Sinopsis Perfect and Casual Episode 3

Yun Shu panik melepaskan pegangan tangan Shi Nian dan langsung to the point menolak permintaannya. Dia tidak bisa bohong.


"Bukankah kau pernah bilang bahwa asalkan bisa membuat keadaan pihak lain menjadi lebih baik, tidak apa-apa berbohong?"

Memang Yun Shu pernah bilang begitu. Tapi berbohong memacari Shi Nian itu terlalu berlebihan. Tapi tepat saat itu juga, Kakek hendak dibawa ke ruang operasi. Yun Shu mengenalinya sebagai Kakek yang ditemuinya di taman tadi, Kakek yang ingin melihat cucunya berkeluarga. Memahami situasinya Shi Nian, Yun Shu mendadak berubah pikiran dan langsung mendekati Kakek dan memperkenalkan dirinya sebagai pacarnya Shi Nian.

"Kakek, kata-kataku benar, bukan? Cucu Kakek pasti akan menunjukkan pacarnya. Kakek harus semangat."

Kakek senang. Kalau begitu sekarang Kakek bisa tenang. Ia bahkan jadi semangat ingin dioperasi secepat mungkin. Bahkan para dokter terkagum-kagum saat melihat semua indikator yang menunjukkan semangat hidup Kakek.

Di luar, Yun Shu prihatin melihat Shi Nian yang terus menatap kamar operasi dengan khawatir. Maka dia mencoba menghibur Shi Nian dengan memberinya segelas kopi instan. Dia bahkan terus setia menemani Shi Nian yang gelisah menanti operasinya Kakek. Prihatin, Yun Shu mencoba mengalihkan perhatian Shi Nian dengan meminta Shi Nian mengajarinya main game Sudoku.

Usahanya berhasil juga membuat fokus Shi Nian teralih sesaat. Shi Nian dengan mudah dan cepat memenangkan game itu. Tapi dia penasaran, apakah Yun Shu pernah bertemu kakeknya.

Shi Nian mengakuinya. Tapi waktu itu dia belum tahu Kakek adalah kakeknya Shi Nian. Dia mengaku ke rumah sakit ini untuk numpang menginap di kamar temannya. Dia terpaksa karena harus pindah dari asrama kampus.

"Kau tidak menyewa rumah?" Tanya Shi Nian.

"Bapak tahu sendiri kalau saya tidak punya uang. Semuanya diinvestasikan untuk beli rumah. Jadi sekarang saya tidak punya uang untuk sewa rumah. Kakak saya juga masih di luar negeri, belum pulang."

Tapi tidak masalah. Yun Shu tetap positive thinking, dia yakin segalanya akan beres setelah dia mendapatkan pekerjaan nantinya.

Shi Nian jadi merasa bersalah sudah menggagalkan sidang tesisnya Yun Shu waktu itu. Perasaannya waktu itu agak terpengaruh karena masalah kakeknya. Dia pasti akan bertanggung jawab.

"Tidak, tidak. Jangan bilang begitu, Pak Zhang. Biarpun waktu itu aku memang sangat marga pada Bapak. Tapi setelah dipikir-pikir, aku juga salah."

Shi Nian ingin mengatakan sesuatu lagi. Tapi tepat saat itu juga, operasinya Kakek akhirnya selesai. Dokter mengabarkan bahwa operasinya berhasil dan kondisi Kakek stabil. Keinginan hidup Kakek sangat kuat hingga beliau mampu melewati saat-saat membahayakan selama operasi.

Shi Nian benar-benar lega mendengarnya. Tapi saat dia berbalik, dia malah mendapati Yun Shu sudah menghilang. Shi Nian langsung pergi mencarinya dan mendapati Yun Shu membawa barang-barangnya, berniat pindah dari rumah sakit walaupun tak punya tempat tujuan.

Shi Nian benar-benar berterima kasih padanya. Jika bukan tanpa bantuan Yun Shu, mungkin Kakek tidak akan selamat. Yun Shu sama sekali tak mempermasalahkannya lalu pamit.

Shi Nian tahu dia tidak punya tempat tujuan, maka dia langsung saja memberitahu sandi pintu rumahnya yang berupa 10 besar Konstanta Feigenbum. Yun Shu boleh tinggal di rumahnya untuk sementara waktu, satu bulan. Dia bahkan langsung mengakhiri percakapan mereka dan pergi sebelum Yun Shu sempat mendebatnya.

Yun Shu akhirnya kembali ke rumah itu. Tapi masalahnya, dia benar-benar tidak tahu apa itu 10 besar Konstanta Feigenbum dan jadilah dia hanya menggalau ria di depan pintu.

Tapi sepertinya Shi Nian sudah bisa menduga kalau Yun Shu tidak mengerti kode rumahnya dan akhirnya mengiriminya pesan angka-angka kode rumahnya. Dia bahkan berbaik hati mengubah pikirannya dan mengizinkan Yun Shu tinggal di rumahnya sampai Yun Shu mendapatkan tempat tinggal.

Yun Shu akhirnya bisa masuk ke rumah itu lagi lalu memakai sandal rumahnya Shi Nian yang kebesaran dan meletakkan sepatunya di dekat sepatunya Shi Nian. Dia bahkan menatanya dengan rapi karena dia melihat sepatu-sepatunya Shi Nian diatur dengan sangat rapi.

Bukan cuma rak sepatu, seluruh barang di rumah itu juga diatur dengan sangat rapi. Rumah benar-benar sangat bersih. Sepertinya Shi Nian pecinta kebersihan.

Siapa sangka, setelah mengembara di jalanan, pada akhirnya malah diajak Shi Nian kembali ke rumah ini. Kalau kakaknya sampai tahu, bisa tamat riwayatnya.

Tepat saat itu juga, ada kurir datang mengantarkan paket yang sangat besar dan berat. Dan begitu melihat Yun Shu, dia jadi berpikir kalau Yun Shu adalah pacarnya Shi Nian dan langsung sok akrab memanggilnya 'Ipar'. Pfft! Dia bahkan tidak memberi kesempatan Yun Shu untuk menjelaskan dirinya dan langsung pergi setelah memasukkan paketannya.

Saat berusaha menarik paketan yang sangat berat itu, tak sengaja paketan itu terbuka dan isinya berhamburan keluar. Ternyata itu berisi beberapa foto-foto kenangan masa kecil Shi Nian bersama Kakek.

Kakek masih belum sadarkan diri. Tapi dokter meyakinkan bahwa keadaan Kakek baik dan mengingatkan Shi Nian untuk terus menuruti apapun keinginan Kakek saat Kakek sadar nanti.

Saat dia pulang tak lama kemudian, dia mendapati kardus paketannya sudah kosong dan dibuang keluar. Yun Shu sendiri sudah tidur nyenyak di sofa dan beberapa barangnya berserakan di sekitarnya.

Shi Nian tampak jelas tak senang melihat barang-barang di rumahnya berantakan. Dia bahkan langsung meluruskan posisi lukisan yang miring gara-gara Yun Shu tak sengaja menyentuhnya tadi, padahal miringnya dikiiiiit banget.

Tapi saat dia melihat buku gambarnya Yun Shu yang menggambar rumahnya dan mendapati foto-fotonya sudah ditata oleh Yun Shu dengan apik di kamarnya, Shi Nian langsung luluh. Bahkan dengan manisnya dia mengambilkan selimut untuk Shi Nian.

Tapi saat dia memakaikan selimut itu, dia agak terganggu dengan pemandangan mulut terbuka Yun Shu dalam tidurnya dan akhirnya memutuskan untuk menyelimuti Yun Shu ke sampai menutupi seluruh kepalanya.

Dalam tidurnya, Yun Shu bermimpi sepupunya kembali dan mengklaim bahwa dia sudah salah masuk apartemen. Si sepupu berkata bahwa apartemennya Yun Shu adalah apartemen sebelah. Dia bahkan membawakan sertifikat dan segala dokumen resmi asli apartemen yang Yun Shu beli, dan semuanya sudah atas nama Yun Shu.

Yun Shu terharu, dia tahu kalau sepupu pasti tidak akan menipunya. Yah, sayangnya itu cuma mimpi. Nyatanya Yun Shu masih tertidur nyenyak di dalam selimutnya.

Shi Nian keluar kamar tak lama kemudian sambil nyemil Pocky tapi malah mendapati Yun Shu bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya dengan kepala masih terbungkus selimut.

Shi Nian jadi cemas dan akhirnya membuka selimutnya. Tapi Yun Shu ternyata masih tidur sambil menggumam lirih memanggil sepupunya.

Shi Nian penasaran dengan apa yang diucapkannya dan langsung mendekatkan kupingnya ke Yun Shu... Saat tiba-tiba saja Yun Shu berseru kencang memanggil si sepupu yang jelas saja membuat Shi Nian kaget hingga tak sengaja Pocky-nya terjatuh tepat ke mulut Yun Shu yang terbuka lebar.

Tapi Yun Shu tetap tidak bangun dan Pocky itu terua bergerak naik-turun di mulutnya. Shi Nian jadi bingung bagaimana caranya mengambil Pocky itu dari mulut Yun Shu.

Sepelan mungkin dia berusaha mengambilnya dan saat akhirnya dia hampir berhasil, Yun Shu mendadak bangkit dan DUK! Tak sengaja dia menyundul keras hidung Shi Nian sampai dia mimisan. Pfft!

Tapi dia tidak menyadari perbuatannya sendiri dan bingung kenapa hidung Shi Nian berdarah, dan lebih bingung lagi saat dia mencecap lidahnya dan mendapati ada rasa manis yang entah dari mana asalnya.

Tiba-tiba teleponnya berbunyi dari kakaknya yang menuntutnya untuk memutar kameranya dan memperlihatkan rumahnya. Yun Shu jelas tidak bisa melakukannya, takut kakaknya akan tahu kalau itu bukan rumahnya dan akhirnya ngotot untuk tetap pakai kamera depan dan memperlihatkan ruang kerja yang penuh buku.

Untungnya Yun Lan tidak curiga, cuma heran karena tidak biasanya Yun Shu suka baca banyak buku. Tapi saat dia melewati ruang baca, Yun Lan sempat melihat pintu kamar mandi yang tertutup dan jelas saja itu membuatnya heran dan langsung menuntut Yun Shu untuk memperlihatkan kamar mandinya.

Yun Shu jadi panik karena ada Shi Nian di dalamnya, apalagi pintu kamar mandi mendadak mau dibuka. Yun Shu sontak panik berusaha menghalangi pintu terbuka dan beralasan pada Yun Lan bahwa pintunya rusak lalu buru-buru mengakhiri teleponnya dengan alasan mau memperbaiki pintu itu.

Shi Nian jelas bingung dengan tingkah Yun Shu barusan. Dia ngapain? Yun Shu menyangkal, dia cuma ingin mengecek keadaan Shi Nian. Apa dia baik-baik saja?

"Aku baik-baik saja. Kalau kau tidak keberatan, ada yang ingin kubucarakan." Ujar Shi Nian.

Dan yang ingin dia bicarakan ternyata adalah tentang segala macam aturan dan pembagian rumah selama mereka tinggal bersama. Segalanya dia bagi secara adil dan dia beri batas dengan menggunakan selotip dan melarang Yun Shu untuk melewati batas masing-masing.

Dia bahkan menetapkan aturan jadwal penggunaan kamar mandi. Yun Shu dilarang keras untuk menggunakan kamar mandi saat bukan jadwalnya. Dia bahkan berkata akan menyetak semua aturan yang wajib mereka taati itu. Yun Shu jelas tak senang dengan segala aturan ketat itu, tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut.

Dia lalu menempatkan Yun Shu di ruang kerja. Tapi karena dia sendiri masih butuh memakai ruang kerja, jadi Shi Nian juga menetapkan pembagian jadwal penggunaan ruangan ini.

Mulai dari jam 9 malam sampai jam 10 pagi, ruangan ini adalah kamar tidurnya Yun Shu. Sedangkan jam 10 pagi sampai jam 9 malam, ruangan ini adalah ruang kerjanya.

Tapi khusus hari ini pengecualian karena hari ini hari pertamanya Yun Shu di sini. Semua aturan mereka akan berlaku mulai besok, dan Yun Shu wajib menaatinya. Apa ada yang mau Yun Shu katakan?

"Pak Zhang, terima kasih sudah mau menerima saya. Sebenarnya saya harus membayar uang sewa dan biaya hidup pada anda. Tapi saya sedang tidak punya uang. Jadi... Begini saja, urusan rumah dan memasak, serahkan saja pada saya. Bagaimana?"

Shi Nian setuju. "Itu bagus juga. Tapi tenang saja. Aku akan menanggung biaya hidupmu." Ujar Shi Nian lalu pergi.

Keesokan harinya, Shi Nian bangun tepat waktu jam 7 dan langsung rajin membersihkan kasurnya, cuci muka, gosok gigi, dll. Sementara Yun Shu malah masih asyik molor.

Dia akhirnya baru bangun jam setengah delapan dan langsung panik mau ke kamar mandi, sudah kebelet banget. Tapi kamar mandi masih dihuni sama Shi Nian yang dengan santainya mengingatkan Yun Shu tentang jadwal pemakaian kamar mandi, yang hanya membolehkan Yun Shu masuk kamar mandi setelah jam 8 pagi.

Yun Shu panik banget dan terus heboh berusaha memohon pengertian Shi Nian. Ini masalah mendesak soalnya, dia cuma perlu waktu 2 menit saja kok. Shi Nian akhirnya mau juga mengalah, tapi dia hanya kasih waktu 3 menit.

Selesai dengan urusan toilet, Yun Shu sekarang sibuk wira-wiri dengan bingung di dapur, berusaha menyiapkan sarapan secepatnya, tapi malah membuat telur dan roti panggangnya gosong, bahkan hampir saja menghancurkan seluruh dapur.

Shi Nian tidak tahan lagi melihat kekacauan ini dan cepat-cepat mengambil alih keadaan. Dengan cepat dan efisien dia mulai memasak sarapan yang hasilnya lebih memuaskan. Segalanya dia masak dengan tepat waktu sehingga hasil masakannya juga layak makan.

Tapi dia sengaja hanya memasak satu porsi untuk Yun Shu saja gara-gara waktunya sudah banyak terbuang saat menunggu Yun Shu masak tadi, jadi dia memutuskan untuk melewatkan sarapan pagi ini.

Karena ini pagi pertama Yun Shu di sini, Shi Nian maklum jika Yun Shu tidak memahami cara kerjanya. Tapi dia harap mulai besok, Yun Shu bisa mengikuti cara kerjanya dengan ketat. Jangan buang-buang waktu.

Yun Shu lalu pergi ke agen real estate untuk mencari kontrakan. Tapi yang bagus-bagus, harganya terlalu mahal. Uangnya yang tersisa tidak cukup. Menurut si agen, ada yang sesuai budget-nya, tapi rumahnya sendiri tidak sesuai dengan Yun Shu karena menggunakan sistem kontrak bersama.

"Tidak masalah. Aku bisa tinggal di mana saja." Ujar Yun Shu antusias.

Shi Nian terburu-buru ke rumah sakit saat ditelepon dokter yang menyuruhnya untuk segera datang karena Kakek tadi sudah sadar tapi emosinya tidak stabil. Kalau terus begini, dokter terpaksa harus menyuntikan obat penenang padanya.

Tapi setibanya di rumah sakit tak lama kemudian, dokter malah sudah santai dan memberitahu bahwa emosi Kakek sudah stabil sekarang. Beliau bahkan tidak perlu disuntik obat penenang berkat kedatangan seorang tamu.

"Siapa yang datang?" Tanya Shi Nian.

"Pacarmu."

Saat Shi Nian mengintip, dia mendapati Yun Shu sedang merawat Kakek dengan penuh perhatian. Dia benar-benar melakukannya dengan baik karena sudah pengalaman merawat ayahnya sebelum beliau meninggal dulu.

Kakek tiba-tiba mengklaim haus. Berhubung air habis, Yun Shu langsung keluar untuk mengambilkan air. Tapi sepertinya itu cuma cara Kakek agar bisa bicara berdua dengan Shi Nian.

Kakek memberitahu Shi Nian bahwa selama ia tak sadarkan diri, ia bermimpi tentang keterikatan dua kuantum yang berbeda. Yang satu berotasi maju, dan yang satunya lagi berotasi mundur.

Tapi meski keduanya berjauhan, tapi karena beberapa prinsip ilmu pengetahuan moder yang sulit dijelaskan, keduanya saling berhungan erat dalam kegelapan di lintasan serupa, di frekuensi serupa. Shi Nian bingung, apa sebenarnya yang ingin Kakek katakan?

"Aku ingin 2 kuantum itu, yaitu kau dan Yun Shu, segera menikah."

Hah? Shi Nian sontak menolak tapi itu kontan memengaruhi emosi dan kesehatan Kakek. Yun Shu baru kembali saat itu dan jelas cemas saat melihat suster terburu-buru ke kamarnya Kakek.

Begitu melihat Yun Shu, Kakek secara ambigu meminta Yun Shu untuk menjanjikan sesuatu padanya. Shi Nian ngotot menolak. Tapi Yun Shu yang mencemaskan keadaan Kakek, dengan cepat menyela dan langsung menyetujui apapun permintaan Kakek tanpa pikir panjang padahal Kakek bahkan belum mengatakan apa permintaannya.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam