Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 14 - 3

Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 14 - 3

Puas menusuknya, Seung Ho menyapanya sok akrab. Apa Jeong Hoon ingat tempat ini? Dia tidak bisa memikirkan tempat yang lebih baik untuk tugas terakhirnya.


"Di sinilah Seo Yeon dan aku akan memulai cinta kami." Ujar si gila Seung Ho.

Polisi tiba saat itu, tapi mereka terhalang pintu yang dikunci Seung Ho secara diam-diam saat Jeong Hoon masuk tadi. Seung Ho jadi semakin bertekad untuk mengakhiri segalanya sekarang juga. Dia ingin segera bertemu Seo Yeon.

"Ingat baik-baik. Orang yang akan berada di sisinya adalah aku dan bukan kau!" Seung Ho sontak berusaha menusuknya lagi, tapi Jeong Hoon berusaha keras menahannya.

Dan untung saja polisi akhirnya berhasil mendobrak masuk. Seung Ho sontak mengarahkan pisau itu ke lehernya sendiri untuk mengancam mereka agar tidak mendekatinya sambil terus melangkah mundur ke tepi.


"Lee Jeong Hoon, ingatlah. Aku menang. Seo Yeon-ah, aku akan ke sana." Ucap si gila itu sebelum kemudian dia melompat dari gedung.


Setelah beberapa lama menunggu Jeong Hoon yang belum datang juga sampai sekarang, Ha Kyung mencoba mengirim pesan padanya tapi tidak dibalas. Ha Jin curiga, mereka tidak sedang merencanakan apapun kan?

Ha Kyung menyangkal keras. Tapi setelah berpikir ulang, akhirnya dia mengakui kalau dia memang ingin Ha Jin dan Jeong Hoon balikan.

"Saat kau bersamanya, kau tampak tenang seperti dulu. Aku tahu kau tidak ingin putus dengannya. Bukankah kau bahagia bersamanya?"

"Berapa kali harus kukatakan? Aku tidak boleh egois soal ini."

"Kau pikir ini solusi terbaik untuk kalian berdua? Fokuslah pada hal yang paling penting bagimu sekarang. Kurasa itu tindakan yang tepat. Tapi aku tahu aku adalah orang yang penting bagimu."

Tepat saat itu juga, ponselnya Ha Kyung berbunyi dari Jeong Hoon. Tapi dia sengaja membiarkannya biar Ha Jin sendiri yang menjawabnya. Ragu sejenak, tapi akhirnya Ha Jin memantapkan hati untuk menerima telepon itu, tapi malah kaget mendengar mendengar yang meneleponnya adalah polisi.



Mereka pun bergegas ke rumah sakit dan diberitahu polisi bahwa Jeong Hoon masih dioperasi. Ini terjadi saat Jeong Hoon berusaha menangkap Seung Ho.

Setelah beberapa lama, operasinya akhirnya selesai dan syukurlah Jeong Hoon selamat. Ha Jin lega. Malah saat Jeong Hoon terbangun tak lama kemudian dan melihat Ha Jin di sisinya, dia langsung nge-gombal.

"Apa aku lagi mimpi? Kau bersamaku dan memegang tanganku."

"Bisa-bisanya kau membuat lelucon. Kau membuatku takut."

"Kurasa aku tidak bermimpi karena kau tampak sangat marah."

"Aku tidak marah. Aku meninggikan suaraku karena senang."

"Maaf sudah membuatmu ketakutan dan menunggu."

"Kau bilang kau akan jadi orang jahat. Orang jahat tidak akan meminta maaf sesering ini."

Ha Jin mau memanggil dokter untuk memeriksanya, tapi Jeong Hoon dengan cepat menariknya kembali. "Hanya kau yang paling kubutuhkan sekarang."

Tak lama kemudian, Ha Jin akhirnya memutuskan untuk bermalam di rumah sakit menemani Jeong Hoon dan menyuruh Ha Kyung mengambilkan baju ganti untuknya.


Jeong Hoon lalu mendatangi ruang ICU di mana Seung Ho ternyata masih hidup tapi dalam keadaan lumpuh total. Dan Jeong Hoon benar-benar mensyukurinya.

"Kau tidak bisa melarikan diri. Sebelum kau membayar semua kejahatanmu, jangan pernah berpikir untuk mati."


Saat Ha Jin kembali, dia malah mendapati Jeong Hoon tak ada di kamarnya. Jelas saja dia langsung cemas mencarinya dan menemukannya sedang duduk di rooftop. Sedang apa Jeong Hoon di sini?

"Aku cuma cari udara segar, di dalam sumpek."

"Meski begitu, kau tetap harus di dalam ruangan. Ayo masuk."

Tapi Jeong Hoon hanya diam menatapnya. Ha Jin akhirnya menyerah dan duduk di sampingnya, kenapa Jeong Hoon menatapnya terus?

"Bisakah kau menerimanya saja sekarang? Lagipula kau tidak akan bisa mengubah keinginanku."

"Kita bicara di dalam saja. Di sini dingin, kau tidak boleh masuk angin."

"Aku akan masuk setelah kau menjawabku."

"Kurasa aku belum bisa melakukannya. Tapi saat aku berpikir tidak bisa bertemu denganmu lagi, aku lebih takut membuat kesalahan yang sama dan menderita karenanya seumur hidupku. Ini pasti lebih sulit bagimu. Tapi kau tetap mengumpulkan keberanian untukku. Kau menang."

Jeong Hoon senang dan langsung membelai sayang rambut Ha Jin lalu menggenggam erat tangannya sambil menatapnya dengan penuh cinta.


Tak lama kemudian, mereka akhirnya masuk kembali. Jeong Hoon menyuruh Ha Jin pulang saja, tapi Ha Jin ngotot mau tetap di sini. Kalau dia pergi, takutnya Jeong Hoon akan jalan-jalan lagi. Jadi Ha Jin mau mengawasi Jeong Hoon semalaman.

"Aku akan tetap di kamar, jangan khawatir. Pulanglah sekarang, ini sudah larut."

"Tidak mau. Aku tidak bisa karena itu membuatku cemas."

"Tapi di sini tidak ada tempat untuk tidur, ini tidak akan nyaman untukmu."

"Dokter bilang kau perlu istirahat biar cepat pulih. Berbaringlah."

Jeong Hoon menurutinya tapi Ha Jin malah menatapnya terus, sepertinya dia tidak akan bisa tidur kalau ditatap terus seperti ini. Tapi dia akan tidur kalau Ha Jin menjawab pertanyaannya.

"Apa kau merindukanku? Aku sangat merindukanmu."


Jelas-jelas dia juga merindukan Jeong Hoon, tapi Ha Jin menolak menjawab, pertanyaan berikutnya saja. Baiklah, apa Ha Jin membaca semua pesan yang dia kirimkan sebelum mengabaikannya? Yang itu juga Ha Jin menolak menjawab, tidur saja.

Dia bahkan langsung menutup mata Jeong Hoon biar Jeong Hoon cepat tidur, tapi Jeong Hoon malah tambah melotot. Pfft! So cute.


Reporter Park dibebaskan dengan cepat karena walaupun dia membuntuti dan memotreti Ha Jin secara diam-diam, tapi hakim menerima argumennya bahwa dia melakukan itu karena dihasut oleh Sutradara Ji dan tidak tahu bahwa foto-fotonya digunakan untuk melakukan kejahatan.


Il Kwon dan Ha Kyung bertemu di cafe sambil membicarakan masalah penikamannya Jeong Hoon. Mengalihkan topik, Il Kwon masih penasaran dengan game tanya-jawab yang mereka mainkan beberapa hari yang lalu.

Ha Kyung belum menjawab pertanyaannya soalnya, berapa banyak pria yang pernah Ha Kyung pacari sebelum dia? Ha Kyung sontak canggung mendengarnya, dia akan jawab kalau Il Kwon menjawabnya duluan.

Oke, mereka pun sepakat untuk menjawab barengan. Tapi jawabannya tidak sama, Ha Kyung menjawab tidak banyak, sedangkan Il Kwon menjawab banyak. Hah? Mantannya banyak? Ha Kyung mendadak emosi, berapa banyak wanita yang pernah Il Kwon pacari?

"Sekitar 4 atau 5," jawab Il Kwon takut-takut.

"Apa maksudmu? Aku yakin lebih dari 5, apa lebih dari 10?!"

"Enggak. Serius. Berapa banyak pria yang pernah kau pacari?"


Ha Kyung mendadak canggung dan memalingkan muka, nggak banyak. Il Kwon jadi tambah penasaran dan terus menuntut jumlah pastinya, jangan bilang kalau dia pacar pertama Ha Kyung?

Ha Kyung malah tambah canggung mendengarnya. Il Kwon tercengang, jadi dia beneran pacar pertama Ha Kyung? Ha Kyung menyangkal keras dengan muka ngambek, tidak usah membicarakan masalah ini lagi!

Il Kwon gemas banget sama dia. "Kau manis sekali. Baiklah, itu sudah berlalu. Mari kita lupakan saja. Yang penting adalah saat ini."


Sementara itu di rumah sakit, Jeong Hoon sedang gugup gara-gara Ha Jin ngotot membantunya cukuran. Tapi ternyata Ha Jin benar-benar bisa melakukannya dengan benar dan lancar tanpa melukainya.


Tuan Yoo ternyata tetap nekat memublikasikan bukunya. Bahkan PD Kim memiliki copy buku itu sekarang dan membawanya ke Direktur Choi. Dia penasaran dengan orang yang ditulis dalam buku ini karena penggambaran orang itu mirip banget sama Jeong Hoon.

Direktur Choi tegang seketika, tapi dia berusaha menutupinya dengan pura-pura tak tahu dan membela Jeong Hoon. Sudahlah, berhentilah penasaran tentang orang ini dan fokus saja menyiapkan berita, pergi sana! Tapi... tinggalin buku itu di sini, dia mau baca.


Hari ini Jeong Hoon akhirnya kembali ke kantor sambil menelepon Ha Jin. Ha Jin masih cemas dan langsung cerewet mengingatkan Jeong Hoon untuk tidak bekerja terlalu keras, jangan membawa barang-barang yang berat atau melakukan hal yang sulit.

"Baiklah. Rasanya menyenangkan."

"Apanya?"

"Kau mengkhawatirkanku."

"Aku akan sering khawatir mulai sekarang. Bersiaplah."

"Aku menantikannya."


Tapi begitu masuk ke lobi kantor, Jeong Hoon tiba-tiba saja diserbu puluhan wartawan yang penasaran apakah dia sosok pewarta penderita hipertemia yang disebut di dalam buku itu.

Parahnya lagi, Reporter Park mendadak muncul dengan muka sombongnya dan mengklaim kalau dia punya berita besar. Jeong Hoon sontak menatapnya dengan penasaran sekaligus cemas.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments