Sedih memikirkan Mitra yang pulang bersama Gun tadi, Prin langsung menelepon ibunya yang langsung punya bad feeling begitu mendengar suara Prin. Ibu jadi khawatir, apa Prin kecapekan bekerja atau dia bertengkar dengan ayahnya?
"Bu, pernahkah Ibu berpikir untuk berhenti mencintai Ayah?"
"Kenapa kau bertanya begitu? Kau pasti bertengkar dengan Ayah, kan?"
"Tidak. Aku hanya ingin tahu bagaimana kita bisa melupakan orang yang kita cintai? Apa kita akan bersikap seolah tak pernah terjadi apapun bahkan sekalipun dalam hati kita sangat sakit? Apa yang harus kulakukan, Bu? Kenapa cinta membuat kita sakit sebesar ini, Bu?"
Ibu mengerti sekarang. Jika Prin mencintai wanita itu lebih daripada mencintai dirinya sendiri, maka Prin pasti bisa menerima rasa sakit itu, sebagaimana Ibu yang bisa menerima rasa sakit ini tapi tidak bisa berhenti mencintai ayahnya Prin.
Mendengar itu, Prin janji suatu hari nanti dia pasti akan membawa Ibu tinggal bersamanya agar mereka tidak perlu lagi merasa terluka.
Na sedang melakukan pembukuan saat tiba-tiba saja dia mendengar suara-suara dari luar pintu cafenya yang sudah tutup. Curiga ada maling, Na langsung saja mengambil tongkat pel sebagai senjata... tapi malah cuma mendapati Chen yang sedang mabuk di luar.
Na akhirnya membiarkannya masuk dan memberinya secangkir kopi biar dia sadar. Dia minum-minum di mana sampai pipinya merah kayak kepiting rebus begini? Dan ngapain pula dia datang ke sini?
"Kalau Pam sampai tahu, bisa-bisa Pam bakalan mendatangiku dan merobek d~~aku padahal aku tidak punya apapun untuk dirobek!" Ujar Pam sambil refleks membuka kemejanya yang jelas saja membuat Chen tercengang.
Baru sadar, Pam buru-buru menutup kemejanya kembali. Chen geli melihatnya, dia hanya sedang merasa sedih, tadi dia menelepon Na tapi Na tidak menjawabnya.
"Aku hanya ingin minta maaf karena membuat kekacauan seperti tadi."
"Aku sudah terbiasa kok. Tapi akan jauh lebih baik jika kau berhenti datang kemari."
"Bukankah kau bilang kita teman? Teman harus membantu teman!"
"Meh! Saat kau sedang bahagia bersama pacar, kurasa kau tidak akan memikirkan teman."
"Sekarang ini, aku tidak yakin apakah aku akan tetap memiliki kebahagiaan atau tidak."
"Masalah ini, kau harus menanyakannya pada dirimu sendiri. Cinta kalian seharusnya hanya kalian berdua yang paling mengetahuinya lebih daripada orang lain. Aku tidak bisa membantumu."
"Setidaknya, aku hanya minta agar kau tidak mengusirku, itu saja cukup. Aku hanya ingin bicara pada seseorang yang mau mendengarku. Itu saja."
Keesokan harinya saat Mitra baru tiba di kantor, dia malah bingung melihat para pegawai yang meliriknya sambil menonton sesuatu di ponsel-ponsel mereka.
Mitra cuma bingung awalnya... sampai saat Na mengiriminya sebuah link video yang kontan membuatnya shock. Karena itu adalah rekaman CCTV saat Prin membawanya masuk ke kamar hotel dulu. (Tapi tidak tampak ada keberadaan Pam di video itu. Hmm... jelas ini ulahnya Pam)
Sekretarisnya Prin juga terburu-buru datang untuk memperlihatkan video itu pada bosnya. Video ini sudah sangat viral di internet. Prin shock dan bergegas pergi mencari Mitra. Gun juga cemas dan berusaha menelepon Mitra tapi tidak diangkat.
Mengabaikan tatapan para pegawai, Mitra bergegas keluar kantor tepat saat Prin baru tiba di sana. Dan Mitra langsung menamparnya dengan penuh amarah bahkan sebelum Prin sempat mengucap apapun.
"Tega sekali kau melakukan hal semacam ini padaku. Tak kusangka kalau kau ternyata bajingan!" Tuduh Mitra lalu pergi.
Prin ingin membela dirinya tapi Gun mendadak muncul dan langsung ikutan melabraknya. Prin berusaha membela diri karena benar-benar bukan dia pelakunya.
Tapi Gun sama sekali tak mempercayainya, malah menuntut Prin untuk mengakui perbuatannya. Bagaimana bisa dia percaya pada Prin, apalagi Prin pernah menghasutnya untuk meyakini bahwa Mitra adalah orang jahat. Prin bahkan mengatainya bodoh dan buta karena menyukai Mitra.
Poramin juga muncul saat itu dan langsung menggampar Prin dan mengusirnya dengan kejam tanpa memberi Prin kesempatan untuk bicara. Tak berdaya, terpaksa Prin pun pergi. Tapi kejadian ini sontak memengaruhi kesehatan Poramin yang tiba-tiba jantungnya kambuh.
Prin masih terus berusaha membela dirinya di hadapan Gun. Dia benar-benar bukan pelakunya, dia bahkan tidak tahu tentang adanya video itu. Dia yakin kalau ini adalah ulah wanita itu, karena hanya wanita itu satu-satunya orang yang mengetahui masalah ini.
Tapi Gun masih saja tak mempercayainya, menuduh Prin memfitnah orang lain dan memaksanya untuk mengakui perbuatannya secara jantan. Prin jelas menolak, itu benar-benar bukan perbuatannya dan dia punya alasan agar Gun mendengarkannya. Kalau dia pelakunya, dia tidak akan cukup bodoh untuk membiarkan petunjuk mengarah padanya.
Gun ngotot menolak mempercayainya. Semua bukti jelas mengarah pada Prin karena Prin-lah satu-satunya musuh Mitra. Lihat saja nanti, Gun bersumpah akan mencari bukti. Sebaiknya Prin bersiap diri untuk dituntut.
Prin lama-lama terlalu lelah untuk membela diri. Terserah Gun saja, silahkan saja Gun lakukan apa yang dia mau. Lagipula apapun yang dia katakan, Gun juga tidak akan mempercayainya.
Mitra langsung mendatangi Na dan terus menangis. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Prin sekejam ini padanya. Seharusnya dialah yang marah pada Prin. Seharusnya dialah yang menyakiti Prin lebih daripada yang Prin lakukan padanya.
"Tidak usah membicarakan masalah kejantanannya, dia bahkan tidak punya kemanusiaan." Rutuk Na.
"Dia mau menyakitiku sampai kapan? Apa dia ingin menyakitiku sampai hatiku hancur dan mati, dan baru setelah itu dia puas?"
"Kau tidak boleh mati. Bagaimana dengan anak-anakmu?"
"Lalu apa yang harus kulakukan, Na?"
Teleponnya Mitra berbunyi saat itu. Tapi Mitra masih terlalu takut untuk mengangkat telepon dari siapapun. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawab jika orang-orang bertanya.
Akhirnya Na yang berinisiatif mengangkat telepon yang ternyata dari Traitot yang mengabarkan bahwa ayahnya Mitra dilarikan ke UGD.
Hanya Traitot yang menemani Poramin saat dia dibawa ke ruang operasi. Ibu baru datang saat itu dan langsung menanyakan alasan yang membuat suaminya jadi begini.
Di lokasi syuting, manajernya Pam datang dengan heboh untuk menunjukkan berita tentang Mitra itu pada Pam. Pam langsung pura-pura shock. Dia bahkan berakting sok baik membela Mitra saat manajernya terang-terangan menghina Mitra.
Dia mengklaim kalau Mitra tidak pernah menganggapnya sebagai teman. Mitra hanya menganggap orang-orang elit sebagai teman. Tapi dia tidak pernah marah pada Mitra. Bah! Padahal dia diam-diam senang saat managernya menyebarkan video itu pada semua temannya.
Saat dia keluar tak lama kemudian, Kirt sudah menunggunya di depan. Kirt yakin kalau Pam-lah penyebar video itu, soalnya Pam kan benci sama Mitra.
Tapi Pam ngotot menyangkal dan mengklaim bahwa mungkin pelakunya adalah orang lain yang membenci Mitra, Mitra tuh punya banyak musuh dan bukan cuma dia seorang.
Tapi siapapun pelakunya itu tidak penting. Malah bagus ini terjadi, mereka bisa mengambil keuntungan situasi ini. Ini juga bisa jadi jalan bagi Kirt dan Traitot. Kirt setuju.
Bersambung ke part 4
2 Comments
Lanjut sampai end..... Terima kasih... Tetap semangat.. Semoga selalu sehat..
ReplyDeleteLanjut... Semangat🔛🔥
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam