Sinopsis A Girl Like Me Episode 2 - 1

Baru sadar kalau dia masih memegangi garpu taman itu, Ban Hua langsung melempar benda itu kembali ke asalnya lalu membalas sapaan Rong Xia dengan penuh harga diri padahal sebenarnya dia malu banget.

Ban Heng to the point menyerahkan hadiahnya. Dia mengklaim kalau hadiah ini adalah kesayangannya, jadi dia memaksa Rong Xia untuk menerima hadiahnya.

Tapi hadiah kesayangannya yang dimaksudnya itu ternyata cuma dua ekor jangkrik petarung yang dia beri nama Wangzhe dan Ayao. Bahkan dengan bangganya dia mengklaim bahwa kedua jangkrik ini tak terkalahkan yang telah memenangkan enam pertarungan berdarah di ibu kota.

Ban Hua sampai malu dibuatnya. Tapi yang tak disangkanya, Rong Xia sama sekali tak mempermasalahkannya, malah membiarkan Ban Heng nyerocos membangga-banggakan kedua jangkrik itu.

Sementara Ban Heng terlalu fokus nyerocos, Ban Hua dan Rong Xia justru saling bersitatap dengan sengit. Bahkan saat kedua jangkrik itu mendadak tidak bertarung lagi, mereka langsung memanfaatkan kedua jangkrik itu untuk saling menyindir satu sama lain.

"Kurasa, mungkin si Wangzhe ini merasa telah menyinggung lawannya sebelumnya dan merasa bersalah. Jadi sekarang sedang memikirkan bagaimana caranya meminta maaf." Sindir Rong Xia.

"Jelas-jelas karena jangkrik yang satunya lagi, badannya bau buku. Makanya dia tidak mau dekat-dekat." Balas Ban Hua.

"Ayao sangat menjaga kebersihannya, difitnah tanpa alasan. Lawannya bahkan masih tidak tahu malu. Kasihan sekali, kasihan."

"Seekor jangkrik jelek, mengira dirinya tampan sedikit, langsung merasa seluruh dunia menyukainya, ya?"

"Memangnya kenapa? Memang seluruh dunia menyukainya. Kalau tidak, kenapa bisa dijual begitu mahal?" Celetuk Ban Heng.

"Tutup mulutmu!" Bantak Ban Hua. "Kau! Gigit dia!"

"Jelas-jelas si Wangzhe ini yang duluan menggigit. Seharusnya Wangzhe yang meminta maaf pada Ayao."

Kesal, Ban Hua langsung menantang Rong Xia untuk bertarung pakai kedua jangkrik itu. Yang kalah harus meminta maaf pada yang menang. Rong Xia setuju.

Tak lama kemudian, para pelayannya Rong Xia bingung sendiri mendengar keributan dari dalam ruang tamu. Penasaran, mereka langsun membuka pintu dan menemukan tuan mereka sedang bertarung adu jangkrik sama Ban Hua dengan seru.

Ban Hua jadi kehilangan fokus gara-gara itu dan jangkriknya jadi kalah. Ban Hua kesal, tapi dia mengakui kekalahannya dan meminta maaf pada Rong Xia lalu mengajak Ban Heng pulang.

Ban Hua terus menggerutu kesal merutuki Rong Xia, bahkan sesampainya di rumahnya. Berusaha menenangkan nonanya, pelayannya Ban Hua menyalakan dupa penenang untuknya sehingga Ban Hua tertidur... dan bermimpi lagi.

Dalam mimpinya kali ini, Ban Hua melihat dirinya sendiri menarik selembar kain putih yang tertiup angin. Tapi di balik tirai itu, dia melihat Rong Xia.

Ban Hua sontak terbangun dengan kesal. "Kenapa dia lagi?! Dasar! Menyia-nyiakan wajah setampan itu. Terpikirkan saja membuatku marah."

Eh, tapi... jika Rong Xia benar-benar pergi ke toko kain, mungkin ibunya akan mempercayai mimpinya. Maka kemudian Ban Hua mengajak ibunya pergi ke toko kain Wanqingbei.

Tapi sampai beberapa lama, Rong Xia masih juga belum datang. Ibu yakin Tuan Cheng'an tidak mungkin datang dan mimpinya Ban Hua tidak mungkin menjadi kenyataan. Ibu masih ada urusan lain sekarang, tidak bisa menemani Ban Hua main lebih lama lagi.

Ban Hua masih terus menunggu, tapi tidak tampak tanda-tanda kedatangan Rong Xia. Ban Hua lama-lama jadi ragu juga, apa segala yang terjadi benar-benar cuma sekedar kebetulan?

Tapi saat dia keluar, tiba-tiba ada angin cukup kencang sehingga membuat kain putih terdekat, melayang tepat di hadapannya. Ban Hua pun berusaha meraihnya dan saat itulah, dia melihat Rong Xia di balik kain putih itu... sama persis seperti yang ada di dalam mimpinya.

Ban Hua tercengang banget hingga dia langsung menarik tangan Rong Xia saking tak percayanya mimpinya menjadi kenyataan lagi. "Kau benar-benar datang ke toko kain?"

Tapi pengawalnya Rong Xia jadi panik dan langsung memerintahkan Ban Hua untuk melepaskan tuannya. Ban Hua jelas kesal mendengar tegurannya.

Rong Xia dengan sopan memberitahu Ban Hua bahwa dia bukannya mau ke toko kain, melainkan mau membeli tinta di toko sebelah dan kebetulan lewat sini.

"Kau jangan kemana-mana. Aku akan memanggil ibuku untuk melihatmu. Aku akan segera kembali." Ujar Ban Hua lalu bergegas pergi menyusul ibunya.

Rong Xia jelas bingung, kenapa Ban Hua ingin mempertemukannya dengan ibunya? Tapi dia tidak ada waktu untuk menunggu, jadi dia langsung pergi.

Pengawalnya Rong Xia heran. Kenapa mereka terus menerus bertemu Ban Hua di mana-mana. Apa jangan-jangan Ban Hua sedang membuntuti Rong Xia?

Rong Xia santai saja, memang itu keinginannya. Tapi si pengawal cemas dengan aksi Rong Xia mendekati Keluarga Ban, takutnya dia tidak akan dilepaskan nantinya.

"Kalau ingin mengetahui kebenarannya, maka harus memiliki hubungan yang lebih dekat lagi dengan keluarga Ban." Ujar Rong Xia.

Ban Hua melihat kereta kuda keluarganya lewat, tapi hanya ada ayah dan adiknya di sana. Ibu entah ada di mana. Tapi tidak masalah, Ban Hua langsung memberitahu mereka tentang mimpinya bertemu Tuan Cheng'an di toko kain dan tadi mimpinya itu benar-benar menjadi kenyataan.

Ayah jadi cemas, tapi Ban Heng malah nggak nyambung, malah senang karena itu artinya Xie Qilin benar-benar akan jadi buta.

"Kau itu bodoh, ya? Kalau Xie Qilin sampai buta, berarti properti keluarga kita akan digeledah, mengerti tidak?!"

Ban Hua mau mencari ibu sekarang dan menyuruh Ayah dan Ban Heng untuk pulang duluan saja. Tapi alih-alih pulang, Ayah dan Ban Heng malah memutuskan pergi ke kediaman Keluarga Xie untuk melihat apakah Xie Qilin sudah buta atau belum.

Mereka naik ke atas genteng dan melihat Xie Qilin bertemu dengan seorang wanita, tapi mereka tidak melihat wajahnya karena wanita berdiri membelakangi mereka. Hmm, kekasihnya kah?

Tapi Ban Heng merasa wanita itu tidak mirip kekasihnya Qi Lin. Tidak mirip Wan Yu juga, gaya pakaiannya tidak sama dengan Wan Yu.

"Bagaimana kau bisa tahu gaya pakaiannya Xie Wan Yu?" Heran Ayah. Tapi Ban Heng malah cuma bisa terdiam canggung. (Hmm, apakah dia suka Wan Yu?)

Usai membicarakan entah apa, wanita misterius itu langsung pergi lalu Qi Lin membaca bukunya sambil berjalan. Tapi tiba-tiba Qi Lin tersandung menimpa pohon bambu dan dalam prosesnya tertusuk batang bambu tepat di salah satu matanya. OMG! Mimpinya Ban Hua benar-benar menjadi kenyataan, Qi Lin sekarang buta sebelah.

Tuan Ban dan Ban Heng berniat mau cepat-cepat pergi. Tapi saat hendak melompat turun dari genteng, Tuan Ban malah tak sengaja menyenggol Ban Heng dengan cukup keras sehingga Ban Heng malah terjatuh ke dalam kediaman Keluarga Xie dan langsung ditangkap sama para pengawal Keluarga Xie.

Parahnya lagi, dia bahkan dituduh sebagai pelaku yang menyakiti Xie Qilin. Saat mendengar berita itu, Rong Xia langsung memerintahkan pengawalnya untuk diam-diam menyelidiki Keluarga Xie.

Bisa diduga, Tuan Xie langsung memperkarakan masalah ini ke hadapan Kaisar, menuduh Keluarga Ban yang membuat mata anaknya jadi buta sebelah dan memohon pada Kaisar untuk memberikan keadilan bagi keluarganya.

Putri Agung pun bergegas pergi ke kediaman Keluarga Ban dan to the point memberitahu Nyonya Ban dan Ban Hua bahwa perkara Ban Heng ini harus dengan hati-hati. Terutama karena dalam pemerintahan, ada 3 keluarga yang selalu saling bersikutan. Yaitu keluarga Shi, Keluarga Xie, dan Keluarga Yan.

Ban Hua tidak mengerti, apa hubungannya perkara ini dengan Keluarga Shi dan Keluarga Yan? Bukankah masalah ini cuma dendam pribadi dengan Keluarga Xie?

"Masalah pemerintahan tidak akan pernah jelas. Haru berhati-hari. Di pemerintahan, setiap pihak akan saling menjatuhkan. Keluarga Ban dan Xie memiliki kekuasaan yang seimbang. Tidak boleh menyinggung pihak manapun. Jika Kaisar sampai salah memilih penanggung jawab kasus, maka Heng'er akan sulit lolos dari kesalahan berat."

Putri Agung berpikir bahwa mereka mungkin punya kesempatan untuk membalik keadaan jika mereka meminta bantuan Tuan Cheng'an. Tuan Cheng'an adalah satu-satunya orang di pemerintahan yang sudah tidak punya keluarga ataupun saudara, dia juga dekat dengan Kaisar.

Dia juga tidak berhubungan dengan Keluarga Shi, Xie dan Yan. Jadi Tuan Cheng'an tidak akan memihak siapapun. Nyonya Ban setuju, apalagi Tuan Cheng'an itu seorang cendikiawan, dia pasti akan menjaga nama baiknya.

Sekarang ini di pemerintahan, hanya Tuan Cheng'an yang bisa membawa keadilan dan memjernihkan nama Ban Heng. Karena itulah, Putri Agung menyerahkan masalah ini pada Ban Hua.

Hah? Ban Hua menolak, dia tidak bisa. Dia dan Tuan Cheng'an punya dendam pribadi, Ban Hua tidak mau menemuinya.

Ban Hua lalu pergi ke penjara untuk melihat adiknya, tapi malah menemukan Ban Heng lagi enak-enakan makan segala macam daging. Wkwkwk! Sama sekali tidak kelihatan kayak tahanan tuh anak.

"Kalau Tuan Shi melihatmu makan banyak begini, bagaimana dia akan membantu kita menyelesaikan kasus?"

"Tidak masalah. Nanti kalau dia datang, aku akan berakting sangat menyedihkan." Santai Ban Heng. "Oh ya Kak, apa kau membawakan benda itu untukku?"

Dan benda yang dimaksudnya adalah tempat jangkrik kesayangannya. Tentu saja Ban Hua bawa, dia memang kakak yang pengertian.

Tiba-tiba penjaga penjara mengumumkan kedatangan Tuan Shi. Ban Heng cuma menutup makanannya dengan asal-asalan lalu berusaha berakting menangis sedih.

Ban Hua dengan canggung berbohong kalau dia datang mengantarkan semua makanan ini untuk adiknya karena ibu mereka sangat khawatir. Ban Heng langsung pura-pura meratap sedih seolah dia belum makan sama sekali dan mengeluhkan segala hal tentang tempat ini.

Tiba-tiba jangkrik kesayangannya melompat keluar... lalu nemplok ke bajunya Tuan Shi. Ban Hua reflek mendorong Tuan Shi untuk menangkap jangkrik itu dan kedekatan mereka itu kontan membuat Tuan Shi jadi gugup dan canggung.

Dia bahkan sampai tergagap saat dia meminta Ba Hua untuk minggir sebentar agar dia bisa melakukan tugasnya menyelidiki kasus ini.

"Baik. Kalau begitu, mohon berikan keadilan pada adikku."

"Jika Pangeran (Ban Heng) dan Xie Qilin bicara dengan jujur, maka pasti bisa mengungkap kebenarannya." Ujar Tuan Shi gugup.

"Kalau begitu, maaf sudah merepotkan Tuan. Ban Hua akan menunggu Tuan di luar." Pamit Ban Hua lalu pergi.

Ban Hua sungguh tidak menyangka, setelah sekian lama tidak bertemu Tuan Shi Jin, sekarang dia menjadi begitu gagah.

Shi Jin menyusulnya tak lama kemudian dan meyakinkan bahwa dia pasti akan berusaha keras untuk menyelidiki kebenaran di balik kasus ini.

Ban Hua senang. Orang-orang bilang kalau Shi Jin tuh kolot. Tapi menurut Ban Hua, Shi Jin sama seperti dirinya, seorang anak bangsa yang penuh semangat dan mudah untuk bekerja sama.

Ban Hua santai saja merapikan bajunya Shi Jin lalu pamit, padahal perbuatannya itu membuat Shi Jin jadi canggung, tapi dia bahagia juga dengan perhatian Ban Hua.

Dari hasil penyelidikannya, pengawalnya Rong Xia berhasil mendapatkan buku yang dibaca Qi Lin waktu itu. Sebuah buku puisi berjudul Fengya Shihui.

Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah dua bait puisi: 'Gunung tergambar samar, awan tergambar tanpa tinta'.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments