Sinopsis You Are My Hero Episode 6 - 1

Dokter Shao pun memerintahkan Mi Ka dan yang lain untuk mengambil alih sisanya untuk mencari pecahan peluru yang mungkin masih tersisa, sementara dia sendiri bergegas mengambil alih operasinya si penjahat.

Terlalu sulit menghentikan pendarahannya, maka Dokter Shao memerintahkan untuk menggunakan teknik pemadatang dengan spons gelatin. Tapi tekanan darah pasien terus turun. Dokter Shao tetap tenang menyuruh mereka untuk menambahkan plasma darah.

Sementara itu di sebelah, timnya Mi Ka malah menemukan adanya tumor aneurisma juga di otaknya Xiao Chao. Sebelum operasi tadi memang tidak dilakukan pemeriksaan pembuluh darah dan cuma CT scan, makanya tumor itu baru ketahuan sekarang.

Tapi berhubung Dokter Shao masih sibuk menangani si penjahat, jadi dia memerintahkan mereka untuk menstabilkan tekanan darahnya dulu dan memastikan aneurisma-nya tidak sampai pecah.

Karena persediaan plasma darah mereka menipis, Dokter Shao memerintahkan agar mereka menyuruh bank darah untuk mempersiapkan darah, sementara Mi Ka disuruh membantu untuk melakukan operasi kliing aneurisma intrakranial.

Semua orang berjuang keras untuk kedua operasi itu... hingga akhirnya Dokter Shao berhasil menghentikan pendarahan si penjahat dan operasi kliping aneurisma-nya Xiao Chao pun berhasil. Dokter Shao lega.

Dokter Shao keluar tak lama kemudian dan memberitahu tim SWAT bahwa kedua operasi berhasil, tapi kedua pasien masih harus di ICU untuk observasi lebih lanjut.

Mereka juga menemukan aneurisma pada Xiao Chao tapi sudah mereka tangani sekalian. Tapi entah apakah akan ada gejala sisa atau tidak, mereka harus menunggu pasien sadar dulu untuk melihat kondisinya.

Tim SWAT benar-benar lega mendengarnya. Ke Lei juga meminta maaf atas kelancangan sikap mereka tadi. Untungnya Dokter Shao sama sekali tak mempermasalahkannya, dia mengerti perbedaan profesi mereka sehingga penilaian mereka pun berbeda. Tidak ada yang salah ataupun benar di sini, jadi Ke Lei tidak perlu minta maaf.

Mi Ka keluar tak lama kemudian, Ke Lei pun diam-diam mengisyaratkan ungkapan terima kasih padanya. Saat hendak ganti baju, Mi Ka baru melihat di dalam tas pemberian Ke Lei tadi, ternyata juga ada sertifikat kelulusannya.

Tapi saat dia hendak pulang, dia mendapati Ke Lei masih berjaga seorang diri di depan ruang ICU. Karena Ke Lei belum makan seharian, Mi Ka pun mengajaknya keluar dan mentraktirnya makan pop mie.

Ke Lei mengaku bahwa dia sebenarnya sangat marah saat Dokter Shao membuat keputusan pertama. Para penjahat itu menjual narkoba, merampok dan lain-lain. Sementara Li Nian adalah penembak runduk terbaik timnya.

"Kami berjuang mati-matian untuk menangkap para penjahat itu. Tapi apa boleh buat, kami adalah polisi."

Mi Ka mengerti perasaannya. Kadang dokter juga tidak bisa memilih. Dokter punya Sumpah Hippokrates. Sekalipun di hadapan keadilan dan kebaikan, mereka tetap tidak boleh secara langsung berinisiatif dan dengan sadar membunuh pasien.

Setiap orang setara di hadapan kehidupan. Karena itulah sebagai seorang dokter, dia selalu menghargai setiap nyawa. Sedangkan Ke Lei sebagai petugas hukum, bertugas melindungi martabat hukum, dan dia berhasil melakukan itu.

"Aku mengerti keputusan kalian." Ujar Ke Lei.

Berusaha menahan air matanya, Ke Lei memberitahu Mi Ka bahwa Xiao Chao awalnya atlet menembak profesional. Dia punya kesempatan untuk masuk ke tim nasional. Tapi kepolisian membutuhkan orang. Lalu dia tanpa ragu sedikitpun datang untuk menjadi polisi.

Awalnya fisiknya tidak kuat dan hampir saja ditolak. Tapi Ke Lei terus membinanya dan mendukungnya sehingga dia berhasil bertahan.

"Dia pasti bangga bisa bertahan di Satuan Harimau."

"Jika saat itu dia menyerah mungkin saja itu adalah hal yang baik. Setidaknya... sekarang tidak akan seperti ini."

Sebenarnya hari ini sebelum bertugas, Xiao Chao berkata pada mereka bahwa dia akan segera menikah dan mengundang mereka ke pernikahannya. Karena itulah tadi saat Ke Lei termangu di depan IGD, dia berpikir alangkah bagusnya seandainya dialah yang diantar ke dalam IGD.

"Menurutku, Xiao Chao juga pasti berpikiran sama denganmu. Dia pasti tidak berharap orang yang diantar ke dalam adalah kau."

"Sejak detik pertama aku mengenakan seragam polisi, aku sudah bersiap untuk berkorban kapan pun. Tapi saat benar-benar melihatnya menjadi seperti ini, aku masih agak tidak bisa menerimanya."

Mi Ka bercerita bahwa waktu dia kecil, dia punya satu set mainan dokter. Setiap kali dia pura-pura jadi dokter, anak-anak suka minta diobati olehnya.

Makanya Mi Ka berpikir mau jadi dokter saat dia dewasa dan menyembuhkan penyakit semua orang di dunia ini. Tapi setelah benar-benar tumbuh dewasa dan menjadi dokter, dia menyadari kalau dia tidak berdaya dalam banyak hal.

Pada tahun pertamanya magang, ada kecelakaan di jalan tol. Korbannya sekeluarga tiga orang, tidak ada satupun yang bisa diselamatkan. Saat itu, Mi Ka menyalahkan dirinya sendiri dan merasa tak berdaya.

Tapi kemudian dia berpikir bahwa dia tetap harus menjadi dokter. Dengan begitu, dia baru bisa menolong lebih banyak orang dan mengobati lebih banyak pasien. Ke Lei juga sama. Karena ada polisi sepertinya, makanya jadi semakin banyak orang yang lebih aman.

"Masalah Xiao Chao, kau sudah berusaha sebisamu. Kini yang perlu kau lakukan adalah membuat dirimu bersemangat kembali dan percaya pada kami. Operasi sudah berhasil. Xiao Chao pasti akan siuman."

"Terima kasih. Kau sudah begadang semalaman, masih harus menemaniku ngobrol."

"Tidak masalah. Aku sudah terbiasa begadang."

Mi Ka bercerita bahwa saat dia sif malam pada tahun pertamanya magang, dia belum terbiasa dan sering menelepo ibunya. Ibunya juga sering meneleponnya tengah malam untuk menghiburnya dan bertanya ini-itu,

Hingga kemudian dia menyadari kalau dia tidak boleh memberitahu apapun pada ibunya lagi karena dia tidak ingin lagi membuat ibunya khawatir sampai tidak bisa tidur.

"Bagaimana denganmu? Profesimu ini, pasti membuat keluargamu lebih khawatir, kan?" Tanya Mi Ka.

Ke Lei mengaku bahwa keluarganya tinggal di luar negeri. Dan karena pekerjaannya ini membuatnya tidak leluasa bepergian ke luar negeri, jadi dia dan orang tuanya sangat jarang bertemu.

"Karena itulah kau harus semakin menjaga dirimu sendiri dengan baik. Dengan begitu, barulah orang di sekitarmu bisa tenang."

Keesokan harinya, Dokter Shao disidang oleh para dokter kepala rumah sakit atas tindakan nekatnya melakukan dua operasi kemarin. Salah satu dokter senior sangat keberatan dengan tindakan Dokter Shao itu karena sangat beresiko dan bisa mengancam masa depan Rumah Sakit Renxin mereka dan image Bedah Saraf mereka yang telah susah payah mereka perjuangkan selama sepuluh tahun.

Tapi dokter yang lain kurang setuju dengannya, apalagi mengingat kedua operasi itu berhasil dengan lancar. Mi Ka langsung memberanikan diri minta izin untuk bicara.

Dia mengaku bahwa impiannya sejak mulai belajar ilmu kedokteran adalah bekerja di Departemen Bedah Saraf di rumah sakit Renxin. Semua dokter di sini sangat hebat.

Dia selalu berpikir bahwa dengan lebih giat dan tekun, dia akan bisa memakai memakai jas putih ini. Tapi kemarin, dia mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Jika dikarenakan peraturan dan sistem, dokter harus memilih salah satu di antara dua nyawa, lalu apa tujuan awal mereka belajar ilmu kedokteran?

"Saya turut serta dalam keseluruhan proses operasi. Saya yakin Dokter Kepala Shao mengambil keputusan seperti ini dengan keyakinan penuh. Menurut saya, inilah wujud profesionalitas dan keberanian yang sesungguhnya dari seorang dokter, serta alasan mengapa Departemen Bedah Saraf bisa menjadi departemen unggulan RS Renxin. Itu saja yang ingin saya katakan."

Dan sontak saja ucapannya itu mendapat tepuk tangan dari para koleganya. Dokter Shao pun senang. Para dokter senior benar-benar speechless sekarang, kecuali dokter senior yang mendukung Dokter Shao.

Dia sangat setuju dengan Mi Ka. Dalam membuat pilihan secara profesional, seorang dokter memang harus mengutamakan nyawa pasien. Selain itu, tadi pagi tin SWAT menghubungi Dokter Kepala He untuk memberitahu bahwa mereka ingin memberikan penghargaan pada Departemen Bedah Saraf.

"Ini adalah bentuk pengakuan pasien terhadap kita. Semua teknologi penelitian ilmiah kita, pada akhirnya semuanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan menolong pasien."

Saat Mi Ka cs makan siang di kantin, tiba-tiba saja semua orang melirik mereka sambil berkasak-kusuk mengagumi mereka. Chen Tao juga sudah mendengar tentang Mi Ka yang berani membantah dalam rapat kepala rumah sakit tadi. Mi Ka benar-benar hebat.

"Aku hanya mengutarakan pendapatku."

Tepat saat itu juga, dia melihat Dokter Shao duduk di meja sebelah. Dia langsung menyapanya dengan anggukan kepala sopan dan Dokter Shao membalasnya dengan cara yang sama. Tapi Yan Shan tampak jelas tak senang dengan hal itu.

Hari ini saatnya Xiao Man pergi ke luar negeri. Mi Ka dan Dokter Shao mengantarkannya keluar rumah sakit. Kedua gadis itu benar-benar sedih harus berpisah satu sama lain.

"Xiao Man, kau harus baik-baik di luar negeri. Pergilah dengan selamat dan pulanglah dengan selamat." Tangis Mi Ka.

"Mi Ka, tidak ada aku yang memasak untukmu. Kau jangan mie instan setiap hari, yah. Kalau kau tidak bisa, makanlah di kantin rumah sakit kalian. Uang sewamu terakhir kali sudah dibayar sampai akhir bulan, bergegaslah cari teman serumah baru untuk membantumu menanggungnya. Jangan selalu membuatku khawatir."

"Di luar negeri, kau teruslah memasak. Akan kubuatkan akun Wechat resmi untukmu dan kau tinggal mengunggah foto. Siapa tahu kau bisa jadi selegram."

Sudah saatnya mereka berpisah. Mi Ka sontak memeluknya erat-erat sebelum akhirnya melepaskannya pergi. Mi Ka masih terus terisak sedih saat mereka naik lift.

Beberapa perawat di belakang jadi salah paham melihat pemandangan itu, mengira Dokter Shao memarahi Mi Ka sampai membuat Mi Ka menangis. Pfft!

Dokter Shao berusaha menjelaskan kalau dia tidak sedang marah dan meminta Mi Ka untuk tidak bersedih lama-lama. Tapi tetap saja gosip tentang Mi Ka dimarahi Dokter Shao sampai menangis, menyebar dengan cepat.

Ke Lei baru saja kembali dari latihan saat Komandan Hao menyuruhnya untuk pergi ke rapat sosialisasi di biro keamanan kota besok. Tapi Ke Lei menolak, lagian acara itu bisa diwakilkan oleh siapa saja. Ke Lei lebih memilih menjaga Xiao Chao di rumah sakit saja.

Setelah Xiao Chao siuman, dia ribut terus karena menolak diurus oleh perawat wanita. Tunangannya juga sedang tidak bisa mengurusnya karena sedang menjaga ibunya.

Komandan Hao menyarankannya untuk ganti perawat pria saja untuk Xiao Chao. Tapi Ke Lei ngotot tak setuju, bisa-bisa Xiao Chao bakalan menghancurkan rumah sakit kalau begitu. Jadi mending dia saja yang pergi. (Biar sekalian ketemu Mi Ka ya, Kapten?) Komandan Hao akhirnya setuju.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam