Sinopsis You Are My Hero Episode 9 - 1

Qing Xia memberitahu kalau Mi Ka terpaksa harus pindah rumah karena si bodoh itu malah meminjamkan semua uangnya pada pasien untuk membayar tagihan rumah sakit, membuat dirinya sendiri jadi tidak punya uang untuk bayar sewa rumah lagi.


"Dia pindah ke mana?"

"Sekarang dia tinggal di ruang tugas rumah sakit."

Tadinya Qing Xia mau meminjaminya sedikit uang untuk bayar sewa, tapi Mi Ka tidak mau. Mi Ka itu orangnya tidak suka berkeluh kesah. Dia juga hanya mengabarkan hal-hal baik pada keluarganya. Makanya Qing Xia harus membantunya untuk mencari rumah yang murah dan praktis sesegera mungkin.

Qing Xia lalu pamit, tapi dia juga menitip pesan untuk disampaikan pada Wen Bo. Dia mengaku kalau dia memang salah waktu itu dan berjanji tidak akan seperti ini lagi.

"Kalau tidak cocok, sebaiknya ganti yang lain saja."

"Tidak mau! Pokoknya aku suka dia."


Chen Tao melihat Mi Ka membawa banyak sekali barang, dia berencana tinggal di rumah sakit apa? Bukannya dia sudah berusaha mencari rumah seminggu ini. Sudah dapat belum?

Mi Ka mengaku sudah mendatangi semua kompleks yang ada di sekitar sini tapi tidak ada yang cocok. Yang dekat, terlalu mahal. Yang murah, terlalu jauh.

Ada yang harga dan lokasinya cocok, tapi rumahnya yang tidak cocok, banyak hal yang harus dia perbaiki sendiri, jadinya yah sama aja mahal.

"Aku tahu satu rumah yang cocok." Ujar Chen Tao.

"Rumahmu?"

Bukan. Rumah temannya yang kebetulan mau disewakan. Tidak usah mengkhawatirkan masalah harga, yang penting lihat-lihat dulu saja, sekarang juga.


Tapi sesampainya di lokasi, Chen Tao sendiri malah bingung mencari rumahnya. Lah katanya rumah temannya, kok bisa tidak tahu? Chen Tao mengaku kalau temannya baru beli apartemen itu, makanya dia belum pernah datang.

Setelah beberapa lama, Che Tao akhirnya menemukan apartemen yang dimaksud. Chen Tao bahkan memegang kunci apartemen itu, temannya Chen Tao itu sepertinya sangat percaya pada Chen Tao.

Lokasinya memang bagus dan dekat rumah sakit, interiornya juga bagus banget, dapurnya juga bagus dan mewah. Dan err... kayaknya itu rumah cowok, di lantai bawah banyak peralatan olahraga berat.
 
Chen Tao mengaku bahwa rumah ini jarang dihuni dan yang disewakan cuma satu kamar di lantai atas tapi Mi Ka bebas memakai semua fasilitas yang ada di rumah ini.

Rumahnya memang bagus banget. Tapi, tetap saja Mi Ka merasa agak keberatan dengan harga sewanya. 3.500 RMB itu terlalu mahal untuk ukuran gajinya yang sekarang.


Maka Chen Tao pun langsung mengirim pesan pada pemilik rumah untuk menawar harganya. Ada satu kamar di lantai bawah, Mi Ka ingin membukanya, tapi Chen Tao melarang.

Soalnya itu ruang belajar dan isinya adalah barang-barang favorit si pemilik rumah, jadi Mi Ka dilarang masuk ke situ. Rumah ini jarang ditempati, tapi pemilik rumah malas memindahkan barang, makanya semua barangnya ditaruh di rumah ini. Jadi rumah ini lebih kayak gudang gitu.

Si pemilik rumah dengan cepat membalas pesannya Chen Tao, dan dia hanya bersedia menurunkan harganya jadi 3.000 RMB, itu sudah yang paling murah, tidak bisa lebih rendah lagi.


Dan ada satu syarat lagi yang diajukan si pemilik rumah. Meski Mi Ka hanya menyewa satu kamar, tapi Mi Ka harus membersihkan seluruh rumah ini. Mi Ka juga yang harus mengurusi tagihan listrik, air dan gas.

Oke, Mi Ka setuju. Itu sesuai budget-nya, dan dia sama sekali tidak keberatan dengan syaratnya. Lagian kan dia akan meninggali seluruh rumah ini seorang diri padahal dia hanya menyewa satu kamar, jadi dia memang harus melakukan semua itu.


Chen Tao senang, bisnis pertamanya akhirnya sukses. Bayar sewanya bisa Mi Ka bayar mulai bulan depan. Temannya itu juga bilang bahwa Mi Ka bisa memindahkan barang-barangnya beberapa hari lagi.

"Temanmu ini baik sekali. Bantu aku berterima kasih padanya. Apa pekerjaannya?"

Chen Tao malah mendadak bingung sampai dia terbata-bata saat menjawab agak ambigu bahwa temannya itu semacam pegawai negeri.

"Aku lihat di dalam tadi ada banyak sekali peralatan olahraga. Kukira dia itu semacam atlet atau tentara atau semacamnya."

"Sebagai pegawai negeri, dia setiap hari duduk terus. Aku bilang padanya, kau tidak bisa seperti ini, harus banyak olahraga. Tapi dia tidak mau pergi ke gym. Jadi dia membeli semua barang-barang itu biar bisa olahraga di rumah."

"Eh, apa aku tidak perlu bertemu dengannya buat tanda tangan kontrak atau yang lainnya? Apa dia tidak perlu memastikannya denganku?"


Tapi anehnya, Chen Tao malah menolak dengan alasan temannya itu sangat amat memercayainya. Lagian kan Mi Ka teman sekolah dan koleganya, jadi Mi Ka tidak mungkin kabur.

Temannya itu bahkan mempercayakan uang sewa padanya. Jadi Mi Ka bayar uang sewanya ke dia saja, nanti akan dia transferin uang itu ke temannya, Mi Ka juga tidak perlu bayar uang deposit. Bagaimana? Dia sudah banyak membantu kan?

"Iya. Kalau begitu, aku traktir kau makan."

"Tidak perlu traktir aku, lagian kau tidak punya uang. Jika kau benar-benar ingin membantuku, lain hari saat aku butuh tukar sif, kau bantu aku saja."

"Oke. Ayo jalan!"

Beberapa hari kemudian, Mi Ka harus bersusah payah pindahan dan menata semua barang-barangnya sendiri.


Sementara itu, Ke Lei membawa, err... atau lebih tepatnya, memaksa Li Nian muter-muter di jalan yang sama. Sudah 3 kali mereka berputar-putar di jalan yang sama, Li Nian bahkan tidak mengerti apa tujuannya, kenapa mereka tidak balik ke markas saja daripada muter-muter nggak jelas tanpa tujuan.

Ke Lei yang sedari tadi sibuk celingukan mencari-cari sesuatu di jalan, jadi sebal sama dia dan langsung menyuruhnya diam. Tapi akhirnya, yang dia cari-cari ketemu juga.


Siapa lagi kalau bukan Mi Ka yang kebetulan sedang dalam perjalanan pulang usai belanja. Ke Lei langsung menyuruh Li Nian berhenti lalu keluar menyapa Mi Ka, lagi-lagi dengan modus kebetulan bertemu karena dia sedang tugas di sekitar sini. (Eh, iya. Dia kok tahu Mi Ka ada di sini sekarang?)

Ke Lei sudah dengar kalau Mi Ka sedang mencari rumah. Kebetulan dia mengenal tempat ini, apa Mi Ka perlu rekomendasi?

"Tidak perlu. Aku sudah mendapatkan rumah. Ada di dekat sini."

"Dekat sini? Kalau begitu, pasti lumayan mahal."

"Aku menemukan seorang pemilik rumah yang sangat baik. Aku cukup beruntung. Dia tidak meminta uang deposit dariku. Sewanya juga lumayan murah."

"Beruntung sekali. Itu termasuk keberuntungan bertemu dengan orang baik. Orang baik seumur hidupnya akan bahagia."

"Aku berencana berterima kasih padanya saat dia pulang."


Li Nian penasaran Mi Ka tinggal di kompleks yang mana. Mi Ka berkata di kompleks Zijin. Dan seketika itu pula Li Nian heran, jelas dia tahu tentang tempat itu dan dia hampir saja mau mengatakan sesuatu tentang tempat itu.

Tapi Ke Lei mendadak menaboknya dengan keras, jelas itu isyarat agar Li Nian tutup mulut. (Wah, wah, wah! Jangan-jangan itu rumahnya Ke Lei?)Bingung dengan kedua pria itu, Mi Ka pun pamit.

"Kenapa kau memukulku?" Protes Li Nian.

"Apa aku perlu alasan untuk memukulmu? Cerewet banget."


Dokter Shao menemui Ke Yao di bar. Ke Yao lebih dulu membuka pembicaraan membahas insiden salah mobil mereka kemarin. Dia penasaran karena Dokter Shao masih saja mengendarai mobil itu setelah beberapa tahun berlalu.

Dokter Shao beralasan kalau dia hanya malas ganti mobil, itu kan cuma alat transportasi. Ganti mobil, harus menyesuaikan diri mobil baru, terlalu merepotkan. (Berarti dia juga belum move on dari mantannya)

Ke Yao sungguh tak menyangka akan bertemu Dokter Shao di acara seminar itu karena tadinya dia mengundang Dokter Kepala Wei dan Yi Qin. Kapan Dokter Shao pulang?

"Dua bulan yang lalu. Katanya kau ingin membahas sesuatu denganku?"


Ke Yao pun menyerahkan sebuah proposal produk baru perusahaan. Itu adalah sistem perencanaan sebelum bedah saraf, bisa membantu dokter memilih alat bedah dan jalur bedah terbaik. Bisa juga melakukan simulasi bedah.

"Aku pernah dengar tentang ini, sepertinya potensi pasarnya lumayan bagus. Tapi persaingannya juga sangat ketat."

"Benar. Sistem perencaan perusahaan kami sudah mendapatkan sertifikasi FDA. Kedepannya pun akan dikombinasikan dengan sistem navigasi. Pasar Tiongkok adalah pasar terpenting kami. Tujuanku pulang kali ini ingin mencari sejumlah dokter bedah saraf yang lumayann hebat untuk mencoba dulu produk kami."

"Kau ingin aku memberimu dukungan?"

"Aku ingin kau memahami produk kami." Ralat Ke Yao.

Oh, oke. Nanti akan dia beri jawaban setelah dia memahaminya. Tapi bagaimanapun hasilnya nanti, dia tidak bisa menjanjikan apa-apa pada Ke Yao.

Ke Yao mengerti, urusan kerja memang harus diselesaikan secara profesional. Ke Yao sangat yakin akan produk perusahaannya. Dia janji tidak akan menyulitkan Dokter Shao hanya karena mereka teman lama.

Dokter Shao hanya perlu memberi penilaian terhadap produk mereka dari sudut pandang seorang dokter bedah saraf profesional. Itu saja sudah cukup.


Tapi sekarang setelah perbincangan tentang pekerjaan ini usai, suasana di antara mereka mendadak berubah jadi canggung. Tiba-tiba lagu Adele diputar, itu adalah lagu kenangan mereka semasa kuliah dulu.

"Kau tahu, hal yang paling hebat darimu waktu itu adalah kau bisa menulis skripsi di bar." Ujar Ke Yao mengenang masa lalu mereka.

"Itu kejadian yang sudah lama berlalu. Aku sudah tidak terlalu ingat lagi."

Ke Yao kecewa mendengarnya. Canggung, Ke Yao menyarankan Dokter Shao untuk pergi saja untuk mengurus urusannya. Katanya tadi Dokter Shao masih ada urusan lain kan?


Dokter Shao setuju dan langsung pamit, nanti akan dia beri jawaban setelah dia mempelajari proposal produk ini. Dokter Shao pun pergi, meninggalkan Ke Yao termenung sedih seorang diri di sana. Tapi sepertinya Dokter Shao cuma cari-cari alasan, nyatanya dia langsung pulang.


Chen Tao membelikan sarapan untuk Yan Shan tersayang sambil memuji-mujinya, soalnya dia dengar kalau Yan Shan sekarang jadi murid terhebatnya Dokter Shao.

Dia melihat ada sekotak snack di mejanya Yan Shan dan langsung kepedean mengira Yan Shan membawakan snack itu untuknya. Tapi Yan Shan sontak menabok tangannya dan merebut barang itu kembali, jelas snack itu bukan untuk Chen Tao.

Chen Tao kecewa. Padahal dia saja rela bersusah payah bangun pagi-pagi sekali demi menyiapkan sarapan penuh cinta buat Yan Shan.


Geli, Yan Shan langsung mengusirnya dan pikiran Chen Tao pun dengan cepat teralih saat melihat Mi Ka yang baru datang. Dia penasaran bagaimana rasanya tinggal di rumah barunya.

"Lumayan. Sekarang tinggal menambahkan beberapa barang kecil."

"Contohnya?"

"Contohnya... masih kurang keset dan setrika gantung."

"Oke."

"Apanya yang oke? Memangnya kau mau membelikannya untukku?"

"Aku belikan sarapan saja untukmu."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam