Sinopsis You Are My Hero Episode 3 - 2

Menurut Mi Ka, Qing Xia kali ini memang agak kelewatan. Qing Xia membela diri kalau dia benar-benar tidak tahu kalau Wen Bo cedera. Lagian ini semua kan gara-gara Mi Ka.


"Ah, iya deh. Semuanya salahku."

Qing Xia benar-benar heran. Jelas-jelas Wen Bo duluan yang mengkritiknya, tapi kenapa dia yang merasa bersalah.

"Bukankah dia sudah berinisiatif untuk minta maaf."

"Terus kau ingin aku bagaimana? Menusuk diriku dengan pisau untuk menebusnya?"

Ah, sudahlah tidak usah dibahas lagi. Mereka lalu ke pos penjaga untuk mengambil barang karena Qing Xia menerima paketan. Padahal Qing Xia tidak beli apa-apa loh, tapi malah dipanggil karena katanya ada barang kiriman buat dia.

Saat mereka mengambil barang itu, ternyata isinya adalah satu set eye shadow yang mirip dengan punyanya yang dipecahin Wen Bo, hanya saja yang ini versi KW. Pfft! Imut juga si Wen Bo.

Subuh-subuh, para dokter tiba-tiba dibangunkan secara paksa lalu disuruh berkumpul di lapangan karena hari ini mereka akan melakukan ujian simulasi latihan komprehensif.

Dalam latihan hari ini, ceritanya ada beberapa orang yang berakting yang naik gunung dan terjatuh ke lembah dan tugas mereka adalah menyelamatkan orang-orang tersebut.

Mereka akan dibagi ke dalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok akan didampingi seorang petugas SWAT yang menjaga mereka tapi tidak akan memberikan bimbingan teknis apapun.

Tiap-tiap kelompok harus mengikuti informasi instruksi tentang bagaimana mencari korban mereka masing-masing.

Mi Ka ikut kelompok kelima dan pendamping mereka adalah Ke Lei sendiri (Pfft! Si kapten maunya sama Mi Ka terus).

Kelompoknya Mi Ka terlebih dulu mengecek semua perlengkapan masing-masing dan menyadari mereka kurang beberapa barang. Maka Mi Ka langsung minta izin Ke Lei untuk melengkapi peralatan mereka dan Ke Lei mengizinkan.

Setelah berjalan cukup jauh sesuai instruksi, mereka akhirnya menemukan korban mereka yang terjatuh di lembah cukup dalam. Mereka langsung mengeluarkan tali panjat tebing mereka, tapi Mi Ka tidak tahu bagaimana caranya, maka Chen Tao-lah yang menggantikannya mengikatkan tali mereka ke sebatang pohon.

Para pria turun untuk mengecek keadaan korban, sementara para wanita yang menjaga tali. Hanya Mi Ka seorang yang tidak pakai sarung tangan. Maka Ke Lei langsung melepaskan sarung tangannya lalu memberikannya pada Mi Ka dan membantu Mi Ka memegangi talinya saat Mi Ka memakai sarung tangannya. (Kapten Xing so sweet)

Korban menderita patah kaki dan tidak bisa berjalan, tapi tulangnya tidak patah, kening dan tangannya juga lecet. Kondisi korban bisa dibilang, tidak terlalu parah, cuma perlu diperban dan disterilkan.

Tepat saat itu juga, tiba-tiba kelompok dua memanggil bantuan karena korban mereka menderita cukup parah dan kehilangan banyak darah. Harus segera diantarkan turun gunung, tapi mereka kekurangan tali untuk mengangkutnya.

Yan Shan langsung menggerutu kesal, jelas tidak mau tahu dan tidak mau menolong karena itu kan kesalahan mereka sendiri yang tidak mengecek dan melengkapi peralatan.

Tapi Mi Ka menilai situasi dengan lebih bijak. Terlebih dulu dia memastikan kondisi korban mereka tidak terlalu parah dan tidak darurat, lalu memutuskan untuk mengajak mereka membantu kelompok dua dulu.

Yan Shan tidak setuju. Lagian kan ini cuma ujian simulasi, korbannya juga tidak benar-benar sakit dan tidak akan mati. Kalau mereka membantu kelompok dua duluan, maka tugas mereka sendiri akan terhambat.

Tapi Mi Ka tetap menjalankan ujian ini dengan serius dan mengingatkan mereka semua bahwa korban kelompok dua lebih parah dan lebih darurat. Jadi mereka harus ditolong.

Chen Tao dan yang lain setuju. Maka Mi Ka pun menyuruh Chen Tao untuk tetap di sini menjaga korban mereka, sementara dia dan yang lain pergi menolong kelompok dua lebih dulu.

Gara-gara itu, kelompoknya Mi Ka jadi yang paling terakhir menyelesaikan tugas. Akan tetapi, Ke Lei menyatakan bahwa nilai mereka-lah yang paling tinggi dalam ujian kali ini.

Pertama karena mereka terlebih dulu mengecek kelengkapan peralatan mereka dengan teliti dan melengkapi kekurangan mereka sebelum berangkat untuk memastikan penyelamatan berjalan lancar.

Kedua, saat mereka mendapat informasi bahwa kelompok lain membutuhkan bantuan, mereka menentukan yang mana yang harus ditolong lebih dulu berdasarkan kondisi cedera korban. Mereka memutuskan menolong kelompok lain lebih dulu dan memastikan korban mendapatkan pengobatan yang cepat dan efektif.

"Jadi kelompok terbaik hari ini adalah... kelompok lima."

Mi Ka cs langsung kegirangan. Tapi Ke Lei belum selesai bicara dan memberitahu bahwa ujian kali ini juga menunjukkan bahwa ada di antara mereka masih belum menguasai teknik tali-temali.

Dia tidak bilang siapa orangnya, tapi jelas yang dia maksud adalah Mi Ka. Karena itulah Ke Lei harap orang itu akan berlatih sendiri lebih keras. Besok mereka akan ujian.

Keesokan harinya, para dokter bisa santai hari. Tapi entah kenapa Mi Ka tidak merasa bahagia sedikitpun. Yan Shan rasa itu pasti gara-gara dia disiksa terus sama Ke Lei.

Ngomong-ngomong tentang Ke Lei, Mi Ka ingin sekali membawa orang itu ke psikiatris untuk diperiksa. Soalnya dia merasa kalau Ke Lei itu punya pribadian ganda yang serius. Kadang dia baik, kadang dia jahat. Nggak jelas amat tuh orang. Dia benar-benar sulit dipahami.

"Kau masih ingin memahaminya dengan jelas? Apa kau dibuli olehnya sampai kau jadi suka sama dia?"

"Omong kosong apa yang kau katakan itu?"

Mengalihkan topik ke latihan tali temali dan ujian turun dengan tali besok, berhubung Mi Ka melewatkan sesi latihan dengan tali, Mi Ka bertekad untuk belajar hari ini. Jika tidak, bisa-bisa dia akan bermasalah lagi.

"Menurutku sebaiknya kau memohon padanya lagi. Suruh dia berbelas kasih." Ujar Yan Shan.

"Apa ada gunanya aku memohon padanya?"

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Tepat saat itu juga, Mi Ka melihat beberapa petugas SWAT lewat. Mi Ka langsung punya ide bagus, dia akan cari orang lain untuk membantunya berlatih.

Dan orang yang dia mintai bantuan adalah Li Nian. Terlebih dulu dia menjelaskan teori tentang turun dengan tali dari tempat tinggi dan segala peralatan yang perlu mereka gunakan.

Mi Ka kagum banget mendengarkan penjelasannya. Alangkah bagusnya seandainya Li Nian saja yang jadi instrukturnya.

"Sebenarnya Kapten Xing itu hanya pura-pura terlihat dingin di luar. Sebenarnya dia sudah menahan diri terhadap kalian."

"Sungguh? Sebenarnya dia memang orang baik. Tapi kemampuan nonteknis Instruktur Li hebat, humoris dan juga tampan. Eh, tahu nggak? Di asrama kami, kau dapat nilai 100 dalam penilaian baik." Puji Mi Ka. Duh, Li Nian jadi malu mendengarnya.

Sayangnya yang tidak Mi Ka ketahui, Ke Lei sebenarnya ingin melatihnya secara pribadi. Ke Lei bahkan sudah menunggu di depan asramanya sambil bawa tali, tapi malah diberitahu Yan Shan kalau Mi Ka keluar latihan di lapangan.

Dan saat dia pergi ke sana, dia malah menemukan Mi Ka sedang berlatih dengan Li Nian. Ke Lei kecewa.

Parahnya lagi, saat mereka sedang makan siang, dia malah melihat Mi Ka membelikan daging untuk Li Nian sebagai ungkapan terima kasih. Dia perhatian banget lagi sama Li Nian.

Temannya Li Nian bahkan dengan santainya berkomentar bahwa pacarnya Mi Ka pasti beruntung banget punya pacar kayak Mi Ka. Ke Lei sampai berhenti makan saking cemburunya mendengar kata 'Pacarnya Mi Ka' itu. Dia langsung membanting sumpitnya lalu pergi dengan kesal.

Li Nian bingung melihatnya, tapi entah kenapa dia tiba-tiba punya bad feeling... Dan bad feeling-nya menjadi kenyataan tak lama kemudian saat Ke Lei dengan kejamnya membantingnya dalam sesi latihan bela diri. (Wkwkwk!)

Qing Xia mondar-mandir galau, bingung bagaimana caranya meminta maaf Wen Bo dan memberikan salep obat padanya. Dia mencoba mempraktekkan berbagai kalimat tapi tidak sadar kalau Wen Bo ada di belakangnya dan bingung sendiri melihatnya.

"Saudari Xia, ada apa mencariku?"

Qing Xia sampai kaget mendengar sapaannya lalu dengan canggung memberikan salep obatnya sambil minta maaf. Tapi Wen Bo sebagai SWAT yang baik, langsung menolaknya karena aturan SWAT melarang mereka untuk tidak sembarangan menerima barang dari orang lain.

"Bukan begitu. Lenganmu kan cedera. Salep ini sangat berguna. Antiinflamasi dan meredakan sakit. Setelah mengoleskannya akan pulih dengan cepat." Cerocos Qing Xia kayak SPG lagi promosi.

Tapi tetap saja Wen Bo menolak, lagipula sakitnya sudah hampir sembuh kok. Qing Xia sontak mendekat sambil bersikeras bahwa itu artinya Wen Bo belum sembuh total dan terus memaksa Wen Bo untuk menerima salepnya.

Wen Bo sontak mundur dengan gugup tapi masih bersikeras menolak salepnya. Dia menghargai niat baik Qing Xia, tapi melayani rakyat adalah kehormatan baginya dan membantu pekerjaannya Qing Xia adalah tanggung jawabnya. Salep sebagus itu, mending Qing Xia simpan untuk dirinya sendiri.

"Jangan-jangan kau masih marah padaku, ya?"

"Tidak."

Qing Xia tak percaya. "Kau itu pria sejati, kenapa pemarah sekali?"

"Aku tidak marah!"

"Ekspresimu ini sedang marah."

Wen Bo refleks berteriak menyatakan kalau dia tidak marah... dan baru sadar sedetik kemudian kalau dia memang lagi teriak marah. Wen Bo jadi canggung karenanya.

Maka dia buru-buru cari alasan biar bisa cepat pergi, tapi tak lupa dia mengingatkan Qing Xia untuk tidak telat pada janji mereka jam setengah sebelas nanti siang di lapangan. Sekarang sudah setengah sepuluh, jadi  sampai jumpa satu jam lagi.

"Aku kan sudah ada di sini, kau masih ingin aku menunggu satu jam lagi?! Otakmu tidak beres, ya?!"

Qing Xia tiba duluan di depan gedung latihan dan langsung selfie... tepat saat Wen Bo muncul dan nyempil di fotonya. Ngerusak foto aja nih Wen Bo, Qing Xia kan ingin mengambil foto gedung ini. Tapi dia tidak bisa memotret seluruh bangunan.

"Kalau kau memotret dari atas, tentu saja tidak bisa memotret seluruh gedung." Ujar Wen Bo.

"Kau itu tahu apa? Foto 45 derajat dari atas bisa membuat muka terlebih lebih kecil."

"Juga membuat kakimu terlihat pendek."

"Ka-kakiku pendek?"

Wen Bo tiba-tiba berinisiatif membantu Qing Xia memotret. Dan ternyata dia lumayan profesional juga, mengambil fotonya Qing Xia dari bawah dengan posisi kamera dibalik.

Dan hasilnya memang benar-benar bagus. Seluruh gedung kelihatan dan kaki Qing Xia juga benar-benar terlihat lebih panjang. Qing Xia benar-benar kagum.

Wen Bo mengaku bahwa dia memang hobi utak-atik kamera dan fotografi. Teorinya mudah saja. Saat ponsel dibalik, foto yang dihasilkan akan membentuk semacam efek visual yang membuat orang terlihat lebih kurus. Dengan mengambil foto dari bawah pinggang, akan membuat badan bagian bawah terlihat lebih panjang.

Dan ngomong-ngomong tentang badan kurus. Menurut Wen Bo, Qing Xia memang terlalu kurus, dia harus makan lebih banyak. Ibunya pernah bilang bahwa wanita yang subur itu akan beruntung. (Pfft!) Qing Xia mengiyakannya saja dengan canggung.

Mereka lalu keluar untuk meliput latihan tempur tim SWAT di alam liar. Tapi di tengah latihan, Qing Xia tiba-tiba memanggil Wen Bo soalnya dia kebelet banget dan butuh ke toilet.

Tapi Wen Bo dengan suara lantangnya berkata bahwa di sini tidak ada toilet dan menyuruh Qing Xia menyelesaikan urusan pribadinya di rerumputan terdekat saja. Wkwkwk! Qing Xia jelas tidak mau, malu banget lagi gara-gara suara lantangnya Wen Bo membuat para petugas SWAT itu menatapnya.

Wen Bo akhirnya mengantarkan Qing Xia ke toilet yang letaknya jauh. Dia berusaha ngebut, tapi Qing Xia minta pelan. Tapi begitu dia pelankan, Qing Xia malah minta cepat. Wen Bo kan jadi bingung.

Dia terus ribut sepanjang perjalanan mencemaskan keadaan Qing Xia padahal Qing Xia lagi berusaha keras menahan hajatnya. Qing Xia sampai kesal menyuruhnya diam saja.

Saat mereka akhirnya tiba, Qing Xia mau keluar secepatnya, tapi Wen Bo tiba-tiba berteriak kencang menahannya. Hah? Ada apa?

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

2 Comments

  1. Lanjut..... Lanjut..... Lanjut..... Semangat🔛🔥🔛🔥🔛🔥🔛🔥🔛🔥

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam