Sinopsis You Are My Hero Episode 8 - 1

Dokter Kepala Wei memberitahu Mi Ka bahwa IGD itu sama seperti medan perang. Setiap hari mereka menerima ribuan pasien dengan berbagai penyakit, banyak pula yang suka bikin ribut.

Mereka yang otaknya tidak cepat tanggap, tidak bisa berpikir cepat, tidak akan bisa bertahan di IGD. Lalu menurut Mi Ka, berapa lama dia akan bisa bertahan di IGD.

Saya yakin saya pasti akan bisa bertahan." Jawab Mi Ka mantap.

"Kalau begitu, tergantung Shao Yu Han salah menilai orang atau tidak."

"Apa maksud anda?"

"Shao Yu Han melakukan sesuatu, pasti ada alasannya. Pikirkanlah dengan baik." Ujar Dokter Kepala Wei lalu pergi.

Tepat saat Mi Ka masih merenung, kebetulan Dokter Shao lewat, mau pulang juga. Mi Ka langsung mengajaknya makan bersama, dia yang traktir. Dokter Shao setuju, mereka pun pergi tanpa menyadari Yan Shan melihat mereka dari kejauhan dengan cemburu.

Mi Ka membawanya ke sebuah restoran kecil yang ramai dan berisik yang sepertinya kurang disukai Dokter Shao tapi dia tidak mempermasalahkannya.

Mi Ka penasaran apakah Dokter Shao selalu berpakaian seformal ini biarpun sudah lewat jam kerja. Dokter Shao mengaku kalau dia memang ingin berpakaian lebih rapi agar saat para pasien melihatnya, penampilannya ini akan memberikan kesan bahwa dia layak dipercaya dan diandalkan.

"Tapi itu juga bisa membuat orang lain merasa ada jarak."

"Sudah terbiasa, tidak bisa diubah."

Tiba-tiba meja sebelah berisik banget. Dokter Shao heran, apa Mi Ka sering makan di tempat ini. Mi Ka mengiyakan, dia tidak punya banyak uang untuk mentraktir Dokter Shao di restoran besar. Lagipula Dokter Shao kan baru balik dari luar negeri, jadi dia perlu merasakan kehidupan masyarakat biasa di sini.

"Kehidupan masyarakat biasa cukup bagus. Kenapa mentraktirku makan?"

"Aku rasa sebelumnya ada kesalahpahaman, sekarang aku sudah memahaminya. Keputusan Dokter Kepala Shao... masuk akal."

"Setiap hari aku mengambil banyak keputusan. Keputusan yang mana yang kau bicarakan?"

"Intinya, aku ingin anda tenang saja, aku tidak akan mengecewakan harapan anda pada saya. Dan juga, tak peduli di departemen mana pun aku berada, aku tidak akan membiarkan orang lain mengucapkan sepatah kata pun bahwa orang yang dibimbing Shao Yu Han itu tidak mampu."

Dokter Shao senang mendengarnya. Tapi apa perlu seserius itu, dia hanya membimbing Mi Ka selama beberapa hari. Dia malah berpikir bahwa jika di masa depan nanti Mi Ka menjadi orang penting di departemen mana pun, itu bukan karena bimbingannya, melainkan karena bimbingan Dokter Kepala Wei.

Mi Ka punya pertanyaan. Tapi terlebih dulu dia memesan otak babi mentah, dan jadilah mereka akhirnya bukannya makan, malah membicarakan kasus penyakit otak pakai otak babi dan bagaimana cara menangani penyakit itu... sampai akhirnya Mi Ka paham dan otak itu pun akhirnya dimasak. Dokter Shao sepertinya kurang suka, tapi dia tak enak untuk menolaknya dan akhirnya memaksakan diri untuk memakannya.

Ke Lei sengaja mentraktir Wen Bo makan sate di kedai kaki lima dekat apartemennya Mi Ka. Wen Bo makan dengan lahap, tapi Ke Lei malah sibuk celingukan menunggu Mi Ka pulang.

Wen Bo sampai heran melihatnya. Ke Lei mengajaknya makan sate di tempat sejauh ini, padahal rasanya juga biasa saja, masih enakan sate yang ada di sebelah markas.

"Cerewet banget. Makan saja." Sebal Ke Lei.

Dan tepat setelah itu, mereka melihat Mi Ka pulang, diantarkan sebuah mobil sedan mewah. Wen Bo jadi penasaran, apa Mi Ka dianterin pacarnya. Ke Lei menyangkal, itu tuh taksi yang pakai mobil pribadi. Wen Bo tak percaya, mana ada mobil pribadi semewah itu dijadikan taksi.

Ke Lei jadi tak tenang mendengar ucapan Wen Bo dan langsung bergegas menyapa Mi Ka sambil berakting seolah mereka kebetulan bertemu di sini dan mencoba mengajaknya makan bersama.

Sayangnya Mi Ka menolak karena dia sudah makan. Tapi kenapa mereka makan di sini, tempat ini kan jauh banget dari markas mereka. Ke Lei canggung mengklaim kalau sate di ini lumayan... berlemak. Pfft! Eh tapi... siapa supir yang mengantarkan Mi Ka pulang tadi.

"Bukan supir, itu Dokter Kepala Shao."

"Oh. Dokter kepala seperti dia juga sesantai ini." Geram Ke Lei cemburu.

"Hah?"

"Tidak apa-apa."

"Bukan begitu. Aku yang mentraktirnya makan di restoran kecil yang biasanya aku kunjungi."

Ngomong-ngomong tentang itu, Ke Lei juga berutang traktiran makan sama Mi Ka. Jadi bagaimana kalau kapan-kapan mereka juga pergi ke restoran itu, dia yang traktir. Oke, Mi Ka setuju. Tapi sekarang dia harus pulang, dia sif pagi besok.

Mereka pun berpisah dan Ke Lei kembali ke Wen Bo yang sekarang mengerti alasan Ke Lei mengajaknya makan sate di sini. Ternyata hanya demi menemui Mi Ka.

Keesokan harinya, Wen Bo datang ke stasiun untuk menjemput ibunya. Tapi sampai beberapa lama, ibunya tidak kelihatan di mana-mana. Aneh. Dihubungi juga tidak bisa.

Di tengah kebingungannya, dia tiba-tiba mendapat pesan dari Qing Xia yang mengaku bahwa dia sudah menjemput ibunya Wen Bo. (Pfft! agresif amat si eneng sampai jemput camer padahal jadian aja belum)

Qing Xia membawa Bibi ke mall untuk makan dan jalan-jalan, dan Bibi tampaknya suka banget sama Qing Xia. Qing Xia mengklaim bahwa dia dan Wen Bo adalah teman baik. Ibunya Wen Bo adalah ibunya juga.

Wen Bo bergegas ke mall itu mencari mereka, tapi malah kaget mendapati ibunya sudah di-make over sama Qing Xia, jadi cantik banget kayak nyonya kaya raya dari kota metropolitan.

Qing Xia bukan hanya memperlakukan Bibi dengan sangat baik, tapi juga tahu segalanya. Dia bahkan tahu hotel yang Wen Bo pesankan untuk Bibi dan dia tidak setuju soalnya hotelnya kurang bagus, dan menyarankan Bibi untuk tinggal di penginapan yang lebih bagus.

Wen Bo tampak jelas tak nyaman dengan semua ini dan langsung mengajak Qing Xia bicara berdua. Dia benar-benar penasara, bagaimana Qing Xia bisa tahu kalau ibunya datang hari ini.

"Hal-hal yang diketahui semua orang dalam tim kalian, apakah aku bisa tidak tahu?"

"Tapi kau tidak bisa sembarangan datang menjemput ibuku."

"Aku membantumu menyelesaikan masalah. Lagipula, bagaimana bisa kau membiarkan ibu kita kelelahan dalam perjalanan?"

"Ibu kita? Xia, kelak jangan mengurusi urusanku."

Qing Xia menolak. Urusan Wen Bo adalah urusannya juga. Dia langsung berpaling kembali ke Bibi dan menyatakan bahwa mereka adalah keluarga, jadi Bibi tidak perlu sungkan padanya.

Dan mengenai masalah tempat tinggi, Bibi nurut saja sama dia. Bibi suka banget sama Qing Xia dan setuju dengannya, Wen Bo jadi tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Tak lama kemudian, Qing Xia membawa mereka ke sana. Sementara dia memarkir mobil, Bibi langsung menggodai putranya soalnya Bibi yakin kalau Wen Bo dan Qing Xia itu pacaran.

Tapi Wen Bo tegas menyangkal, hubungannya dan Qing Xia tidak seperti itu. Mereka berdua hanya teman biasa. Bibi tak percaya, kalau cuma teman, masa iya Qing Xia rela menyumbangkan uang dan tenaganya.

"Dia memang orangnya ramah dan ringan tangan. Murah hati terhadap semua orang."

"Kenapa kau pura-pura bodoh? Kau tidak tahu kalau gadis itu tertarik padamu?"

"Tertarik apanya?"

"Gadis itu menyukaimu. Ingin menjadi pasanganmu."

Tapi Wen Bo malah ngotot tak mempercayainya. Qing Xia bahkan tidak tertarik pada Kapten Xing yang lebih tampan, kaya dan tinggi daripada dirinya. Mana mungkin Qing Xia menyukainya. Lagipula... dia tidak suka, dia tidak tahan sama keberisikan Qing Xia.

Tapi Bibi suka. Bibi bahkan berencana setelah pulang nanti, ia akan memberitahu para leluhur mereka bahwa Wen Bo sudah punya pasangan dan keluarga mereka akan segera menambah keturunan. Pfft!

"Ibu beritahu kau. Ibu menyukai gadis itu. Kalau kau tidak bisa mempertahankannya, maka kau tidak usah pulang."


IGD kedatangan pasien darurat, seorang anak perempuan bernama Mumu ditemukan terjatuh dari tangga oleh tetangganya dan kepalanya terluka. Orang tuanya kebetulan sedang tidak ada di rumah waktu kejadian itu. Tapi anehnya, mulut anak itu berbusa seperti keracunan.

Ayahnya Mumu terburu-buru datang saat itu dan dari dialah mereka diberitahu bahwa Mumu tak sengaja menelan insektisida yang dia kira minuman. Gawat!

Dokter Kepala Wei langsung memberi instruksi untuk segera menyiapkan ruang gawat darurat dan hubungi farmasi karena mereka membutuhkan atropin yang sangat banyak.

Setelah beberapa saat, gadis itu akhirnya sadar tapi kondisinya masih sangat amat lemah. Mi Ka langsung usul agar mereka minta persediaan darah dari bank darah, dan Dokter Kepala Wei menyetujuinya.

Ia juga memerintahkan mereka untuk segera mencuci lambung Mumu dan melakukan terpai pengganti ginjal berkelanjutan.

Tapi bahkan setelah cuci lambung, tingkat keracunan Mumu masih cukup tinggi. Jadi dia masih belum melewati masa kritis. Ayahnya benar-benar panik banget dan memohon-mohon pada mereka untuk menyelamatkan putrinya. Dia rela melakukan apapun asal putrinya selamat.

Mi Ka penasaran kenapa Mumu meminum insektisida itu. Ayah mengaku bahwa ia membesarkan Mumu sendirian dan harus bekerja juga. Biasanya Mumu memang sendirian di rumah, mungkin Mumu mengira kalau botol minuman yang biasanya dia taruh di pojokan itu bisa diminum padahal isinya insektisida.

Dokter Kepala Wei memberitahu bahwa Mumu harus di-ICU untuk diobservasi. Mungkin biayanya akan tinggi, jadi Ayah sebaiknya jangan menangis dan fokus saja untuk mengumpulkan uangnya. Masih ada harapan untuk menyelamatkan Mumu.

Tapi atropin yang mereka dapatkan dari farmasi cuma sedikit dan tidak cukup untuk menyelamatkan Mumu. Pihak farmasi mengaku bahwa mereka sudah meminta dari rumah sakit lain, tapi sekarang ini jam puncak kemacetan di jalan.

Tak ada yang bisa mereka lakukan, tapi mereka juga tidak bisa cuma menunggu mengingat hasil lab-nya Mumu sangat buruk, Dokter Kepala Wei pun memerintahkan mereka untuk memakai obat yang tersedia dulu.

Mi Ka-lah orang pertama yang tanpa ragu bergerak membuka obat itu dan meminta Perawat Man Man untuk mengambilkannya jarum suntik.

Prosesnya akan sangat panjang dan melelahkan karena obatnya harus disuntikkan terus menerus dalam jumlah kecil setiap 5-10 menit sampai efek racunnya menghilang.

Tapi Mi Ka peduli sedikitpun, dan semangatnya itu menulari para nakes yang lain untuk mengikuti jejaknya. Para perawat yang sedang menganggur pun dipanggil untuk membantu.

Dan dengan segara tempat itu sibuk bukan main oleh para nakes yang melakukan tugas mereka masing-masing tanpa kenal lelah untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu, sementara sang ayah hanya bisa menangis tak berdaya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam