Bencana itu mengakibatkan sebagian besar Kagupaten Linan rusak parah sehingga tim Penyerbu Satuan Harimau pun diperintahkan datang ke sana untuk melakukan penyelamatan. Mereka harus tiba malam ini juga.
Ke Lei pun langsung memberi berbagai instruksi pada para anak buahnya tentang apa-apa saja yang harus mereka persiapkan dan membagi mereka ke dalam beberapa kelompok dengan tugas masing-masing.
Sebelum pergi, Komandan Hao memberi mereka izin untuk menelepon keluarga masiing-masing dulu. Ke Lei galau ingin menelepon Mi Ka, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk menelepon kakaknya.
Pada saat yang bersamaan, tim reporternya Qing Xia juga langsung rapat darurat membahas bencana ini. Tim dokter pun segera melakukan rapat darurat untuk membahas misi penyelamatan darurat ke sana.
Mereka akan mengirim beberapa tenaga medis dari tiap-tiap departemen. Dokter Shao langsung mengajukan diri untuk ikut karena salah satu cedera utama dalam bencana seperti ini pastilah cedera otak, tulang dan luka luar.
Perawat Xiao Xiao juga langsung minta ikut soalnya dia berasal dari Linan, bahkan sekarang dia sedang kebingungan karena tak bisa menghubungi orang tuanya.
Beberapa dokter magang dari Departemen Bedah Saraf juga mengajukan diri untuk ikut, termasuk Yan Shan. Mi Ka juga pastinya langsung mengajukan diri.
Sebelum pergi, para dokter kepala memerintahkan mereka-mereka yang ikut untuk melakukan pemindatanganan pekerjaan masing-masing terlebih dulu pada dokter dan perawat lain lalu pulang untuk bersiap-siap. Mereka akan berangkat malam ini juga.
Mi Ka bergegas pulang bertepatan dengan Ke Yao yang baru mau pergi ke rumah sakit mencarinya. Ke Lei tadi meneleponnya untuk memintanya memberikan satu tas berisi peralatan P3K untuk Mi Ka. Tapi dia penasaran apakah Dokter Shao juga pergi.
"Iya. Dokter Kepala Shao bertanggung jawab memimpin tim."
"Kalau begitu, kalian harus jaga diri. Kalau perlu apa-apa, hubungi saja aku, aku punya banyak koneksi di bidang logistik obat-obatan."
"Baik. Tenang saja, Kak Ke Yao. Aku bersiap dulu." Pamit Mi Ka.
Tim SWAT dan tim medis tiba pada saat yang bersamaan di bandara kota tujuan. Mi Ka melihat Ke Lei. Tapi sayangnya Ke Lei sedang sibuk mengorganisir timnya saat itu. Dan saat akhirnya Ke Lei berpaling melihatnya, Mi Ka sudah masuk bis.
Para tenaga medis tertidur dalam perjalanan saat tiba-tiba saja terjadi gempa susulan kecil. Dokter Shao cepat-cepat menenangkan semua orang lalu menjelaskan tentang kamp medis di tempat tujuan mereka dan tugas-tugas mereka di sana nantinya, dan mereka juga nantinya akan bekerja sama dengan tim medis dari rumah sakit lain.
Begitu tiba di lokasi nantinya, Departemen Bedah Darurat akan langsung bertugas menyeleksi pasien-pasien berdasarkan tingkat keparahan luka mereka, mana yang perlu dikirim ke rumah sakit dan mana yang bisa diobati di kamp.
Sedangkan yang lain, harus langsung melakukan instalasi mesin dan atur jadwal piket sehingga mereka bisa mulai melakukan tugas mereka besok pagi. Tapi yang paling penting adalah, mereka juga harus memperhatikan keselamatan diri sendiri. Karena hanya jika mereka selamat, mereka baru bisa menyelamatkan lebih banyak orang.
Pekerjaan mereka di rumah sakit, berat dan melelahkan. Tapi tugas mereka yang sekarang ini akan lebih berat dan lebih melelahkan. Jadi mereka harus bisa mengatur waktu istirahat di sela-sela pekerjaan dan jaga stamina.
Mi Ka berkaca-kaca melihat bangunan-bangunan yang hancur parah dan banyaknya para korban yang terluka. Begitu mereka tiba, Dokter Shao langsung mengatur semua orang untuk memberikan pertolongan pertama pada para korban di sekitar mereka.
Tim SWAT pun sudah tiba di lokasi. Komandan tempat itu memberitahu mereka bahwa semua jalur menuju lokasi bencana terputus, sehingga mereka hanya bisa memasuki lokasi gempa dengan berjalan kaki.
Tugas mereka adalah menjamin keamanan pembangunan kamp medis, menjaga ketertiban para korban dan keamanan para tenaga medis. Terutama karena seiring proses evakuasi, mereka akan kedatangan lebih banyak korban nantinya.
Menurut keterangan dokter yang lebih dulu tiba di sana, kamp penampungan ini baru didirikan tapi pasien yang datang setiap hari selalu bertambah, sehingga mereka sama sekali belum sempat melakukan operasi.
Karena sumber daya medis mereka yang terbatas inilah, maka sangat perlu dilakukan sistem triase (memilah dan memilih pasien berdasarkan kondisi pasien) yang efektif.
Masalahnya mereka hanya dokter tingkat kabupaten, mereka kurang banyak pengalaman dalam hal-hal seperti ini, makanya mereka sangat bersyukur dengan kedatangan para dokter spesialis.
Maka Dokter Shao pun mulai memberi instruksi pada para rekannya untuk melakukan penyusunan ulang terhadap area fungsional yang ada di sini, sementara Dokter Kepala Wei dia tugaskan untuk mulai menjalankan sistem triase.
Dokter Kepala Wei pun mulai rapat memberi instruksi pada para anak buahnya tentang bagaimana cara menjalankan sistem triase tersebut. Yaitu dengan cara menandai para pasien dengan beberapa gelang warna.
Pasien yang kondisinya paling darurat harus diberi gelang warna merah, harus segera dioperasi dan tanda vitalnya harus terus diawasi. Gelang kuning artinya parah, harus diobati dalam waktu kurang dari dua jam dan tanda vitalnya harus diawasi setiap setengah jam.
Sedangkan gelang biru artinya tidak parah. Bisa menunggu dua jam sebelum diberi pengobatan. Gelang-gelang itu juga harus berisi segala informasi tentang masing-masing pasien dan kondisi mereka. Yang paling penting, mereka juga harus bisa mendiagnosis apakah para pasien itu punya penyakit menular atau tidak.
Mi Ka, Chen Tao dan dua dokter magang lain diperintahkan untuk membentuk tim-tim kecil yang masing-masing tim terdiri dari 4 orang dan bergantian melakukan tugas piket.
Setiap pasien yang datang harus melewati sistem pemeriksaan tahap awal dan triase di pintu masuk. Dan tepat saat itu juga, mereka diberitahu bahwa mereka kedatangan dua bis berisi sekitar 40-50 korban.
Tim medis pun langsung sibuk luar biasa untuk mengatur dan memeriksa kondisi semua pasien yang baru datang itu. Mereka benar-benar kerepotan awalnya, tapi untungnya tim SWAT bergegas datang untuk membantu.
Ke Lei pun langsung memberi instruksi pada semua orang agar mereka lebih tertib dan para dokter bisa melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Tiba-tiba Wen Bo datang memberitahu Ke Lei bahwa mereka diperintahkan untuk pergi sekarang juga.
Saat itu juga mereka akhirnya saling bertemu pandang, saling menatap satu sama lain dengan rindu dan cemas, mereka begitu dekat tapi tugas mereka ada di depan mata.
Tanpa bersuara, Ke Lei hanya bisa meminta Mi Ka untuk jaga diri. Mi Ka pun mengucap hal yang sama pada Ke Lei. Ke Lei memberinya hormat sebelum kemudian pergi melaksanakan tugasnya.
Mereka diperintahkan pergi mengecek ke enam desa yang berada di dekat Gunung Wufang karena tempat itu belum terjamah bantuan sama sekali. Tidak ada kabar apapun dari tempat itu.
Karena semua jalan rusak, jadi mereka terpaksa harus jalan kaki ke sana. Mereka juga diminta untuk mencari lokasi yang tepat untuk menurunkan bantuan logistik dari udara.
Sementara itu di kamp medis, mereka kedatangan dua orang pasien gawat darurat. Si istri cedera kepala cukup parah dan tertusuk benda asing, Mi Ka pun memberinya gelang kuning. Sedangkan si suami sudah cukup lama tertimbun di reruntuhan bangunan, kepalanya cedera berat, Mi Ka pun langsung memberinya gelang merah agar dia segera dioperasi.
Dan begitu Mi Ka menginformasikan kondisi pasien pada Dokter Shao, dia langsung memerintahkan Mi Ka untuk membantu operasi si suami. Kondisi pasien benar-benar kritis, tapi saat Yan Shan sedang melakukan penyedotan darah, darahnya tiba-tiba muncrat dan itu kontan membuat Yan Shan gemetar ketakutan.
Untungnya ada Mi Ka, dia langsung sigap mengambil alih tugas Yan Shan dan tetap tenang menjalankan tugasnya. Tapi sayangnya pembengkakan otak pasien terus bertambah parah dan seketika itu pula detak jantungnya berhenti.
Bersambung ke episode 14
2 Comments
Lanjut
ReplyDeleteLanjut...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam