Dokter Zhou memperhatikan Mi Ka lesu. Dia mengerti kalau pekerjaan di IGD memang berat, tapi Mi Ka lama-lama pasti akan terbiasa. Jadi, nyantai saja.
Tepat saat itu juga, mereka kedatangan pasien anak kecil yang matanya bengkak tapi terus menutupi wajahnya dengan tangan. Biasanya anak ini diurus neneknya, makanya ibunya baru tahu sekarang kalau anaknya ini sering menggosok matanya.
Tapi Dokter Zhou kesulitan untuk memeriksanya karena anak itu keukeuh menolak diperiksa. Maka Mi Ka langsung turun tangan dan dengan mudah membuatnya menurunkan kedua tangannya dengan cara menanyakan kartun kesukaannya.
Ternyata bulu mata anak ini tumbuh ke dalam dan sekarang muncul gejala konjungtivitis, makanya dia kesakitan. Sekarang perlu dicabut dulu bulu mata yang tumbuh ke dalam, lalu besok harus dibawa ke dokter mata.
Sudah tengah malam saat akhirnya Mi Ka bisa pulang. Ada taksi, tapi dia memutuskan untuk menyewa sepeda dan tidak sadar kalau Ke Lei ada di belakangnya, menunggunya sedari tadi.
Jadilah Ke Lei diam-diam membuntutinya dari belakang. Dan saat Mi Ka berhenti di tengah jalan gara-gara dia terlalu mengantuk, Ke Lei langsung menyapanya sambil berakting seolah mereka tak sengaja bertemu lalu mencoba menawari Mi Ka tumpangan sambil beralasan bahwa mereka kebetulan menuju arah yang sama. Lagipula tidak aman bersepeda larut malam begini.
"Tapi aku merasa setiap kali bertemu denganmu lebih tidak aman."
Pfft! Ke Lei sampai speechless dibuatnya. "Ka-kalau begitu, kau bawa saja mobilku."
"Boleh juga."
Mi Ka akhirnya naik juga ke mobilnya Ke Lei. Dengan canggung Ke Lei menawari Mi Ka sparkling water yang biasanya dia minum (iklan sparkling water).
Mi Ka melihat ada dua botol, dia jadi penasaran apakah Ke Lei biasanya minum dua botol. (Yang satunya buat kamu, Dokter Mi) Ke Lei dengan canggung beralasan bahwa yang satu buat dia bawa pulang. Mi Ka yang nggak peka, percaya-percaya saja dengan omongannya dan langsung meminum salah satunya.
"Apa kau sudah terbiasa di IGD?" Tanya Ke Lei.
"Terbiasa. Tidak ada instruktur sepertimu yang selalu mmantauku dan galak padaku. Apa yang bisa membuatku tidak terbiasa."
Ke Lei canggung mendengarnya. Tapi, kenapa Mi Ka naik sepeda padanya rumahnya begitu jauh. Mi Ka mengingatkan bahwa Ke Lei sendiri yang bilang bahwa dokter harus punya fisik yang kuat.
Tapi Mi Ka ngantuk banget sekarang. Ke Lei pun membiarkannya tidur biarpun mereka sudah sampai depan apartemennya Mi Ka, menunggunya dengan sabar sampai Mi Ka bangun sendiri.
Dan begitu Mi Ka bangun, dia langsung mengkritiki Mi Ka dan kesembronoannya terhadap keamanan dirinya sendiri. Wanita lajang saat naik taksi atau mobil online, tidak boleh tidur di dalam mobil.
"Bagaimana kau tahu kalau aku masih lajang?"
"Sudah larut malam begini, pacarmu tidak datang menjemputmu. Walaupun ada, berarti sudah putus."
"Bagaimana kalau pacarku itu.. sama sepertimu, SWAT yang sibuk dan sedang bertugas?"
"Pak supir harus mengembalikan mobil. Jangan lupa berikan bintang limanya, yah."
"Aku akan memberimu perhargaan juga, oke? Dadah!"
Mi Ka hampir lupa sama sparkling waternya. Tapi saat Ke Lei menyodorkannya, tak sengaja Mi Ka menyentuh tangannya. Ke Lei langsung kesetrum oleh sentuhan itu sampai dia refleks menjatuhkan botolnya. Tapi Mi Ka tak terpengaruh sedikitpun, malah bersikeras agar mereka jaga jarak mulai sekarang, itu lebih aman.
Tapi saat dia sudah sampai rumah, dia melihat Ke Lei masih di sana, jelas sedang memastikannya masuk rumah dengan aman dan selamat. Dia baru tenang setelah melihat lampu rumahnya Mi Ka menyala lalu pergi dengan hati gembira.
Keesokan harinya, Mi Ka datang lebih pagi biar dia bisa mempelajari rekam medis pasien dan tidak dimarahi seperti sebelumnya.
Chen Tao memberitahu bahwa tadi ada pasien cedera kepala dan sudah dipindahkan ke Departemen Bedah Saraf, tapi masih ada laporan yang belum keluar.
Maka Mi Ka menyuruh Chen Tao pulang saja, biar dia yang menangani laporan itu. Sebenarnya dia masih sedih saat harus mendatangi Departemen Bedah Saraf.
Tapi dia menguatkan dirinya dan tetap profesional saat dia menyerahkan laporannya ke Yan Shan, tapi malah bingung saat lagi-lagi dia mendapat ucapan terima kasih dari para rekannya atas traktiran sarapannya. Mereka bahkan berjanji akan membantu Mi Ka kalau ada kesempatan biar dia bisa balik ke Bedah Saraf.
"Sarapan dan kopi apa?" Bingung Mi Ka.
"Bukankah kau yang memesannya. Setiap hari dikirim tepat waktu. Di atasnya tertulis namamu."
"Mi Ka, kau mengirim satu atau dua hari tidak masalah. Tapi ini kau kirim setiap hari, benar-benar sangat boros."
Dan tepat saat itu juga, si kurir datang lagi membawakan sarapan atas nama Mi Ka. Bingung dan penasaran, Mi Ka langsung bergegas menyusul si kurir untuk menanyakan siapa yang memesan sarapan itu.
Dan dari sana-lah akhirnya dia mendapati Ke Lei-lah yang memesan sarapan itu dan langsung meneleponnya. Ke Lei dengan canggung berbohong bahwa semua orang di timnya yang memesan itu untuk mereka sebagai ungkapan terima kasih karena mereka sudah menjaga Xiao Chao dengan baik.
"Oh, terima kasih. Kalau begitu, nanti aku akan jelaskan pada semuanya agar semuanya jangan salah paham."
"Salah paham? Salah paham apa?"
"Bukan. Hanya saja menjaga Xiao Chao adalah tanggung jawab dan kewajiban kami."
"Aku... aku sengaja membelikan berbagai macam... eh, bukan, maksudku kami sengaja membelikan berbagai macam. Apakah sarapannya enak?"
"Oh, itu... aku tidak makan. Bukankah aku sudah di IGD? Kebetulan hari ini naik ke atas untuk mengantarkan laporan, baru tahu ada hal baik ini."
Pfft! Ke Lei jelas bingung dan kecewa menyadari Mi Ka tidak pernah memakan semua sarapan yang dia belikan. Tak memahami reaksinya, Mi Ka santai saja mengucap terima kasih lalu mengakhiri teleponnya.
Dokter Kepala Wei melihat di meja kerjanya Mi Ka penuh dengan huruf-huruf yang digunting dengan rapi, jelas kalau Mi Ka masih rajin melatih tangannya untuk operasi.
Chen Tao salah paham mengira Dokter Kepala Wei bakalan marah sama Mi Ka dan berusaha meyakinkan kalau Mi Ka tidak ada niat untuk kembali ke Bedah Saraf. Mi Ka cuma terbiasa melatih tangannya.
Tapi Dokter Kepala Wei justru tidak marah sama Mi Ka, malah berbalik mengkritiki Chen Tao yang tidak pernah ngapa-ngapain di waktu senggang.
"Tidak masalah kalau dia ingin kembali. Melatih ketrampilan dasar adalah aset dokter untuk mencari nafkah. Kau bagaimana? Apa yang kau lakukan di waktu luang?" Omel Dokter Kepala Wei.
Yan Shan berusaha menyuap Dokter Shao dengan memberikan sarapan buatannya sendiri. Tapi Dokter Shao menolak dengan sopan karena toh dia sudah sarapan di rumah. Kecewa, Yan Shan to the point mengutarakan maksud kedatangannya adalah untuk menunjukkan disertasi yang ingin dia publikasikan di jurnal inti.
Dia tampak begitu percaya diri dengan disertasi itu, tapi bahkan setelah membacanya sesaat Dokter Shao langsung mececarnya karena Yan Shan bahkan belum pernah menangani kasus penyakit yang dibahas dalam disertasi itu, tapi dia malah nekat menulis disertasi tentang penyakit ini.
Yan Shan beralasan bahwa dia menulis tentang penyakit itu karena di dalam negeri belum pernah ada disertasi dan karya ilmiah tentang penilitian terhadap penyakit itu.
Tapi Dokter Shao menegaskan bahwa penelitian apapun, seharusnya dibangun berdasarkan hasil dari praktik. Ilmu kedokteran bukan pelajaran fantasi.
Dia mengerti bahwa mempublikasikan disertasi di jurnal inti akan sangat membantu evaluasinya Yan Shan. Akan tetapi, apa artinya jika dia bahkan tidak tahu bagaimana menjadi dokter yang baik walaupun dia sudah punya gelar dokter? Yan Shan kecewa banget.
Di lobi IGD, Mi Ka melihat seorang Kakek yang tiba-tiba muntah dan mengganggu pasien yang lain. Si Kakek tidak bisa ngomong karena dia menderita Alzheimer.
Anak si Kakek menduga kalau dia mungkin kena flu perut. Tapi Mi Ka tak yakin, apalagi tadi Kakek muntahnya menyembur, itu muntah proyektil. Mi Ka bertanya-tanya apakah belakangan ini Kakek beraktivitas di luar dan terluka.
Anak si Kakek mengonfirmasi bahwa beberapa hari yang lalu Kakek memang pernah keluar sendirian tanpa pengawasan. Mi Ka jadi curiga kalau Kakek pasti pernah terluka tanpa sepengetahuan semua orang.
Dan benar saja, saat Mi Ka mengecek belakang kepala Kakek, tampak ada sedikit benjolan. Dan saat Mi Ka merabanya, Kakek langsung merintih kesakitan.
Lukanya sepertinya sudah cukup lama, jadi harus segera di CT scan. Tapi anak si kakek masih saja bersikeras meyakini kalau ayahnya cuma flu perut karena salah makan.
"Muntah belum tentu karena salah makan. Saya curiga ayah anda pernah terjatuh beberapa waktu yang lalu dan kepalanya terbentur, tapi beliau tidak bisa memberitahu kalian."
Mereka pun bergegas membawa Kakek ke IGD untuk diperiksa lebih lanjut oleh Dokter Kepala Wei. Dari berbagai gejalanya, Mi Ka yakin kalau Kakek menderita hematoma subdural. Dokter Kepala Wei pun segera memerintahkan Mi Ka untuk melakukan CT scan pada Kakek dan memberitahu bagian bedah saraf.
Pada saat yang bersamaan, Ke Lei juga sedang sibuk dengan tugasnya memantau sebuah truk yang mencurigakan. Ke Lei melihat orang yang duduk di kursi penumpang tampak sangat mencurigakan, maka dia langsung memerintahkannya untuk turun dan menunjukkan KTP-nya.
Sementara itu, Li Nian menemukan barang mencurigakan tersembunyi di bagian bawah truk dan langsung diam-diam memberitahukannya pada Ke Lei. Ke Lei pun langsung ganti menginterogasi si supir, tapi si supir sepertinya jujur saat dia mengaku tak tahu karena dia hanya ditugaskan untuk menyetir.
Malah pria mencurigakan itu yang mendadak panik dan langsung kabur. Tim SWAT pun langsung mengejarnya dan Ke Lei berhasil menangkapnya dengan mudah.
Tapi dibalik kesibukan mereka masing-masing, hubungan Mi Ka dan Ke Lei perlahan mulai semakin berkembang. Mereka bahkan sering bertukar chat walaupun cuma sekedar saling menanyakan kabar.
Keluarga si Kakek mengirimkan sekeranjang buah sebagai ungkapan terima kasih karena Mi Ka telah menyelamatkan Kakek. Untung saja Mi Ka dengan cermat menyadari Kakek ternyata mengalami memar otak.
"Semua berkat ajaran Dokter Kepala Wei yang bagus." Ujar Mi Ka merendah.
"Kecermatan adalah kualitas dasar untuk bekerja di IGD. Harus lebih giat." Puji Dokter Kepala Wei.
Chen Tao cuma bisa melongo saking tak percayanya mendengar si Guru Pemusnah memuji Mi Ka. Dia ebnar-benar kagum pada Mi Ka. Baru sebentar di sini, Mi Ka sudah mendapat pujian dari Dokter Kepala Wei. Hebat sekali!
Mi Ka hendak pulang bersamaan dengan Dokter Kepala Wei. Tapi Dokter Kepala Wei tiba-tiba ingin bicara dengannya. Mi Ka jadi gugup dan Dokter Kepala Wei menyadari itu. Kenapa? Apa dia begitu menakutkan?
"Tidak. Semuanya karena menghormati anda."
"Maksudmu takut denganku."
"Dokter Kepala Wei, apa yang sebenarnya ingin anda katakan? Apakah aku membuat kesalahan lagi?"
"Apa kau masih merenungkan alasan pemindahan ke IGD?"
Mi Ka menyangkal. Dia mengakui kalau dia memang agak terguncang waktu hari pertama dipindahkan. Tapi itu cuma karena dia merasa telah mengecewakan Dokter Shao, dan bukan karena perbedaan antara IGD dengan Bedah Saraf.
"Kau merasa bahkan Shao Yu Han merasa kau berbuat salah lalu mengirimmu ke IGD?"
"Benar. Aku memang berbuat salah."
"Lalu kenapa setelah berbuat salah, malah dikirim ke IGD? Apa kau pernah memikirkannya?"
Dan Mi Ka langsung terdiam kebingungan, jelas dia tidak pernah memikirkannya. Dokter Kepala Wei memberitahu bahwa setiap hari IGD menerima ribuan pasien dengan berbagai penyakit.
IGD itu sama seperti medan perang, mereka yang otaknya tidak bisa berputar dengan cepat, tidak akan bisa bertahan di IGD.
"Menurutmu, berapa lama kau bisa bertahan di IGD?" Tanya Dokter Kepala Wei.
Bersambung ke episode 8
1 Comments
Lanjuut...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam