Sinopsis You Are My Hero Episode 4 - 2

Semua orang sontak bersorak heboh, menuntut Ke Lei untuk dihukum hingga Ke Lei akhirnya bersedia menerima hukumannya. Chen Tao dengan kejamnya menghukum Ke Lei untuk makan biskuit yang dicampur wasabi dan minum minyak cabai yang dicampur merica.

Ke Lei terpaksa memakan biskuit menjijikkan itu dengan jantan. Tapi saat dia hendak mengambil minuman menjijikkannya, Chen Tao tiba-tiba memanggil Mi Ka untuk maju ke depan.

Mi Ka nggak mau, malu banget. Tapi teman-temannya malah heboh mendorongnya. Maka Ke Lei pun menyelamatkannya dengan cepat-cepat menenggak minyak cabai itu sampai habis.

"Setelah disiksa olehku selama ini, sekarang kalian sudah puas, kan? Kalau begitu, aku akan cerewet sedikit lagi. Memberi kalian hukuman bukanlah tujuan kami. Kami hanya berharap setelah melewati proses seperti ini, kalian bisa memiliki fisik yang sangat baik. Memiliki kegigihan yang kuat. Pelatihan sekeras ini saja sudah berhasil kalian lewati, kesulitan apa lagi yang tidak bisa kalian lewati, betul tidak? Terakhir, kuharap pekerjaan kalian akan sukses dan lancar selalu."

"Baik. Terima kasih, Instruktur."

Selesai balas dendam ke Ke Lei, sekarang mereka ganti sasaran ke Wen Bo. Ke Lei pun langsung pergi menjauh dan terbatuk-batuk gara-gara minuman tadi.

Mi Ka langsung menyusulnya dengan membawakan air, sekalian dia mau pergi ke toilet. Ke Lei pun mengantarkannya ke toilet yang letaknya agak jauh.

Tapi saat Mi Ka keluar dari toilet, tiba-tiba dia mendapat pesan darurat tentang kecelakaan mobil yang terjadi di sekitar sini. Mereka pun bergegas pergi ke TKP, belum ada bantuan satupun yang datang dan korban masih terjebak di dalam truk yang posisinya di bibir jurang dalam keadaan bersimbah darah tapi masih hidup.

Mi Ka khawatir, kalau pendarahannya tidak segera dihentikan, mungkin nyawanya takkan tertolong. Dia harus segera dikeluarkan. Ke Lei pun berusaha memanjat truk itu tapi pintu truknya terkunci. Korban juga terjepit dan tidak bisa keluar.

Maka Mi Ka pun meminta Ke Lei untuk membantunya masuk ke dalam truk itu untuk menghentikan pendarahannya. Ke Lei tidak setuju, Mi Ka tidak mungkin bisa karena dia fobia ketinggian. Ini terlalu berbahaya.

"Meskipun bantuan datang, tapi perjalanannya juga butuh waktu. Pendarahannya harus segera dihentikan secepatnya. Aku harus masuk ke dalam untuk menanganinya. Jangan ragu-ragu lagi. Percayalah padaku."

Ke Lei akhirnya menyerah dan menurutinya. Tapi dia memperingatkan Mi Ka untuk segera berhenti jika Mi Ka merasa tidak nyaman. Mereka pun mulai bekerja sama mempersiapkan segalanya lebih dulu agar truk itu tidak semakin tergelincir ke jurang.

Perlahan-lahan Mi Ka memanjat truk itu sembari berusaha keras mengatasi fobianya, sementara Ke Lei membantu memegangi talinya. Tapi tepat saat Mi Ka hampir berhasil mencapai kepala truk, kakinya tiba-tiba tergelincir hingga dia tergantung... yang pada prosesnya membuat Ke Lei ikut tertarik hingga kepalanya terbentur dan berdarah.

Tapi dia sama sekali tak memedulikan dirinya sendiri dan menyuruh Mi Ka untuk tidak melihat ke bawah. "Lihat aku! Selama ada aku, kau akan baik-baik saja." Ucap Ke Lei, persis seperti yang dia ucapkan pada Mi Ka dua tahun yang lalu.

Sekuat tenaga dia menarik Mi Ka kembali. Dan karena tak mau membiarkan Mi Ka lewat jalan yang sama, akhirnya dia menggunakan tubuhnya sebagai jembatan, sekuat tenaga menahan berat tubuh Mi Ka hingga Mi Ka berhasil mencapai kepala truk dan masuk ke dalamnya.

Berusaha mengabaikan jurang di bawah, Mi Ka fokus mengecek kondisi korban. Dia hampir tidak bisa merasakan nadinya karena lukanya yang sangat parah di bagian kepala dan paru-parunya.

Mi Ka langsung menekan bagian lehernya dan seketika itu pula darahnya muncrat, tapi korban akhirnya bisa bernapas kembali. Dia lalu melilitkan perban di kepala dan medical strap di lengan untuk menghentikan pendarahannya. Dan untunglah ambulance akhirnya tiba saat itu juga. Korban pun segera dilarikan ke rumah sakit.

Tiba-tiba Mi Ka mual, tapi Ke Lei mendadak berubah kejam menyuruh Mi Ka menjauh, jangan muntah dan mengotori mobilnya.

"Instruktur Xing, apa kau manusia? Aku sebagai penderita fobia ketinggian tadi sangat berani, apa kau tidak lihat? Apa kau tidak bisa memujiku sedikit saja?"

"Lumayan hebat." Puji Ke Lei.

Baru saat itulah Mi Ka melihat luka di dahinya Ke Lei dan langsung cemas. Harus diperban, tapi perbannya sudah habis. Ke Lei tak mempermasalahkannya, lagian ini cuma luka kecil.

"Tidak bisa!... Aku... aku ada cara."

Tak lama kemudian, Mi Ka memperban dahinya Ke Lei pakai kaos dalemannya warna pink yang dia bentuk model pita. Pfft! Mi Ka sampai harus berusaha menahan tawa melihat pemandangan imut itu.

Keesokan harinya, Ke Lei mengganti dalemannya Mi Ka dengan plester dan jadi canggung sendiri melihat daleman itu.

Tapi mengingat kehebatan Mi Ka kemarin, Ke Lei langsung mendatangi Komandan Hao untuk meminta beliau menandatangani sertifikat kelulusan untuk Mi Ka.

Komandan Hao bingung, bukannya Ke Lei sendiri yang tidak meluluskan Mi Ka dengan alasan Mi Ka fobia ketinggian?

"Memang. Tapi kemarin yang menyelamatkan sopir truk di jurang adalah dia. Kenyataan membuktikan bahwa dia bisa mengatasi fobia ketinggiannya ini. Jadi, saya merasa tidak boleh menilai kemampuan seseorang hanya dari satu kali tes."

Komandan Hao curiga. Jangan-jangan Ke Lei jatuh cinta sama Mi Ka dan mau memanfaatkan jabatannya untuk mengejar gadis itu? Yah memang tidak masalah, anggota SWAT memang harus pacaran. Jika tidak, maka tempat ini akan berubah jadi kuil.

Tapi Komandan Hao memperingatkan Ke Lei untuk tidak menikah dengan dokter. Komandan Hao menikah dengan dokter dan apa hasilnya? Dia dan istrinya sama-sama terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai tidak ada satupun yang punya waktu untuk mengurus keluarga. Ke Lei mengiyakannya saja dengan canggung sampai Komandan Hao tanda tangan.

Mi Ka dan teman-temannya akhirnya memulai hari pertama mereka di rumah sakit dan Dokter Kepala He sendiri yang membawa mereka keliling rumah sakit. Chen Tao membisiki Mi Ka bahwa tim SWAT memanggil Dokter Kepala He dengan sebutan 'Kakak Ipar', soalnya dia istrinya Komandan Hao.

Dokter Kepala He memberitahu mereka bahwa departemen bedah saraf adalah departemen utama di rumah sakit mereka ini, dan termasuk dari 3 bedah saraf terbaik di negara ini.

Tepat saat itu juga, pasien anak remaja yang dioperasi Dokter Shao waktu itu lewat sambil mengacungkan jempol. Dokter Kepala He memberitahu mereka bahwa banyak rumah sakit yang mendiagnosa tumor anak itu tidak bisa dioperasi karena letaknya di tempat yang berbahaya. Tapi akhirnya dia berhasil dioperasi setelah dibawa ke rumah sakit mereka.

Sebagian besar dari mereka akan bertugas di Departemen Bedah Umum. Sedangkan yang bisa bertugas di Departemen Bedah Saraf hanya satu orang. Hanya ada satu slot ini karena Dokter Shao ingin membangun timnya sendiri.

"Di atas meja bedah, kemampuanlah yang berbicara. Jadi kalian semua harus bekerja keras sendiri." Ujar Dokter Kepala He lalu pergi.

Chen Tao yakin dia tidak akan punya kesempatan untuk itu. Di antara mereka, hanya Yan Shan seorang yang paling mungkin karena nilai-nilainya yang terbaik di antara mereka. Dia juga anaknya dokter bedah saraf, gen dia jelas lebih unggul dari mereka.

Yan Shan langsung sedih mendengarnya. "Ayahku sudah meninggal bertahun-tahun."

"Kenapa mereka tidak bisa menerima lebih banyak orang?" Ujar Mi Ka lalu cepat-cepat menyeret Yan Shan pergi sambil menyemangati Yan Shan karena dia juga yakin sekali kalau Yan Shan akan bisa masuk Departemen Bedah Saraf.

"Biar Chen Tao saja yang bicara. Kau tidak usah ikut-ikutan. Kalau aku gagal, mau ditaruh di mana mukaku?"

"Lalu bagaimana denganku? Seluruh rumah sakit tahu masalah aku yang tidak punya sertifikat kelulusan. Apa kata mereka? Pelatihan ini adalah tradiri dokter muda sebelum masuk kerja. Dari dulu tidak ada yang tidak lulus. Aku orang pertama."

Mereka lalu masuk lift bersamaan dengan seorang perawat yang membawa seorang pasien yang menderita benturan di dada, luka tertutup, mau CT scan di lantai atas sebelum operasi.

Dia terpaksa membawa pasien pakai lift biasa soalnya lift operasi sedang dipakai, pasien ini buru-buru harus CT scan. Tapi si perawat mendadak lupa membawa rekam medis pasien, jadi dia meminta mereka berdua untuk membantunya mengantarkan pasien ini ke atas duluan.

Dari catatan medisnya, Mi Ka membaca bahwa pasien ini menderita patah tulang rusuk karena benturan keras di dada. Tapi saat baru tengah jalan, lift itu tiba-tiba saja macet.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam