Sinopsis Perfect and Casual Episode 9 - 1

Shi Nian mencium mesra Yun Shu... dalam khayalan Yun Shu doang sih. Hehe. Nyatanya Yun Shu cuma sedang melamun menatap Shi Nian. Khayalannya begitu indah sampai-sampai dia tidak mendengar Shi Nian memanggilnya hingga Shi Nian harus menyentil dahinya, baru dia sadar.

Tapi tidak sadar sepenuhnya sih, dia malah salah nulis namanya Shi Nian dalam tanda tangannya. Duh! Yun Shu sampai malu sama kelakuannya sendiri.

Tapi dia benar-benar sedang jatuh cinta dan tak bisa mengalihkan pandangannya dari sang suami tercinta saat mereka sarapan bersama keesokan harinya.

Dan lagi-lagi, saking asyiknya melamun, dia sampai tidak mendengar saat Shi Nian memanggilnya sampai Shi Nian harus mengetuk meja. Shi Nian penasaran apakah Yun Shu sudah mengerjakan soal-soal yang terakhir kali dia belikan? Dia mau lihat hasilnya sekarang.

Tapi setelah memeriksa hasilnya, Shi Nian kecewa dan langsung mengajak Yun Shu ke kampus untuk mengikuti kelasnya. Yun Shu ragu dan berusaha membujuk Shi Nian agar dia tidak perlu mengikuti kelas itu.

Tapi Shi Nian memaksa, bahkan saat Yun Shu masih belum mau keluar dari mobilnya, Shi Nian langsung membukanya padahal ada beberapa mahasiswi yang lewat.

Dianya santai-santai saja, Yun Shu yang risih dengan situasi ini dan berusaha menyembunyikan dirinya biar tidak ketahuan kalau dia keluar dari mobil dosen dan berusaha membujuk Shi Nian untuk memberitahukan nomor kelasnya saja, nanti dia akan pergi sendiri.

Shi Nian akhirnya menyerah. "Nomor 39."

Begitu masuk kelas, Yun Shu mendapati kelasnya Shi Nian penuh dengan para mahasiswi di bagian bangku-bangku depan. Dia melihat ada satu bangku kosong di deretan para mahasiswi.

Tapi saat dia minta izin duduk bersama mereka, salah satu gadis langsung menolaknya dengan ketus, mengklaim bahwa kursi itu sudah dibooking dan sengaja menaruh tasnya di sana.

Yun Shu jadi terpaksa harus duduk di bangku belakang bersama para mahasiswa. Shi Nian masuk tak lama kemudian tapi dia tidak suka melihat Yun Shu duduk bersama para pria.

Maka dia langsung mendekati si mahasiswi ketus itu, terang-terangan mengkritiknya lalu memanggil Yun Shu untuk pindah duduk di sana. Terang saja para mahasiswi langsung kasak-kusuk heboh.

Yun Shu jadi tidak nyaman dengan situasi ini dan berusaha menolak. Tapi Shi Nian bersikeras dan pada akhirnya tak ada yang bisa Yun Shu lakukan selain menurutinya lalu pindah duduk di depan sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, berusaha mengabaikan kasak-kusuk para mahasiswi.

Tapi saat Shi Nian mulai mengajar, dia tampak karismatik hingga membuat Yun Shu begitu terpesona sehingga membuatnya cuma melamun menatap suami barunya itu dengan tatapan penuh cinta sepanjang kelas berlangsung.

Shi Nian mengakhiri kelas tepat waktu. Tapi saat Yun Shu hendak keluar, Shi Nian langsung memanggilnya untuk mengomelinya karena Yun Shu melamun terus tadi. Seharusnya dia lebih fokus memperhatikan pelajaran.

Dia benar-benar perhatian banget sama Yun Shu. Saat Yun Shu antri di kantin kampus, Shi Nian tiba-tiba mengajaknya makan bersama di kantin khusus pengajar.

Dia bahkan langsung berceramah bak ahli gizi saat Yun Shu menyingkirkan bayam dan mengingatkan Yun Shu bahwa bayam bagus untuk sel otaknya.

Yun Shu ngotot menolak, dia tidak suka bayam. Lagipula, dia merasa sel otaknya sudah cukup bagus kok. Tapi Shi Nian malah mengetes kemampuan otaknya dengan menyuruhnya untuk menjelaskan inti dari kelas tadi.

Yun Shu akhirnya nyerah juga dan terpaksa memakan bayam itu dan lauk pauk lainnya yang sebenarnya tidak ada satupun yang dia sukai, tapi Shi Nian ngotot bahwa semua makanan ini baik untuk pertumbuhan sel otaknya biar dia pintar.

Ujung-ujungnya dia jadi makan ngasal sampai ada sebutir nasi nempel di pipinya dan dia sama sekali tidak sadar. Shi Nian berusaha mengingatkannya tentang nasi, tapi berhubung dia ngomongnya ambigu, Yun Shu jadi nggak nyambung dan akhirnya salah paham mengira Shi Nian cuma menyuruhnya makan nasi dan langsung melahap nasinya di mangkok dengan semangat.

"Maksudku wajahmu."

Yun Shu tetap nggak mudeng. "Wajahku kenapa?"

Maka Shi Nian langsung saja menyumpit sebutir nasi itu dan memperlihatkannya di depan muka Yun Shu. Tapi Yun Shu malah salah paham mengira Shi Nian menyuapkan nasi itu padanya dan langsung saja memasukkan sumpitnya Shi Nian ke dalam mulutnya. Shi Nian sampai melongo dibuatnya.

"Maksudku, bulir nasi ini menempel di wajahmu."

Baru ngerti, Yun Shu jadi malu banget dan langsung menundukkan kepalanya ke mangkok sambil malahap makanannya dengan makin semangat.

Yun Shu lalu menceritakan kejadian ini ke Zhi Yi yang sontak menggodai Yun Shu habis-habisan karena ini sudah jelas kalau Yun Shu lagi jatuh cinta sama Pak Zhang.

Dan Yun Shu tak ragu untuk mengakuinya. "Aku merasa sangat suka pada Pak Zhang."

"Kalau suka yah suka. Kalau kau menyukai seseorang, kau harus berjuang."

"Tapi hubunganku dan dia cuma hubungan kontrak. Apa dia... tidak akan menyukaiku?"

Zhi Yi sontak menjitak kepala temannya itu dengan gemas. Yun Shu bodoh apa? Coba pikir. Pak Zhang menikahinya, memberinya rumah, mengajaknya ke kelas dan juga memberinya makan. Semua itu kalau bukan suka, terus apa? Yun Shu masih ingin bagaimana lagi?

Yun Shu tak yakin. Dia rasa kalau Pak Zhang cuma sedang menjalankan kontrak mereka saja.

"Kau peduli padanya. Asal kau mau, hubungan kontrak bisa berubah jadi cinta sungguhan."

"Lalu menurutmu aku harus bagaimana?"

Jadi begini, pertama-tama, Yun Shu harus memberi Shi Nian petunjuk bahwa mereka berdua sudah jadi pasangan sekarang lalu kirimkan sinyal cinta padanya, lalu setelah itu, nyatakan perasaannya langsung pada Pak Zhang. Dengan begitu, Pak Zhang akan mengetahui keinginan Yun Shu.

Maka malam harinya, Yun Shu berusaha tampil secantik mungkin di hadapan Shi Nian sambil senyam-senyum malu-malu padanya saat Shi Nian sedang mengoreksi tesnya.

Shi Nian memperhatikannya lalu tiba-tiba saja dia tersenyum dan mengklaim bahwa dia sudah tahu. Hah? Shi Nian sudah tahu perasaannya? Yun Shu mendadak tegang mendengarnya.

"Kemarin kau... mendengarkan dengan baik di kelas. Makanya jumlah ketepatanmu dalam lembar soal ini meningkat 30%." (Pfft! Ternyata cuma itu yang dia maksud)

Yun Shu pantang menyerah dan terus menatapnya sambil senyam-senyum manis. Shi Nian lama-lama heran juga. Kenapa belakangan ini Yun Shu selalu memandanginya?

Kaget mendapat pertanyaan dadakan itu, Yun Shu canggung menyangkal dan buru-buru mengalihkan pandangan matanya. Shi Nian penasaran, apa Yun Shu ingin menanyakan sesuatu padanya, makanya Yun Shu menatapnya terus?

"Pak Zhang, ada yang mau kuberikan. Tunggu di sini, biar kuambilkan."

Yun Shu bergegas pergi mengambilkan satu set piyama couple. Shi Nian jelas kaget mendengarnya. Tapi Yun Shu buru-buru beralasan bahwa hari ini lagi ada diskon baju couple, makanya dia beli.

Untungnya Shi Nian menghargainya dan suka dengan piyama pilihan Yun Shu itu. Karena itulah dia akan menerima hadiah ini. Tapi... Shi Nian dengan manisnya menyuruh Yun Shu untuk lebih banyak menggunakan biaya hidup bulanannya untuk dirinya sendiri saja. Yun Shu bahagia banget.

Keesokan harinya, Yun Shu mengikuti kelasnya Shi Nian lagi... dan lagi-lagi, dia malah menghabiskan waktu dengan melamun memandangi sang suami tercinta.

Tiba-tiba dia mendengar beberapa mahasiswi yang bisik-bisik mengagumi Shi Nian, lalu seorang mahasiswa cemburu mendengar gosipan mereka dan sinis meremehkan Shi Nian, mengklaim bahwa ilmu matematika yang dipelajari Shi Nian itu tidak ada gunanya.

Yun Shu tidak terima dan sontak mendebat mahasiswa itu, mengingatkannya bahwa matematika dan fisika adalah landasan perkembangan manusia. Orang seperti dia tuh masa depannya akan suram.

Shi Nian yang mendengarkan perdebatan mereka, langsung menyela. Si mahasiswa sinis menanyakan apa sebenarnya gunanya belajar matematika. Toh setelah lulus juga tidak akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apa semua ini bahkan bisa digunakan untuk cari kerja? Lebih baik main game kayak dia, dia bisa menghasilkan banyak uang dari game.

Dan Shi Nian dengan cepat membungkam mulut mahasiswa itu dengan mengingatkannya bahwa komputer dan segala pemrogramannya, dulunya tercipta berkat ilmu matematika.

Tanpa matematika, sekarang ini dia hanya bisa pakai sempoa untuk main game. Bahkan dalam pertandingan e-sport, kunci hasil pertandingan juga tetaplah matematika.

"Aku merasa bukan kita yang memilih matematika, tapi matematika-lah yang memilih kita." Ujar Shi Nian yang langsung mendapatkan tepuk tangan meriah dari semua mahasiswa.

Zhi Yi kagum banget mendengar bagaimana Shi Nian mengalahkan si mahasiswa tadi. Lin Nuo jadi cemburu dan sontak mengingatkan Zhi Yi bahwa Pak Zhang itu sudah punya istri, Yun Shu.

Zhi Yi sebal. "Aku sedang membantu Yun Shu mengungkapkan perasaannya. Iya, kan, Yun Shu?"

Tapi yang ditanya malah sibuk melamun sampai tidak mendengarkan mereka. Zhi Yi sampai mengira kalau Yun Shu cemburu dan marah sama dia.

Baru sadar, Yun Shu menyangkal. Dia cuma sedang memikirkan jarak antara dia dan Pak Zhang sepertinya terlalu besar. Zhi Yi bilang tidak, tapi Lin Nuo malah bilang iya. Semangat Yun Shu runtuh seketika.

Zhi Yi tak sependapat. Bukan jarak mereka yang terlalu besar, tapi nyalinya Yun Shu yang terlalu kecil. Dia kan sudah bilang, Yun Shu harus mengekspresikan perasaannya. Apa Yun Shu sudah mengirim sinyal pada Pak Zhang?

"Sudah."

"Sudah? Sinyal apa?"

"Aku pakai penghasilan dari deposito untuk membelikannya setelan baju couple."

"Apa dia terima?"

"Diterima."

"Dia bilang apa?"

"Dia bilang... bagus."

Halah! Itu sih terlalu biasa. Kalau Yun Shu ingin menang, maka dia harus mengambil inisiatif hingga Pak Zhang merasakan kehadirannya. Gunakan cintanya untuk mengejutkan Pak Zhang.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam