan Dokter Kepala Wei, membahas para korban masih terjebak di desa. Karena itulah pusat komando meminta tim medis untuk mengirim tim kecil ke sana bersama tim penyelamat.

Dan kebetulan sudah ada dokter yang bisa menggantikannya, jadi Dokter Shao langsung mengajukan diri untuk pergi ke sana dan meminta bantuan Dokter Kepala Wei untuk mengatur beberapa orang untuk ikut pergi bersamanya.

Sementara itu, Ke Yao memutuskan untuk tetap membantu di sini, sedangkan asistennya dia suruh kembali duluan. Hmm, demi Dokter Shao kah? Tapi kayaknya Dokter Shao malah berniat menghindarinya.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam