Sinopsis The Blooms at Ruyi Pavilion Episode 8 - 1

Berkat Adipati An, Fu Rong akhirnya menemukan padang bunga yang dicari-carinya. Dia langsung keasyikan menciumi dan memetiki bunga-bunga sampai tidak sadar ada ular di dekatnya.

Adipati An-lah yang melihat ular itu dan langsung sigap mendorong Fu Rong sehingga ular beracun itu jadi menggigit tangannya. Racunnya bereaksi dengan cepat hingga Adipati An pingsan.

Dia memimpikan masa kecilnya saat ibunya dipisahkan darinya. Ibu Suri Wen berjanji dalam surat yang ditinggalkannya bahwa ia akan kembali setelah Adipati An menyelesaikan semua permainan baduknya.

Sejak saat itulah Adipati An rajin bermain baduk. Tapi setelah dia menyelesaikan baduknya, dia malah mendapat kabar kematian ibunya.

Adipati An akhirnya terbangun dari mimpi buruk itu dan mendapati dirinya sudah kembali ke Paviliun Ju Shui dengan Fu Rong dan Pengawal Wen yang menjaganya.

"Bagaimana keadaanmu? Kau terus mengigau tadi." Fu Rong cemas.

"Aku memimpikan hari saat Ibu dipisahkan dariku."

Fu Rong prihatin mendengarnya. "Kau pasti sedih."

"Iya. Tapi tidak masalah. Sekarang aku bisa memimpikannya. Cinta ibuku adalah satu-satunya motivasi hidupku. Nong Nong, kau masih ada urusan. Pergilah."

Baiklah. Fu Rong pun pergi. Malam itu, semua orang di Paviliun Ruyi sibuk sepanjang malam mengerjakan proyek mereka. Tiba-tiba seorang pelayan datang mengantarkan pesanan makanan padahal tidak ada yang pesan. Si pelayan sendiri juga tidak tahu siapa yang mengirim makanan ini.

Tak sengaja Fu Rong menyentuh benda panas. Lalu keesokan harinya, tiba-tiba entah siapa yang menaruh krim pendingin di depan pintu Paviliun Ruyi.

Saat Fu Rong hendak keluar, tiba-tiba hujan mengguyur deras. Fu Rong hampir batal pergi, tapi tiba-tiba saja dia menemukan sebuah payung yang entah ditinggalkan siapa di sana.

Hari itu, Adipati Su mengunjungi ibunya. Mereka masih agak canggung pada satu sama lain. Tapi Adipati Su berusaha menunjukkan perhatiannya dengan menanyakan kabar Selir Shu.

"Baik." Jawab Selir Shu antusias. "Bagaimana denganmu?"

"Aku... juga baik."

Pelayan datang saat itu, mengabarkan bahwa Tuan Dong sekarang sedang membawa orang-orang dari Paviliun Ruyi kemari. Maka Adipati Su pun pamit.

Padahal sebenarnya dia diam-diam mengintip saat Fu Rong dengan takut-takut menyerahkan satu set perhiasan rambut itu pada Selir Shu dan menjelaskan tema perhiasan itu adalah bunga-bunga yang bermekaran di musim semi yang ditemani kupu-kupu dan capung perak.

"Jika Yang Mulia memakai aksesori 'Cerah Matahari' ini, Yang Mulia akan seperti bunga yang tak pernah layu."

Selir Shu langsung suka, apalagi ada wewangian bunga yang tercium dari hiasan rambut itu. Selir Shu pun langsung memerintahkan agar Fu Rong diberi hadiah.

Tapi satu-satunya yang diinginkan Fu Rong bukan hadiah, melainkan ampunan Selir Shu terhadap gurunya yang sekarang dipenjara. Gurunya sungguh tidak mengerti apapun tentang tabunya Selir Shu sehingga dia membuat kesalahan besar itu.

Tapi yang tak mereka semua sangka, Selir Shu sendiri malah tidak tahu apa-apa tentang Nona Liu. Dayang pribadinya Selir Shu yang tahu. Waktu itu, Paviliun Ruyi mengirim hiasan kepala bunga Peony. Makanya dia memarahi mereka mewakili Selir Shu.

Dia melakukannya karena khawatir dengan Selir Shu. Setiap kali Selir Shu melihat bunga Peony, dia selalu sedih. Tapi Selir Shu tidak setuju dengan perbuatannya dan langsung menghukumnya potong gaji 3 bulan.

Sekarang dia mengerti tujuan kedatangan Tuan Dong yang tiba-tiba ini. Seharusnya Tuan Dong bertanya dulu padanya. Dia tahu kalau Paviliun Ruyi adalah toko perhiasan rakyat jelata.

Jadi jika mereka memberikan hiasan rambut bunga Peony padanya, maka sudah pasti itu karena mereka tidak tahu apa-apa. Dia tidak akan menyalahkan orang yang tidak tahu apa-apa.

"Tampaknya kau membawa perhiasan ini untuk menebusnya. Aku bisa lihat kau berusaha keras. Bagaimana kau mendapatkan ide untuk Cerah Matahari ini?"

Fu Rong mengaku bahwa saat dia membuat perhiasan ini, dia menyadari sebuah kebenaran. Kebenaran bahwa memuaskan pelanggan bangsawan memang sulit, namun lebih sulit lagi memuaskan orang biasa.

Para bangsawan memiliki banyak uang untuk membuat perhiasan apapun yang mereka inginkan tak peduli semahal apapun perhiasan itu, semua toko perhiasan pun akan berlomba-lomba membuatkannya untuk mereka.

Namun rakyat biasa bahkan tidak mampu membayar benang emas atau perak. Para bangsawan memiliki bunga emas dan perak yang takkan pernah layu. Namun rakyat biasa hanya bisa mengikat bunga segar dan memakainya di kepala.

"Mudah untuk membuat bangsawan bahagia. Tapi sulit untuk membuat orang biasa bahagia. Saya berharap di masa depan, Paviliun Ruyi bisa membuat orang biasa bahagia. Jika orang biasa bahagia, maka Yang Mulia juga pasti bahagia."

Selir Shu suka mendengar itu dan langsung meminta Tuan Dong untuk membebaskan Nona Liu. Fu Rong dan Tuan Dong sontak berterima kasih padanya, Adipati Su pun senang.

Atas perintah Adipati An, Pengawal Wen membeli batu bertuliskan nama Tuan Ju Shui dari Xiao Qi dan Xiao Ba yang mereka dapatkan dari Fu Rong. Dia juga sudah mendengar kabar bahwa kasus Nona Liu sudah selesai sekarang.

Adipati An lega mendengarnya, sekarang Paviliun Ruyi dan Nong Nong akan aman. Dia memberitahu Pengawal Wen bahwa nama samarannya ini sebenarnya diciptakan Nong Nong dulu. Karena itulah, dia akan mengurus, memikirkan dan menlindungi Nong Nong.

Mendengar cerita Fu Rong tentang kronologi kasus ini, Fu Xuan menyimpulkan kalau kasus ini tidak ada hubungannya dengan Selir Duan dan sudah pasti tidak ada hubungannya sama Bai Qi.

Keesokan harinya, Fu Rong, Fu Xuan dan Gu Yuan, menjemput Nona Liu yang akhirnya dikeluarkan dari penjara. Nona Liu sudah mendengar cerita dari Tuan Dong tentang perjuangan Fu Rong untuk menyelamatkannya. Nona Liu sungguh berterima kasih padanya.

"Hubungan kalian sangat dekat. Lain kali berhati-hatilah dalam segala hal." Nasehat Tuan Dong.

Fu Rong juga berterima kasih pada Tuan Dong yang sudah memberi mereka kesempatan untuk menebus kesalahan mereka. Tapi yang tak disangkanya, Tuan Dong malah menyuruhnya berterima kasih pada Adipati Su.

Adipati Su-lah yang terus menerus memohon padanya untuk memberi Fu Rong kesempatan. Fu Rong jadi berpikir bahwa pasti Adipati Su juga yang membantunya secara diam-diam dengan mengirim segala macam barang keperluannya ke Paviliun waktu itu.


Tepat saat itu juga, Fu Xuan melihat Bai Qi sedang menatap mereka dari kejauhan. Tapi dia tidak mendekat dan langsung pergi. Maka Fu Xuan langsung pergi mengejarnya dan meminta maaf atas kesalahpahamannya terhadap Bai Qi.

Bai Qi tersentuh mendengarnya. Tapi sudahlah, dia juga salah paham saat dia menuduh Fu Xuan menyalin karya Feng Lai Yi. Jadi mereka sekarang impas.

Dia juga punya sesuatu untuk Fu Xuan dan langsung menyerahkan sebuah kotak besar. Seperti yang sudah pernah dia janjikan sebelumnya, dia akan memberi Fu Xuan kompensasi. Dia butuh waktu cukup lama untuk mengumpulkan ini.

Isinya ternyata peralatan lukis berkualitas bagus. Semua ini sulit didapat, makanya dia butuh waktu cukup lama.

Tapi Fu Xuan menolak menerimanya. Baiklah, kalau begitu, Bai Qi buang saja. Toh ini tidak berguna bagi dirinya sendiri. Fu Xuan sontak panik memegangi kotak itu. Ini kan barang-barang berharga, tidak boleh dibuang.

"Kalau begitu kau simpan sendiri saja." Santai Bai Qi sampai melepaskan kotak itu ke tangan Fu Xuan. "Aku tahu memberi barang-barang berharga adalah penghinaan bagimu. Kuas, tinta, kertas dan batu tinta lebih pas. Kita benar-benar impas sekarang."

Pengawal Wen menyerahkan sebuah surat pada tuannya. Itu adalah surat rahasia yang ditukar di Paviliun Ruyi yang membenarkan bahwa Adipati Su memang ada di Kuil Hong Fu saat kebakaran yang menewaskan ibunya itu terjadi.

Kasim Wang langsung pergi ke sana waktu itu. Lalu setelah kebakaran itu, Adipati Su dibawa kembali ke ibu kota. Lalu beberapa hari kemudian, dia dikirim ke perbatasan.

Adipati An menyimpulkan bahwa kaisar yang sekarang sudah pasti tahu kalau Adipati Su-lah yang menyebabkan kebakaran di Kuil Hong Fu waktu itu. Dia mengirim Adipati Su ke perbatasan sebenarnya adalah untuk menutupi kebenaran ini.

Karena itulah, Adipati Su memerintahkan Pengawal Wen untuk terus menyelidiki perkara ini dan menemukan orang yang mengetahui kejadian waktu itu.

Pengawal Wen pun pergi. Adipati An lalu mencelupkan surat itu ke air, tapi malah mendapati sebuah simbol yang menarik perhatiannya (simbol yang sama dalam surat yang ditemukan Adipati Su kemarin)

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments