Sinopsis My Little Happiness Episode 2 - 2

Terpaksalah Cong Rong menuruti keinginan Shao Qing dan membuntuti Shao Qing seharian di rumah sakit, mengawasinya melakukan berbagai macam pekerjaannya.

Saat ikut mereka meneliti hasil CT scan pasien, Shao Qing mencoba menguji pengetahuan Zhong Zhen, tapi dia malah tidak bisa menjawab. Dan sebagai hukumannya, Shao Qing memerintahkan Zhong Zhen untuk menyalin laporan 50 kali. Dia bahkan dilarang pulang sebelum selesai. Shao Qing langsung lemas mendengar hukuman sebanyak itu.

Tapi Cong Rong perhatikan, para dokter itu tampak risih begitu tahu kalau dia pegawai Departemen Urusan Umum. Dari keterangan Zhong Zhen, para dokter memang jadi risih kalau diperhatikan oleh Departemen Urusan Umum karena itu artinya mereka sedang bermasalah.

Dia lalu ikut mereka keliling rumah sakit untuk memeriksa para pasien. Para dokter itu benar-benar tampak sangat serius, hanya Zhong Zhen seorang yang jalan kayak zombi gara-gara memikirkan hukumannya.

Tepat saat itu juga, muncullah seorang dokter wanita cantik dan karismatik yang membawa dua gelas kopi yang kemudian dia berikan pada Shao Qing.

Namanya Dokter Qing Chu. Dia dan Shao Qing dijuluki 'Yi Qing Er Chu' (Shao Qing nomor satu dan Qing Chu nomor dua), mereka berdua adalah dua dokter bedah saraf paling hebat di rumah sakit ini. Dewa bukan hanya menganugerahi mereka penampilan yang oke, tapi juga menganugerahi mereka tangan-tangan yang hebat.

Setelah seharian ikut mereka keliling memeriksa para pasien, Cong Rong sampai hafal dengan sistem kerja mereka karena kebanyakan masalahnya hampir sama dan jawabannya juga sama semua.

Yang belum operasi, cuma menanyakan kapan mereka akan dioperasi. Sedangkan yang sudah selesai operasi, hanya mengatur apa-apa yang perlu mereka perhatikan.

Bahkan saat ada seorang keluarga pasien menanyakan jadwal operasi ibunya, Cong Rong langsung maju dan menjawabnya untuk Shao Qing. Mereka harus menunggu jadwal ruang operasi, jadi tidak bisa dipastikan kapan. Jika tidak mendapat giliran hari ini, maka harus menunggu besok.

"Luar biasa, Dokter Cong." Puji Shao Qing.

Restorannya Cheng Cheng benar-benar ramai hari ini, tamu berdatangan terus menerus sampai mereka kehabisan meja. Bahkan pegawainya Cheng Cheng jadi takut kalau para pelanggan mereka tidak akan sabaran menunggu antrian... Seandainya saja mereka bisa menaruh beberapa meja lagi.

Hmm, itu ide bagus. Tapi mereka butuh tempat... dan tepat saat itu juga, Cheng Cheng melihat toko buku sebelahnya tampak tutup. Cheng Cheng punya ide bagus.

Tapi karena yang punya toko tidak kelihatan, digedor-gedor juga tidak dijawab padahal dia yakin yang punya toko ada di dalam, jadi Cheng Cheng meminta izin menaruh meja di depan tokonya  melalui surat yang dia selipkan di celah rolling door-nya.

Dan dia langsung mendapat jawabannya sedetik kemudian, ditolak dengan singkat dan ketus. Cheng Cheng kesal, pelit amat. Dia berusaha menawarkan kesepakatan, tapi ujung-ujungnya dia juga menyinggung toko buku yang sepi ini.

Tapi yang punya toko buku malah cuma menjawabnya dengan mengoreksi kesalahan penulisannya sambil menyindir kecerewetannya. Habis sudah kesabaran Cheng Cheng!

Dia langsung menuntut orang itu untuk keluar dan menghadapinya langsung. Tapi tetap saja tidak direspon. Maka saat pegawai menanyakan masalah tambahan meja, Cheng Cheng memutuskan mengabaikan penolakan orang itu dan menyuruh pegawainya meletakkan meja di depan toko buku ini.

Di jam makan siang, Cong Rong sudah memesan makanan untuknya dan Shao Qing. Tapi Shao Qing sendiri belum datang-datang sedari tadi. Parahnya lagi, teman-teman magangnya pada pamer makan siang mewah bersama para rekan kerja masing-masing di grup chat mereka.

Cong Rong jadi tambah kesal. Untungnya yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tapi dia benar-benar sangat sibuk dan cuma punya waktu istirahat 10 menit.

Setelah pengalamannya seharian ini, Cong Rong akui bahwa dokter itu ternyata benar-benar sangat sibuk dan sangat lelah. Baru juga dia ngomong begitu, Shao Qing mendadak mendapat telepon tentang pekerjaannya.

Melanjutkan pembahasan mereka, Cong Rong janji kalau dia tidak akan mengganggu Shao Qing lagi selama sisa hari ini. Tapi Shao Qing menolak, Cong Rong sendiri yang sudah janji akan mengikutinya seharian ini, tidak boleh kurang satu detik pun.

Dan lagi, dia sebenarnya belum selesai menulis rangkumannya. Cong Rong kesal, Shao Qing benar-benar sedang mempermainkannya.

"Apa kau pikir aku punya waktu untuk menulisnya di siang hari?" Santai Shao Qing.

"Waktumu sudah kau habiskan semua untuk mereka. Kapan baru bisa menyisakan sedikit waktu untuk Urusan Umum?"

Mendengar itu, Shao Qing memberitahu Cong Rong apa artinya waktu 1 detik bagi para dokter bedah saraf seperti dirinya. Waktu satu detik itu menyangkut perbedaan hidup atau mati.

"Bertambah beberapa sel otot, berkurang satu mililiter asam laktat, akan memengaruhi perubahan dalam pembengkakan otak. 1 detik bisa menentukan apakah operasi sukses atau gagal. Siang hariku hanya bisa fokus pada pasien."  Tegas Shao Qing, tapi sedetik kemudian nada suaranya mendadak berubah jadi menggoda saat dia berkata. "Mengenai urusanmu... bisa ditunda sampai nanti malam." (Pfft!)

Tiba-tiba Shao Qing mendapat telepon bahwa mereka kedatangan pasien darurat yang perlu segera dioperasi sekarang juga. Shao Qing sontak menyudahi makan siangnya dan bergegas lari.

Cong Rong juga langsung lari mengikutinya. Tapi mereka terpisah dengan cepat saat Shao Qing lewat pintu darurat khusus nakes. Baiklah, Cong Rong mengalah, biarkan saja waktu siangnya Shao Qing untuk para pasiennya.

Dia akhirnya kembali ke kantornya dan curhat sama atasannya gara-gara pandangan para dokter terhadapnya tadi. Kalau seperti ini, dia takut tidak akan bisa melakukan mediasi dengan baik nantinya.

"Sebenarnya kau bisa masuk ke dalam kehidupan seorang dokter itu adalah titik awal yang sangat bagus. Mengenai mediasi, sebenarnya itu adalah netralisasi antara dua sudut pandang yang berbeda dan kau adalah tali yang menghubungkan dua titik ini."

"Apa saya sepenting itu?"

"Tentu saja sangat penting."

Merenungkan ucapan atasannya itu, semangat Cong Rong akhirnya bangkit kembali.

Cheng Cheng tengah sibuk melayani para pelanggannya yang sekarang dia taruh di depan toko buku. Dan tepat saat itu juga, si pemilik toko buku akhirnya keluar juga dan dia adalah Wen Rang.

Bahkan tanpa basa-basi, dia langsung mengusir Cheng Cheng. Tapi Cheng Cheng malah mengabaikannya. Wen Rang jadi kesal dan langsung kasar menjambak rambut Cheng Cheng.

"Apa kau tidak mengerti apa yang kuucapkan?"

"Aku mengerti, mengerti. Tapi kau lihat sendiri. Tamu-tamuku sudah mengantre berjam-jam. Sepertinya tidak terlalu baik (mengusir mereka), iya kan?"

Dia janji hanya untuk sore ini saja., ini tidak akan memengaruhi bisnisnya Wen Rang kok. Wen Rang ngotot menolak, maka Cheng Cheng berusaha membuat kesepakatan dengan menawarkan makanan gratis untuk Wen Rang kapan saja.

Wen Rang tak menjawabnya dan langsung masuk kembali ke tokonya. Cheng Cheng jadi mengira kalau dia sudah setuju. Tapi tak lama kemudian, Wen Rang sengaja duduk di depan dengan membawa anjingnya Shao Qing yang jelas saja membuat para pelanggannya Cheng Cheng ketakutan.

Cheng Cheng jelas kesal dan langsung mengonfrontasinya. Tapi Wen Rang tak gentar, dia malah bertele-tele membahas sebuah cerita di sebuah buku yang intinya mengusir Cheng Cheng. Tapi Cheng Cheng nggak ngeh dengan maksudnya, maka Wen Rang dengan senyum sinis menegaskan maksudnya adalah menyuruh Cheng Cheng enyah dari tokonya.

 

Cheng Cheng langsung pergi menemui Cong Rong untuk curhat kesal tentang Wen Rang. Tuh cowok rese banget. Bahkan ayahnya saja selama ini belum pernah bicara begitu padanya.

Selama beberapa tahun ini dia tidak pernah bergantung pada keluarganya. Segala hal tentang restorannya dia lakukan dengan kemampuannya sendiri demi membuktikan dirinya. Dan sekarang semua tamu langganannya malah diusir sama tuh orang.

"Kalau mereka benar-benar tamu langgananmu, mereka tidak akan begitu mudah meninggalkanmu. Nanti cukup hadiahi mereka sedikit hidangan sebagai itikad baik." Ujar Cong Rong berusaha menyemangati teman baiknya itu.

Dan lagi, bukankah Cheng Cheng sendiri yang menyuruhnya agar jangan terlalu serius menjalani hidup. Jadi sebaiknya Cheng Cheng santai sedikit biar tidak terlalu lelah.

Tapi kalau dipikir-pikir, orang itu lumayan keren juga mengusir Cheng Cheng dengan senyuman. Dan lucunya, Cheng Cheng malah setuju. Dia bahkan baru sadar sedetik kemudian dan langsung memprotes Cong Rong. Dia sebenarnya sahabatnya siapa? Kenapa Cong Rong malah memuji orang itu?

"Baiklah, baiklah. Tunggu sampai aku selesai sibuk, akan kubantu kau balas dendam."

"Tidak perlu. Dendamku sudah kubalas. Dia kan pura-pura menjadi orang beradab untuk menindasku, maka aku akan melawannya dengan cara orang beradap. Metodenya harus sangat hebat, juga mengandung arti yang mendalam. Kujamin akan membuat dia mengingatnya selamanya."

Dan cara berbudaya yang dimaksudnya ternyata cuma menulis pesan huruf besar bahwa dia tidak akan enyah, yang dia tempel di depan tokonya Wen Rang. Wen Rang sinis dan langsung meremas kertas itu.

Mengalihkan perhatiannya ke Cong Rong, Cheng Cheng mendadak heboh saat melihat sepatu kets barunya Cong Rong. Dia dapat dari mana sepatu itu? Itu sepatu limited edition musim semi dan musim panas tahun ini.

Cheng Cheng bahkan sudah berusaha mencari berbagai jastip untuk mendapatkan sepatu kets itu tapi gagal terus, dan sekarang sepati itu malah muncul di kakinya Cong Rong. Cong Rong bingung, soalnya dia benar-benar tidak tahu kalau sepatu ini limited edition.

"Jangan-jangan ada orang yang sedang mengejarmu?" Tebak Cheng Cheng. "Katakan, siapa orangnya?"

Cong Rong sontak tercengang teringat betapa manisnya sikap Shao Qing padanya saat Shao Qing menalikan sepatunya tadi. Tapi dia buru-buru menyangkal tebakan Cheng Cheng dan memberitahu kalau ini pemberian Shao Qing.

Shao Qing memberikan ini padanya untuk membuatnya merasakan keseharian dokter yang sulit. Tidak mungkin Shao Qing memberikan sepatu ini dengan maksud menginginkannya menemaninya lari setiap hari, iya kan?

"Dari pengalaman cintaku selama bertahun-tahum, dia pasti tertarik padamu."

Cong Rong tak percaya. Dia yakin kalau Shao Qing hanya ingin dia sadar diri untuk mundur karena pekerjaan ini sulit. Tapi setelah pengalamannya hari ini, dia memang menyadari bahwa menjadi dokter itu tidak mudah. Jam 1 masuk ruang operasi, entah kapan baru bisa keluar.

"Apa kau sedang perhatian padanya?" Goda Cheng Cheng.

"Aku ini sedang mengkhawatirkan para pasien!" Sangkal Cong Rong canggung.

Cong Rong akhirnya menghabiskan jam kerjanya untuk mengetik laporannya. Tapi bahkan setelah dia selesai malam harinya, Shao Qing masih juga belum keluar dari ruang operasi.

Beberapa kali pintu ruang operasi terbuka, tapi Shao Qing belum muncul-muncul juga. Bahkan sampai tengah malam pun Shao Qing belum keluar, tapi Cong Rong tetap setia menunggu di depan ruang operasi sampai tengah malam.

"Hari itu, aku akhirnya memahmi sisi lain dirinya. Di arena pertarungan hidup dan mati, dia tampak seperti Kratos, sang Dewa Perang, yang memikul amanah dan harapan dari semua orang dan berperang melawan Dewa Kematian. Dan aku, setiap kali pintu itu terbuka, selalu tidak bisa melihat ujung di balik pintu itu. Akhirnya merasakan penderitaan dari menunggu sesuatu dalam waktu lama."

Saat Shao Qing akhirnya keluar tak lama kemudian, dia tercengang mendapati Cong Rong masih menungguinya sampai ketiduran.

Shao Qing senang. Sepelan mungkin dia duduk di sisi Cong Rong dan menatapnya dengan kagum, Cong Rong benar-benar tidak berubah. Dia mendekat perlahan-lahan lalu dengan lembut menarik kepala Cong Rong ke bahunya dan tertidur bersamanya... sama persis seperti masa kecil mereka dulu.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments