Sinopsis Lucky's First Love Episode 14 - 1

Sinopsis Lucky's First Love Episode 14 - 1


Xing Yun memimpikan kejadian semalam saat dia mencium Xia Ke. Tapi saat dia terbangun, dia malah kaget mendapati ibunya ada di depan matanya. Ibu penasaran dia mimpi apa barusan, kelihatannya dia sangat menikmatinya.


Dia juga ngelantur memanggil 'Xia Ke, Xia Ke', Ibu bisa menebak apa yang sedang Xing Yun impikan. (Waduh, apakah Ibu tahu dia mimpi apa?)

"Kau pasti bermimpi dia memberimu promosi dan peningkatan gaji." (Pfft!)

Syukurlah Ibu tidak berpikir aneh-aneh, Xing Yun lega. Tapi kepalanya sakit banget. Tiba-tiba dia ingat akan ciumannya dengan Xia Ke. Tapi ingatan itu masih samar-samar, Xing Yun bingung, apa itu nyata?

"Bu, bagaimana aku pulang semalam?"

"Kau bahkan lupa tentang itu?"


Dia diantarkan temannya yang bernama He Yu. Xing Yun mabuk berat sampai dia tidak bisa membedakan mana ayahnya dan mana ibunya. Ngomong-ngomong tentang He Yu, anak itu sopan juga.

Waktu mengantarkan Xing Yun semalam, He Yu berjanji pada Ayah bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Ibu rasa He Yu ini sangat perhatian sama Xing Yun.

Hadeh! Xing Yun malu banget, dia tidak akan mabuk-mabukan lagi. Tapi jangan berpikir berlebihan, He Yu itu cuma partner perusahaan mereka sekarang.

Hah? Ibu bingung, bukannya kemarin Xing Yun bilang mau menghadiri acara reuni teman kuliahya? Xing Yun tak ingin membahas masalah itu dan buru-buru menghindar dengan alasan harus segera mandi dan pergi ke kantor.
 

Saat dia keluar rumah tak lama kemudian, dia malah mendapati He Yu datang menjemputnya. Xing Yun canggung menolak dan berusaha menghindar, tapi He Yu tiba-tiba menuntutnya untuk membicarakan masalah semalam.

Xing Yun sontak tegang mendengarnya, jangan-jangan... yang dia cium semalam adalah He Yu? Dengan hati-hati dia tanya apakah semalam mereka selalu bersama? Apakah mungkin mereka bertemu seorang kenalan semalam?

He Yu berbohong menyangkal. "Kau bersama denganku semalam, kau juga ingin bertemu seorang kenalan?"

"Kalau begitu selain minum wine, apa kita melakukan hal lain semalam?"


He Yu sengaja menjawab ambigu yang jelas saja membuat Xing Yun shock mengira yang dia cium semalam itu He Yu yang dia kira Xia Ke. Hadeh! Kalau dia terus terang bilang bahwa dia mencium He Yu karena menganggap dia adalah Xia Ke, He Yu pasti sakit hati.

"Apa kau ingin memintaku untuk pura-pura tidak terjadi apapun karena kau mabuk semalam? Apa kau mau menyangkalnya?"

"Bukan begitu. Aku tidak bermaksud untuk memintamu pura-pura tidak terjadi apapun, tapi aku benar-benar tidak bermaksud begitu. Aku hanya sedang mengerjakan game bertema cinta, jadi aku harus punya pengalaman, makanya aku agak bingung sekarang."

"Jadi, kau bicara panjang lebar seperti itu karena kau tidak mau bertanggung jawab?"

"Ta-tanggung jawab? Seserius itukah? Kalau begitu... biarkan aku memikirkannya dulu. Aku perlu memikirkan bagaimana aku harus bertanggung jawab."

"Jadilah pacarku saja."

Xing Yun sontak melotot padanya. Baiklah, He Yu tidak akan memaksa, tapi pikirkanlah baik-baik. Dia akan memberi Xing Yun waktu satu minggu untuk memikirkannya.

"Setelah satu minggu, berilah aku jawaban yang memuaskan."

 

Xing Yun hampir terlambat setibanya di kantor dan langsung lari ke lift yang kebetulan ada Xia Ke di dalamnya. Dia berhasil masuk tepat waktu, tapi liftnya malah kelebihan beban dan tidak ada seorang pun yang mau mengalah.

Galau, Xing Yun akhirnya memutuskan mengalah. Tapi saat dia hendak keluar, Xia Ke mendadak keluar duluan. Xing Yun langsung mengucap terima kasih, mengira Xia Ke mengalah untuknya.

Tapi Xia Ke tiba-tiba menariknya keluar dan emmaksa Xing Yun untuk menemaninya minum kopi di cafe.


Di cafe, Xia Ke tiba-tiba memulai pembicaraan dengan mengungkit tentang semalam. Hah? Xing Yun tegang mendengarnya, memangnya ada apa dengan semalam?

Canggung, Xia Ke berkilah dengan pura-pura menanyakan bagaimana tidurnya Xing Yun semalam. Xing Yun mengaku tidur nyenyak, bagaimana dengan Xia Ke sendiri?

"Aku tidak bisa tidur sepanjang malam."

"Kenapa?"

Tapi Xia Ke malah cuma diam saja. Xing Yun jadi canggung, tidak jawab juga tidak apa-apa kok. Xia Ke penasaran, apakah Xing Yun tidak ingin menanyakan sesuatu padanya? Maksudnya, apa yang Xing Yun pikirkan?

"Saya memang punya memikirkan beberapa hal. Tapi anda pasti tidak akan tertarik."

"Ceritakan saja." Desak Xia Ke antusias.


Baiklah. Tapi pertama-tama, dia mengklaim kalau ini bukan masalahnya dia, melainkan masalah temannya. Jadi begini ceritanya, pada suatu malam yang gelap dan dingin, temannya ini mabuk berat. Terus... terus dia mencium seorang pria yang sebenarnya tidak dia sukai.

Xia Ke shock. "Dia tidak menyukai pria itu?"

"Iya. Dia tidak suka. Walaupun pria itu tampan dan kaya, tapi dia tidak menyukai pria itu. Apa anda mengerti?"

"Tidak. Apa yang harus kumengerti? Kalau kau tidak menyukainya lalu kenapa kau menciumnya dengan serius?"

"Saya kan tidak bilang kalau dia berciuman dengan serius?"

Xia Ke canggung. "Memangnya tidak begitu."

"Iya sih. Tapi saya kan bilang dia mabuk berat. Sangat mabuk sampai tidak bisa membedakan mana ayah dan mana ibunya, jadi bagaimana dia bisa mengenali siapa yang dia cium?"


Xia Ke gregetan mendengarnya. Itu artinya, dalam ketidasadarannya, wanita itu memang ingin mencium si pria. Xing Yun menyangkal, masalahnya begini, temannya ini... menganggap pria yang diciumnya itu sebagai pria lain.

Temannya itu bilang dia bahagia karena ciuman itu. Tapi sekarang temannya itu bingung yang membuatnya bahagia adalah pria yang dia cium atau pria yang ada dalam pikirannya.

"Tentu saja pria yang dia cium!" Tegas Xia Ke tak sabaran.

"Kenapa?"

Anggap saja kedua orang itu adalah latte dan mocca yang sedang mereka minum ini. Biasanya Xing Yun beli latte, tapi hari ini dia salah membeli mocca. Lalu setelah menghabiskannya, Xing Yun merasa bahwa mocca ternyata rasanya lumayan enak juga tapi dia juga masih suka sama latte. Jadinya dia lebih suka yang mana? Mocca atau latte?

"Mo-mocca?"

"Betul. Mocca. Jadi kau harus memberitahu temanmu itu untuk menghargai pria yang membuatnya merasa bahagia setelah ciuman itu."

"Tapi dia punya banyak pengalaman asmara, makanya pria itu bisa membuatnya bahagia dalam ciuman."


Xia Ke tidak terima, bagaimana bisa pria itu playboy? Bahkan sekalipun pria itu pernah berkencan dengan orang lain, tapi dia tidak akan merasakan sesuatu yang spesial jika dia tidak menciumnya dengan perasaan. Pria yang membuat temannya Xing Yun bahagia itu juga pasti menyukai temannya Xing Yun.

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Karena saat aku jatuh cinta pada seseorang atau saat aku berharap aku akan dicintai oleh seseorang, aku akan melakukannya dengan serius dan tulus."

Dia menasehati Xing Yun untuk mengatakan apa yang dia katakan ini pada temannya Xing Yun itu. Jika dia jadi temannya Xing Yun, dia akan mencari pria itu dan menyatakan cinta padanya. (Hadeh, Xia Ke. Seandainya kami tahu yang dipikirin Xing Yun tuh He Yu)

Xing Yun ragu, temannya itu masih belum siap. Dia dan pria itu punya hubungan kerja, jadi dia mungkin tidak siap untuk itu. Masih mengira dirinyalah yang Xing Yun maksud, Xia Ke langsung sumringah dan berubah pikiran meyakinkan Xing Yun bahwa pria itu pasti bersedia menunggu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

  1. Dah bolak-balik kok blm update ya, tp pake HP suami. Mau komen rada ribet jd dak komen deh. 😍😍(tp komen nya cuma lanjut supaya semangat update😅😅 ya)

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam