Sinopsis My Little Happiness Episode 3 - 2

Cong Rong sungguh tidak mengerti dengan Shao Qing, tuh orang ada dendam apa sama dia? Tiba-tiba Qin Chu muncul dan berkata bahwa Shao Qing memang selalu begitu.

Itu adalah sisi gelapnya Shao Qing. Dulu waktu kuliah, pernah ada orang yang suka menyalin jawaban ujiannya. Lalu dengan sengaja dia mengisi kertas jawabannya dengan jawaban salah dan membuat orang itu menyalin semua jawaban salahnya hingga membuat profesor mereka murka.

"Rupanya dia penjahat kelas kakap. Pantas saja. Selalu ada niat buruk di balik senyumannya. Sungguh tidak bisa mengerti apa yang dia pikirkan."

Tapi menurut Qin Chu, hubungan mereka cukup baik. Cong Rong tak percaya, Shao Qing cuma mempermainkannya untuk kesenangannya sendiri.

"Baiklah. Aku akan membantumu menasehatinya." Ujar Qin Chu.

Zhong Zhen diam-diam mau menempelkan sesuatu ke papan fotonya Shao Qing, tapi malah kepergok Shao Qing yang langsung memaksanya untuk menyerahkan kertas yang mau dia tempel itu.

Ternyata di kertas itu, Zhong Zheng dengan imutnya mengaku bersalah sebagai biang kerok dari rumor itu. Shao Qing sinis, memangnya dengan menempelkan ini, rumornya akan bisa diklarifikasi? Tidak usah ditempel saja.

Zhong Zhen senang. Sepertinya suasana hati Shao Qing lagi baik yah hari ini. Maka Zhong Zhen langsung memanfaatkan situasi untuk membujuk Shao Qing untuk memperpanjang batas waktu tesisnya beberapa hari.

Baiklah, Shao Qing setuju. Batas waktu tesisnya diperpanjang hingga... jumat depan. Zhong Zhen senang... sampai beberapa detik kemudian dia menyadari kalau jumat depan artinya batas waktu itu bukan diperpanjang, tapi malah dipersingkat. LOL!

Cong Rong hendak menemui Kakek Lin. Tapi tiba-tiba dia melihat Kakek Lin mendapat telepon entah dari siapa. Tapi telepon itu langsung membuat Kakek Lin beranjak pergi dengan terburu-buru.

Cong Rong jadi penasaran dan langsung membuntutinya. Sepertinya Kakek Lin menemui seorang sales yang langsung to the point menanyakan uangnya Kakek.

Hmm, sepertinya Kakek Lin menuntut uang dari pihak rumah sakit karena terbujuk rayuan si sales yang menawarinya sebuah ranjang kesehatan. Si sales bahkan sengaja mendesak Kakek untuk terus berusaha mendapatkan uangnya.

Dia mengklaim bahwa ranjang kesehatan itu sudah terjual kemarin, tapi perusahaannya punya ranjang baru yang lebih bagus dan harganya lebih mahal. Barangnya cuma ada satu. Dia mengklaim kalau ranjang itu akan bisa mengobati sakit kepalanya Kakek Lin.

Bahkan untuk semakin meyakinkan Kakek Lin, dia mengajak Kakek Lin untuk melihat dan mencoba barangnya sekarang juga, gratis. Kakek Lin terbujuk dengan begitu mudahnya dan langsung setuju untuk pergi bersamanya.

Cong Rong jadi curiga dan langsung memanggil taksi untuk membuntuti mereka. Setibanya di sana, dia malah mendapati perusahaan itu berada di daerah kumuh, sama sekali tidak terlihat seperti sebuah perusahaan penjual peralatan medis profesional dan jelas saja itu sangat mencurigakan.

Mumpung tempat itu terlihat sepi, Cong Rong langsung memotreti tempat itu. Tapi dia kurang hati-hati dan akhirnya malah ketahuan pria tadi dan dua orang pengawalnya. Cong Rong jadi panik dan tak tahu harus bagaimana. Apalagi pria itu langsung memaksanya untuk menyerahkan HP-nya.

Untungnya HP-nya berbunyi saat itu dari Shao Qing. Kesempatan! Cong Rong dengan lantang memanggil Shao Qing dengan sebutan 'Sayang' dan berakting seolah dia cuma salah tempat ketemuan sama pacarnya lalu bergegas pergi.

Cheng Cheng sedang belanja di mini market, tapi malah tak sengaja mendengar obrolan beberapa orang yang pernah makan di restorannya. Tapi yang tak disangkanya, bukannya memuji, orang-orang itu malah menghina masakan restorannya yang menurut mereka sama sekali tidak ada enak-enaknya.

Hah? Aneh sekali. Kalau memang tidak enak, lalu kenapa restorannya selalu ramai. Cheng Cheng bahkan sering mendengar para pelanggannya memuji-muji makanannya.

Tapi kemudian dia mendengar mereka berkata bahwa mereka makan di sana karena ada orang yang membayar mereka untuk makan di sana.

Terang saja Cheng Cheng langsung emosi mengonfrontasi mereka dan menuntut siapa orang yang ngasih mereka uang itu. Tapi orang-orang itu ragu, karena mereka sudah menandatangani perjanjian kerahasiaan.

Kebetulan Wen Rang duduk di sebelah dan langsung bisa menduga siapa orang yang ngasih mereka uang. Tapi dia menjelaskan dengan bertele-tele cara menyindir Cheng Cheng sebagai anak orang kaya bodoh yang tidak tahu dari mana asalnya beras.

Cheng Cheng nggak ngeh maksudnya apa. Maka Wen Rang berbaik hati menerjemahkan maksudnya adalah orang tuanya Cheng Cheng. Siapa lagi yang akan rela menghabiskan uang untuk mendukung Cheng Cheng kalau bukan orang tuanya.

Dan para penggosip itu secara tak langsung membenarkan ucapan Wen Rang lalu bergegas pergi. Cheng Cheng jadi kesal dan langsung menelepon papanya.

Tapi usai pertemuannya dengan papanya tak lama kemudian, Cheng Cheng jadi semakin marah hingga dia langsung mengusir semua pelanggannya yang dia tahu cuma pelanggan palsu. Dia bahkan menyuruh para pekerjanya pulang.

Bagaimana tidak marah. Papanya terang-terangan mengakui perbuatannya, bahkan sumbar bahwa kesuksesan Cheng Cheng ini berkat dukungannya dan meremehkan usahanya Cheng Cheng.

Papanya tidak setuju kalau Cheng Cheng bekerja dan lebih ingin Cheng Cheng bersenang-senang saja di rumah dan menghabiskan uang orang tua.

Cheng Cheng langsung melampiaskan frustasinya dengan menenggak miras lalu menelepon pacarnya dan menceritakan masalah pertengkarannya dengan ayahnya. Dia bahkan bilang mau putus hubungan dengan ayahnya.

Tapi begitu mendengar tentang itu, si pacar mendadak berubah sikap pada Cheng Cheng, pura-pura tidak dengar lalu memutus sambungan mereka.

Cheng Cheng jadi makin frustasi, apalagi mirasnya habis. Maka dia langsung ke gudang untuk mengambil sebotol lagi.

Kebetulan di toko sebelah, Wen Rang sedang meladeni satu-satunya pelanggannya. Tapi tiba-tiba mereka malah mendengar suara teriakan Cheng Cheng sambil menggedor-gedor dinding pemisah kedua toko yang tipis.

Dia terus saja mengeluh lantang sambil membanting punggungnya ke dinding yang semakin lama semakin keras padahal dindingnya tipis dan akhirnya jebol hingga dia terjatuh dengan bunyi bedebam keras tepat di dalam kamarnya Wen Rang.

Wen Rang jadi gagal menjual bukunya lalu bergegas mengecek ke dalam. Cheng Cheng yang mabuk, malah ngamuk ke Wen Rang, berpikir kalau ini masih tokonya dan menuduh Wen Rang masuk ke tokonya tanpa izin.

Dia berusaha mengangkat Cheng Cheng dan menyuruhnya pulang. Tapi mendengar kata pulang, sontak membuat Cheng Cheng jadi emosi dan langsung memberontak sekuat tenaga lalu menangis sedih.

"Tidak ada yang peduli padaku di rumah. Tidak ada yang mengakuiku. Mereka hanya tahu menekanku dengan uang. Apa aku, Zhou Cheng Cheng, tipe orang yang bisa ditekan dengan uang? Aku... aku... tidak berguna."

Curhatannya membuat Wen Rang jadi merenungkan kesamaan mereka yang bernasib sama, sama-sama diremehkan keluarga mereka masing-masing. Mereka berdua sama-sama menyedihkan. Tapi tetap saja Cheng Cheng harus pulang.

Tapi Cheng Cheng terus memberontak dan menolak pulang hingga dia tanpa sadar menjatuhkan perhiasannya... lalu menghempaskan dirinya ke kasurnya Wen Rang sambil bergumam bahwa dia ingin membuktikan dirinya sendiri.

Wen Rang berusaha mengangkatnya. Tapi Cheng Cheng mendadak menggigitnya dengan ganas sampai Wen Rang kesakitan. Wkwkwk!

Kembali ke rumah sakit, Cong Rong memberitahu Shao Qing tentang apa yang dilihatnya tadi. Dia benar-benar curiga dengan perusahaan itu, letaknya saja di belakang pasar sayur dekat rumah sakit, di sebuah gedung terbengkalai, sunyi dan terpencil.

Apalagi waktu dia memotret tempat itu, tiba-tiba ada dua lelaki besar menghadangnya. Untung saja Shao Qing menelepon waktu itu, ditambah dengan kecerdasannya, Cong Rong akhirnya berhasil melarikan diri.

Dia hampir mau bilang kalau lain kali dia mau ke sana lagi. Tapi Shao Qing yang cemas, sontak membanting bukunya dan mengomelinya.

"Apa yang memberimu keberanian untuk berbuat seperti ini lagi? Apa kau tidak mempertimbangkan konsekuensi sebelum melakukan sesuatu?"

"Aku tidak mempertimbangkan sebanyak itu. Aku hanya merasa tidak bisa membiarkan Kakek Lin begitu saja..."

"Apa kau tahu, setelah mendengar semua ini aku..." Shao Qing hampir saja keceplosan bilang cemas, tapi dia berhasil menahan diri tepat waktu.

Dia sungguh tidak mengerti. Apa Cong Rong sudah melakukan tugasnya sendiri dengan baik? Itu adalah masalah pribadi pasien, bukan urusan Cong Rong. Berhentilah melibatkan diri.

Tiba-tiba ponselnya Cong Rong berbunyi dari 'Istri' yang ternyata adalah nomornya Cheng Cheng. Tapi yang bicara adalah Wen Rang yang menyuruh Cong Rong untuk datang sekarang juga untuk menjemput 'Suaminya' ini.

Tak lama kemudian, Cong Rong datang bersama Shao Qing dan langsung meminta maaf atas kegilaan temannya ini. Tapi Shao Qing bingung, kenapa Shao Qing juga datang? Cong Rong lebih heran lagi mengetahui kalau kedua pria itu ternyata saling mengenal.

Cong Rong berusaha membangunkannya. Tapi Cheng Cheng tidak mengenalinya dan tanya dia siapa. Maka Cong Rong dengan lantang menyebutkan namanya yang sontak membuat Wen Rang berpaling ke Shao Qing dengan penasaran.

Dia langsung membawa Shao Qing keluar untuk membahas tentang Cong Rong. Hebat juga Shao Qing bisa menemukan Cong Rong secepat ini. Apa Cong Rong masih mengenali Shao Qing? Sayangnya tidak.

Wen Rang rasa itu wajar saja. Siapa juga yang kayak Shao Qing yang masih bisa mengingat kejadian yang terjadi waktu kelas 4 SD. Cong Rong itu orang biasa, Shao Qing yang tidak biasa. Lalu kapan Shao Qing akan memberitahu Cong Rong?

"Lupakan saja. Sekarang kenal atau tidak, itu tidak penting. Yang terpenting adalah dia tetap di sisiku."

"Otak busukmu ini. Paman kagum padamu."

Shao Qing lalu membantu Cong Rong membawa Cheng Cheng ke apartemennya. Tapi saat dia menitipkan Cheng Cheng ke Shao Qing untuk mengambilkan sandal, Cheng Cheng tiba-tiba mual... lalu muntah di bajunya Shao Qing. Pfft!

Shao Qing terpaksa harus mandi. Dan karena tak ada baju ganti untuknya, Cong Rong meminjaminya baju mandi warna pink lucu yang kependekan. Di dalam kamar mandi, Shao Qing melihat beberapa catatan yang tertempel di dinding dan buku-buku hukum yang penuh coretan yang menunjukkan tekad dan profesionalitas Cong Rong dalam pekerjaannya.

Dia keluar kamar mandi sambil membaca buku itu dan melihat Cong Rong yang masih mencemaskan Cheng Cheng. Dengan sabar dia mendengarkan segala curhatan Cheng Cheng dan menyemangatinya untuk istirahat sekarang.

Saat Cong Rong akhirnya keluar kamar, Shao Qing berkomentar bahwa Cong Rong sekarang sudah bisa berimprovisasi dalam pekerjaannya.

Cong Rong tidak mengerti apa masalahnya. Memangnya tidak boleh berimprovisasi? Dia bukan berasal dari jurusan hukum, mendapatkan kesempatan magang ini saja sangat susah, makanya dia hanya bisa berimprovisasi.

"Jika aku tidak berusaha lebih keras daripada orang lain, maka aku tidak akan bisa mengikuti langkah mereka."

Tapi rangkuman yang dia buat saja banyak yang disalahin sama Shao Qing. Dia tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, malah ada skandal sekarang. Improvisasinya ini malah mengganggu waktunya Shao Qing.

"Kadang aku berpikir apakah aku seburuk itu?"

"Apa kau ingin mendengar kebenarannya?"

"Katakan saja." Cong Rong sudah siap mental untuk mendengarkan apapun tentangnya.

Shao Qing akui bahwa memang tidak banyak anak magang yang bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Cong Rong hampir putus asa mendengar itu.

Tapi Shao Qing tiba-tiba berkata. "Kau sudah melakukannya dengan sangat baik. Kau adalah keberadaan yang istimewa."

Cong Rong tercengang mendengar ketulusannya. "Aku saat ini, seperti tetesan air yang akhirnya menemukan angin. Mengambang bebas di udara, menjadi hujan. Ini adalah pujian yang sudah lama ditunggu. Dia membuatku merasa kegigihanku selama lebih dari 20 tahun, pengkhianatan terencana selama 4 tahun, semua peristiwa dalam rentang 12 jam, seharusnya diukir dengan satu kata... sepadan."

Tapi momen mereka tiba-tiba tersela saat terdengar suara gedebuk yang kontan membuat mereka sama-sama menoleh ke asal suara.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments