Sinopsis Perfect and Casual Episode 8 - 2

Sambil jalan sama Lin Nuo, Zhi Yi mengomentari hubungan kontrak Yun Shu dan Shi Nian. Lin Nuo jadi menduga kalau Zhi Yi iri sama mereka. Zhi Yi menyangkal, malah sebenarnya dia dan pacar barunya juga hampir mencapai tahap itu. Pacarnya itu sudah mapan. Lin Nuo kaget, perkembangan mereka sudah sepesat itu?

"Tentu saja. Ini namanya cinta sejati. Kemarin aku memberitahunya bahwa jika dia melamarku, aku pasti akan menikah dengannya."

"Lalu dia bilang apa?"

"Tentu saja dia bilang oke."

"Oke? Oke dalam artian bagus?"

"Kalau dia bilang oke, artinya dia setuju. Dia pasti sedang merencanakan bagaimana caranya melamarku."

Lin Nuo tak yakin. Seorang pria menghadapi situasi seperti ini dan cuma bilang oke, sepertinya dia tidak seperti yang Zhi Yi pikirkan. Zhi Yi sontak kesal berbalik mengejek Lin Nuo dan menegaskan bahwa pacarnya itu sangat mencintainya.

Baru juga diomongin, si pacar mengirim chat padanya. Zhi Yi langsung membaca chat itu dengan lantang hanya untuk memanas-manasi Lin Nuo.

"Yi Yi, kupikir hubungan kita berkembang sangat cepat... mari kita berteman saja."

Hah? Brengsek tuh cowok. Zhi Yi shock, dan Lin Nuo sontak mengejeknya... sampai Zhi Yi mendadak mewek keras-keras. Lin Nuo jadi kasihan juga dan langsung berusaha menghiburnya.

Yun Shu hampir saja senang mengira Shi Nian mengajaknya ke mall buat beliin dia baju baru. Tapi ternyata... Shi Nian malah mengajaknya ke toko buku biar Yun Shu pintar. Wkwkwk!

Bagaimana pun, sekarang Yun Shu adalah istrinya, jadi Shi Nian harap Yun Shu bisa memiliki citra yang sama sepertinya saat mereka bertemu dengan para kerabat.

Yun Shu kecewa. Apalagi Shi Nian menyuruhnya untuk mencari sendiri buku-buku yang perlu dia beli dan jumlahnya cukup banyak. Dan itupun baru daftar buku untuk jatah seminggu doang. Hadeh!

Tapi saat Yun Shu mencari buku terakhir, dia menemukan buku itu berada di rak paling atas dan sulit dia jangkau. Di tengah kesulitannya, tiba-tiba Yun Shu muncul dari belakangnya dan mendekat sangaaat dekat untuk membantunya mengambil buku itu, dan jelas saja Yun Shu jadi gugup dibuatnya.

Saat mereka hendak pulang, tiba-tiba saja perutnya Yun Shu keruyukan nyaring. Yun Shu berusaha menyangkal, tapi perutnya malah mengkhianatinya dengan berbunyi makin nyaring. Duh, malunya!

Tapi untungnya Shi Nian pengertian banget dan langsung mengajaknya ke restoran dan menyilahkan Yun Shu untuk memilih sendiri menunya. Tapi Yun Shu bingung. Shi Nian penasaran apakah dia tidak suka menu di restoran ini.

"Tidak. Tidak."

"Apa ada yang ingin kau makan?"

"Iya. Aku mau ayam goreng."

Tapi si pelayan dengan agak ketus berkata bahwa mereka tidak punya menu itu. Yun Shu jadi bingung lagi. Shi Nian mencoba membujuk si pelayan untuk menyediakan saja pesanan Yun Shu, apalagi mereka memiliki segala macam bahan yang diperlukan untuk membuat ayam goreng. Tapi si pelayan ngotot menolak dan menegaskan bahwa aturan restoran ini hanya menyediakan yang ada di menu.

Tiba-tiba seorang pelayan wanita mendatangi mereka. Dia mengenali Shi Nian karena dia juga mahasiswi di universitas yang sama dan sering menghadiri kelasnya Shi Nian. Yun Shu juga ingat kalau dialah yang duduk di depannya waktu kelas terakhirnya Shi Nian.

Dia langsung menggantikan si pelayan pria. Tapi berbeda dengannya, pelayan wanita itu tak keberatan dengan pesanan ayam gorengnya Shi Nian.

Tapi akibatnya, dia malah jadi dimarahi habis-habisan sama manajernya. Melihat itu, Yun Shu langsung berusaha membela si pelayan. Tapi si manajer tidak terima Yun Shu ikut campur dan terus mengomel heboh.

Ujung-ujungnya dia dan Yun Shu jadi ribut berdebat. Yun Shu bahkan mengkritiki para pelayan restoran ini yang tidak ada sopan-sopannya, hanya pelayan wanita yang sopan dan tersenyum pada mereka. Manajer sinis, senyum doang tidak akan bisa menghasilkan uang.

Shi Nian dengan cepat menyela dan menggunakan ilmunya untuk mengingatkan si manajer bahwa indeks kepuasan pelanggan berhubungan erat dengan laba restoran.

Kepuasan pelanggan adalah produktivitas utama dalam bidang bisnis jasa. Jadi daripada menolak permintaan tamu, lebih baik beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Dia sarankan agar manajer belajar tentang indeks itu. Jika dia tidak mengerti, maka dia bisa menanyakannya pada si pelayan wanita ini karena dia adalah mahasiswa ekonomi yang bisa menjelaskan segalanya dengan detil.

Si manajer hampir mau mendebatnya, tapi Shi Nian tiba-tiba mengalihkan perhatiannya pada pria yang duduk dekat jendela yang tampak sedang serius menulis sambil sesekali melirik mereka.

Dia mengklaim bahwa pria itu adalah pengawas restoran Michelin. Manajer pasti ingin restorannya ini masuk dalam panduan restoran Michelin edisi mendatang kan? Si manajer jadi galau.

Padahal saat mereka keluar dari restoran, Shi Nian baru mengaku bahwa sebenarnya dia tidak apakah pria itu adalah pengawas restoran Michelin atau bukan. Pfft! Jadi dia bohong?

"Kebohongan putih bukan kebohongan. Itu yang kau katakan." Ujar Shi Nian.

Setibanya di depan rumah, kantong kertasnya mendadak jebol sehingga buku-buku itu menjadi berhamburan. Shi Nian pun membantu memungutinya, Yun Shu meyakinkan Shi Nian kalau dia pasti akan membaca semua buku ini.

Dia janji tidak akan mengecewakan Shi Nian dan lulus dengan baik. Tapi... dia penasaran apakah Shi Nian juga mengira kalau dia adalah orang yang tidak berguna.

"Kau sangat memikirkan dirimu sendiri."

"Apa itu penting? Bagaimanapun, semua orang mengira kalau aku hanya main-main."

"Setidaknya menurutku, kau bukannya tidak berharga atau tidak berguna. Hanya saja, kau belum menemukan posisi yang cocok untukmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya. Buatlah dirimu nyaman dan bahagia."

Mungkin Yun Shu akan merasa segala hal tidak produktif. Tapi jangan khawatir, Shi Nian janji selama satu tahun ke depan, dia akan berusaha membantu Yun Shu. Dia yakin saat kontrak mereka berakhir nanti, Yun Shu akan menemukan arah hidupnya sendiri. Yun Shu terharu mendengarnya.

Yun Shu jadi semakin yakin kalau Shi Nian itu sebenarnya orang baik. Dia orang yang hati-hati, bijaksana dan berterus terang. Dia orang yang IQ dan EQ-nya sama-sama tinggi. Dia juga orang yang bertanggung jawab.

Mendengar semua pujian Yun Shu tentang Shi Nian itu, Zhi Yi jadi yakin kalau Yun Shu pasti menyukai Shi Nian. Yun Shu ngotot menyangkal, maka Zhi Yi sengaja mengujinya dengan kuis tanya-jawab cepat... hingga saat Zhi Yi tanya apakah Yun Shu pilih Wu Yi Fan atau Zhang Shi Nian, Yun Shu refleks menjawab Shi Nian. Hehe. Yun Shu malu.

Di rumah, Yun Shu mengambili jemurannya Shi Nian dengan senyum lebar, lalu tiba-tiba saja dia ingin mencium keharuman baju suami tercintanya itu.

Tapi ujung-ujungnya dia malah jadi keasyikan hingga dia mengusap-usapkan wajahnya ke baju-baju itu dengan terlalu antusias... tepat saat Shi Nian datang dan jelas heran melihat Yun Shu mengusap wajahnya dengan bajunya dan langsung menegurnya.

Yun Shu jadi kaget dan refleks melempar baju-baju itu sambil gugup beralasan bahwa dia hanya sedang mengecek baju-baju ini, kurang bersih, biar dia cuci lagi. Tapi Shi Nian cepat menghentikannya, soalnya ada yang mau dia bicarakan sama Yun Shu.

Tak lama kemudian, Shi Nian kembali setelah habis mandi dan rambut masih setengah basah yang kontan membuat Yun Shu jadi terpesona hingga melamun... sampai saat Shi Nian menegurnya dan menyuruhnya pindah duduk di kursi.

Hal yang ingin Shi Nian bahas ternyata adalah uang hadiah dari Kakek kemarin, dia gunakan untuk investasi atas nama Yun Shu. Bunga dari investasi itu nantinya untuk membiayai biaya hidup bulanannya Yun Shu. Dan sekarang Yun Shu cuma perlu tanda tangan saja.

Tapi Yun Shu bahkan tidak mendengarnya, malah terus melamun menatap wajah tampan Shi Nian. Tiba-tiba Shi Nian berpaling padanya... lalu tiba-tiba saja dia mendekatkan wajah mereka dan mencium Yun Shu.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments