Sophita mengerti. Jett ingin membunuhnya, Jett ingin balas dendam padanya karena dia menghalangi hubungan Jett dengan Rin. Jett pasti sangat benci padanya karena dia menghalangi rencana Jett yang ingin masuk ke keluarga kaya. Makanya Jett balas dendam padanya dengan cara bodoh seperti ini.
"Oh! Jadi aku harus pintar sepertimu? Menginjak-injak orang yang lebih rendah, membuatnya tak punya jalan keluar dan menjadi miskin, lalu membandingkannya dengan kejahatanmu sendiri. Hah? Khun Sophita Anathamrong!"
Sophita tidak terima dituduh sebagai orang jahat oleh pembunuh semacam Jett. Dia langsung berusaha menyerang Jett dan melarikan diri. Sayangnya pintunya terkunci rapat. Tapi kemudian Sophita melihat pistol di tasnya Jett. Dia langsung mengambilnya dan menodongkannya ke Jett, mengancam Jett untuk membuka pintunya seorang juga.
Jett sinis, memangnya Sophita tahu cara menggunakan benda itu? Mau diajarin? Dia santai saja mendekat sambil memberitahu Sophita bahwa caranya memegang senjata salah.
Sophita jadi makin ketakutan dan terus berusaha mengancam Jett untuk tidak mendekat. Tapi Jett terus mendekat sambil mengajari Sophita tentang postur tubuh dan cara memegang senjata dengan benar. Saat saat Sophita cuma terdiam gemetaran, Jett sontak mencengkeram senjatanya sambil membentaknya untuk menembaknya atau dia yang akan membunuh Sophita.
Ketakutan, Sophita nekat menarik pelatuknya. Tapi ternyata pistol itu terkunci. Jett sungguh tak percaya melihatnya, Sophita benar-benar mau membunuhnya. Masalah seperti ini pasti sangat sepele bagi Sophita.
"Kaulah yang menyebabkan adikku mati! Membunuhmu itu terlalu sedikit!" Tuduh Sophita.
Jett tidak terima. Sophita-lah yang terus menerus memaksa adiknya sampai dia mati karena patah hati. "Kau tidak tahu apa-apa tentang apa yang dipikirkan Rin, apa yang di inginkan, dan betapa sakit hatinya dia!"
Flashback.
Hari itu, Jett melamar Rin dengan romantis. Tapi bahkan sebelum sempat memakaikan cincinnya, Sophita mendadak muncul dan langsung menarik Rin menjauh dan memaksanya pulang.
Rin tidak mau, tapi Sophita langsung menyerang Rin dengan menuduh Rin tidak peduli dengan perasaan ayah mereka. Bagaimana perasaan Ayah kalau sampai tahu bahwa Rin tergila-gila pada seorang pembunuh?
Tapi Rin tak peduli, bersikeras mau tetap bersama Jett. Dia tahu masa lalu Jett, tapi dia merasa nyaman bersama Jett. Sophita bersikeras tidak akan menyetujui hubungan mereka dan langsung menarik paksa Rin. Jett berusaha menyelamatkannya, tapi Win muncul saat itu dan langsung membantu Sophita dan menghajar Jett. Kedua orang itu pun sukses menyeret Rin pulang.
Sejak saat itu, Jett tidak pernah bisa bertemu Rin. Mereka bahkan menyewa bodyguard di rumah yang langsung menghajar Jett tanpa ampun saat Jett datang. Parahnya lagi, saat Jett pulang, dia malah mendapati tokonya entah bagaimana sudah hangus terbakar.
Flashback end.
Tapi Sophita sendiri malah tercengang mendengar ceritanya dan langsung membela diri karena dia benar-benar tidak pernah menyewa orang untuk menghajar Jett dan tidak pernah pula membakar coffee shop-nya Jett.
Jett jelas tak percaya, sudah dia duga kalau Sophita pasti akan mengelak. Mana mungkin orang angkuh seperti Sophita mau mengakuinya. Dia tidak akan bisa tenang kalau mengaku.
"Kalau kau begitu yakin, lalu kenapa kau tidak memembakku saja tadi, malah menyeretku ke sini dan mengurungku."
"Karena aku ingin melihatmu menderita seperti hidup segan mati tak mau. Aku akan mengurungmu di sini hingga hari berganti tahun sampai kematian datang menjemputmu di hari tuamu...atau sampai aku merasa puas mendengarmu memohon-mohon kehidupan dariku. Itu akan membuatku sangat bahagia."
"Sinting!"
"Bagaimana kau tahu? Aku bahkan belum melakukan sesuatu yang gila."
Ketakutan, Sophita berusaha menyuapnya dengan memberikan beberapa perhiasan yang dipakainya. Tapi tentu saja itu membuat Jett tak senang. Dengan sinis dia mengklaim bahwa barang segini tidak akan cukup untuk mengisi ususnya yang sangat panjang, makanya juga sangat banyak.
Sophita minta diantarkan ke bank kalau begitu, dia akan mengambilkan uang untuk Jett. Jett jelas tak percaya padanya, Sophita adalah seorang pembohong. Apa Sophita pikir kalau dia ini bodoh dan tidak berpengalaman? Seharusnya Sophita belajar lagi, bernegosiasi lah dengan orang-orang jahat seperti dirinya.
Jett lalu keluar kamar. Sophita buru-buru memanfaatkan keadaan untuk mencari ponselnya tapi tidak menemukannya di mana-mana. Tapi ada telepon, dan saat Sophita mencobanya, ternyata tersambung ke meja penerimaan tamu.
Dia langsung menjelaskan situasinya dna minta tolong orang di seberang untuk membantunya menelepon polisi. Tapi yang tidak dia ketahui, orang yang menerima teleponnya sebenarnya justru temannya Jett, Pong.
Malah dia yang membantu Jett dengan meminjamkan kondonya ini untuk menyembunyikan Sophita. Alih-alih menanggapi Sophita dengan serius, Pong malah sengaja menggodanya dengan pura-pura kaget dan menanyakan seperti apa perawakan penculiknya, lalu menyerahkan teleponnya pada Jett.
Jett dengan sinis menyarankan Sophita untuk mencari metode lain jika dia ingin menelepon polisi. Kesal, Sophita sontak membanting teleponnya.
Tiba-tiba bibinya Pong muncul. Kedua pria itu jadi kaget karena mereka kira Bibi mau liburan dan baru akan kembali minggu depan. Bibi mengaku kalau dia membatalkan rencananya, soalnya Bibi takut Pong akan membawa orang untuk tinggal dan makan gratis di sini. Bisa-bisa kondo mereka ini bakalan bangkrut. Pfft!
Jett jadi khawatir dan memperingatkan Pong agar bibinya tidak sampai mengetahui masalah ini. Pong heran, ngapain juga Jett menculik wanita itu? Apa sebenarnya rencana Jett?
Dalam flashback, Jett dan rekannya bertemu dengan seseorang yang menyewa mereka untuk untuk menarget Sophita. Atau lebih tepatnya, kliennya orang itulah yang menyewa mereka.
Dia bahkan memberitahu mereka bahwa kliennya bersedia membayar mahal. Rekannya Jett menolak dengan sok jual mahal, tapi Jett langsung menerima pekerjaan itu tanpa ragu dengan alasan bahwa dia butuh uang.
Pong curiga, jangan-jangan Jett membawa wanita itu ke sini membunuhnya dan memotong mayatnya. Duh, Jett kan baru keluar dari penjara.
"Tidak sampai sejauh itu. Aku pasti tidak akan membuatmu dalam masalah. Aku hanya ingin menyembunyikannya sebentar."
"Untuk apa? Jangan-jangan kau berniat membantunya. Bukankah kau bilang kalau kau membencinya sampai ke tulangmu? Sangat membencinya sampai-sampai kau tidak ingin melihatnya lagi dalam kehidupan ini."
"Benar. Aku membencinya sampai ke tulang. Bukankah lebih mudah membunuhnya sampai mati?"
Pong jadi makin penasaran, apa sebenarnya rencana Jett? Dia akan mengurung Sophita sampai berapa lama? Kalau bibinya sampai tahu dan menelepon ayahnya, Pong pasti akan dipecat jadi ahli waris. Tapi Jett menolak menjawab dan langsung pergi.
Bibi muncul lagi saat itu dan langsung menuntut jawaban Pong atas buku akun, soalnya di buku itu tertulis ada pelanggan baru di lantai lima, tapi tidak ada catatan si pelanggan membayar uang deposit.
Canggung, Pong beralasan bahwa orang itu akan membayar dua hari lagi, katanya dia mau mentransfer uang dari luar negeri dulu. Tapi alasannya itu sontak membuta Bibi mengomelinya panjang kali tinggi kali lebar, menuduh sikap cerobohnya Pong inilah yang membuat bisnis mereka ini selalu merugi sepanjang waktu.
Tempat ini tuh untuk bisnis dan bukannya badan amal. Malas mendengar omelan Bibi yang tiada henti, Pong langsung kabur diam-diam saat Bibi masih sibuk mengomel.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam