Sinopsis Akkanee's Heart Episode 4 - 2

 Sinopsis Akkanee's Heart Episode 4 - 2

Kraipop dan kedua anak buahnya Sila kaget mendengar Sila kalah main sampai 500 ribu baht. Tapi Kraipop meyakinkannya untuk tidak khawatir, kalau Sila ingin pinjam uang, dia akan membawa Sila untuk bicara langsung pada bos tempat itu. Tapi Sila harus cepat-cepat, soalnya si bos mau pergi ke luar negeri cukup lama.


Dia menyarankan sebaiknya Sila cepat-cepat memperjelas masalah ini. Jika tidak, takutnya si tukang tagih hutang akan melakukan sesuatu padanya. Sila jadi ketakutan.

Pisarn berniat menyuruh Sila untuk menangani masalah penjualan tanah sendiri. Tapi Sila menolak dan memberitahu ayahnya kalau dia harus pergi ke Bangkok. Pisarn jelas heran, ngapain Sila pergi ke Bangkok? Dumb and Dumber santai saja menjawab jujur bahwa Sila mau pergi menemui si Bos untuk memperjelas masalah hutang.

Jelas saja Sila langsung menendang mereka dengan kesal. Kraipop buru-buru beralasan bahwa dia akan membawa Sila ke Bangkok sebagai investor dan pergi ke bank bersamanya untuk menunda waktu memulai pembangunan resort.

Tapi Pisarn tidak bisa karena hari ini dia ada janji temu dengan para mahasiswa agrikultur. Tidak masalah, Kraipop meyakinkan bahwa pengacaranya akan mengurus segalanya. Yang perlu Pisarn lakukan hanyalah menandatangani surat kuasa pengacara dan memberikan akta tanahnya.


Surat yang mereka berikan itu masih kosong, dan jelas Pisarn ragu untuk menandatanganinya. Maka Kraipop langsung berakting seolah dia sakit hati karena Pisarn tidak mempercayainya. Yah sudah kalau Pisarn tidak percaya, kalau begitu Sila tidak perlu pergi dengannya.

Pisarn jadi tak enak hati dan menyangkalnya. Dia sudah menganggap Kraipop seperti anaknya sendiri, jadi tentu saja dia mempercayai Kraipop. Dia bahkan langsung menandatangani surat itu tanpa ragu tanpa sedikitpun menyadari wajah licik Kraipop.


Capek menunggu Fai yang belum muncul juga, Milk akhirnya duduk di lobi dan tak sengaja menduduki sebuah tas warna pink. Milk ingat tas itu, sepertinya ini tasnya si pria yang bertubrukan dengannya di bandara.

Penasaran, dia langsung mengecek dalamnya dan mendapati isinya bikini warna pink. Jelas ini memang tasnya tuh cowok.

"Itu milikku," ujar Pruek yang mendadak muncul bersama si bule.

Milk jadi canggung, tadi dia lihat tas ini tergeletak di sini, nih dia kembalikan. Permisi yah. Milk yakin kalau Pruek pasti mau menunjukkan benda itu pada pacar bulenya. Duh, segitunya.


Sayangnya Milk pergi terlalu terburu-buru dan tidak melihat Pruek memberikan benda itu ke Pemai, itu hadiah pernikahan darinya untuk Pemai. Si bule itu ternyata seorang arsitek yang dia pekerjakan untuk mendesain taman di vila barunya.


Fai berusaha mengejar Jeed sampai ke kamarnya, tapi Jeed dengan cepat menutup dan mengunci pintunya. Fai pantang menyerah dan terus berusaha meminta Jeed untuk keluar dan bicara dengannya. Dia janji atas nama keluarganya, dia tidak akan melakukan apapun pada Jeed.

"Aku minta maaf atas apa yang kulakukan tadi. Aku tidak akan melakukannya lagi. Buka pintunya, Jeed! Jeed, ada sesuatu yang ingin kukatakan sejujurnya padamu. Perasaanku, kebenaran yang ada di dalam hatiku."

Dia benar-benar tulus hingga Jeed mulai luluh hingga menempelkan telinganya ke pintu, menantikan apa yang hendak diucapkan Fai. Dia bahkan hampir saja membuka pintu. Tapi bahkan sebelum Fai sempat mengucap apapun, Milk mendadak datang dan mengeluh manja karena Fai membuatnya lama menunggu tadi.

Melihat Fai dalam keadaan basah kuyup kayak begini, Milk jadi tambah gemas sama dia. Fai jadi kelihatan tambah s~~si, tampan, dan menggoda. Dia bahkan berusaha memeluk Fai, tapi Fai sontak mendorongnya.

Tapi alih-alih mengusirnya, Fai malah menarik Milk ke dalam kamarnya yang jelas saja membuat Milk antusias dan Jeed salah paham.


Padahal di dalam kamar, Fai cuma melamun sedih. Tapi lama-lama dia sebal sama Milk yang katanya cuma mau numpang ke toilet, tapi malah berusaha menggodanya.

Milk tidak mau keluar? Yah sudah, Fai saja yang keluar. Milk akhirnya menyerah dan setuju untuk balik ke kamarnya, tapi... Fai tetap ganteng dan hot biarpun lagi marah.

"Milk, kumohon kembalilah ke kamarmu dan tetaplah di sana sampai..."

"Sampai kau datang, kan? Oke! Aku akan menunggumu tak peduli sampai berapa lama. Jangan khawatir, aku pasti akan menunggumu! Sampai jumpa di kamarku. Bye, muah!" Ujar Milk kepedean lalu pergi.


Di luar, Milk lagi-lagi berpapasan dengan Pruek yang membawa gaun wanita (gaunnya Jee). Pruek memberitahu kalau ini gaun milik temannya soalnya malam ini mereka akan pesta.

Milk mengiyakannya saja, tapi sebenarnya dia tak percaya. Apalagi melihat wajah sumringah Pruek. Itu pasti punya pacarnya (cowok). Tapi bagaimana bisa si bule itu pakai gaun itu, tubuhnya kan kekar? Atau jangan-jangan... Pruek sendiri yang mau memakainya? (Pfft!) Sayang sekali, ganteng-ganteng h~~o.


Fai akhirnya menelepon Lom dan memberitahu kalau semalam dia tidur di sebelahnya Jeed. Lom sontak antusias mendengarnya, mereka tidur di kamarnya siapa? Apa mereka tidur seranjang? Pakai baju atau tidak? Katakan semuanya!

Masalahnya Fai tidak ingat apa-apa. Dia cuma ingat sampai saat dia dan Jeed sama-sama sakit perut gara-gara mabuk malam itu. Setelah itu dia pingsan lalu waktu bangun tidur, dia mendapati dirinya tidur di sampingnya Jeed.

"Jadi, apa kau memper~~sa Jeed? Terus Jeed bilang apa?"

"Dia marah banget. Sebelumnya dia sudah membenciku dan sekarang dia semakin membenciku. Aku harus gimana? Pikiranku buntu rasanya."

"Begini saja. Apa kau mencintai Jeed?"

Fai tidak bisa menjawab. Maka Lom menasehatinya untuk menanyakan dan memastikan itu pada dirinya sendiri. Jika Fai benar-benar mencintai Jeed, maka dia harus menemukan cara untuk menyatakan cintanya sebelum dia pulang. Jika tidak, maka segalanya akan menjadi jauh lebih sulit. Fai sendiri tahu apa alasannya.

Fai mendadak bersemangat. "Benar. Memang harus sekarang, di sini, sebelum segalanya terlalu terlambat. Makasih yah, Playboy!"


Dengan semangat barunya itu, Fai berniat mengetuk kamarnya Jeed... tepat saat Pruek keluar dari kamar itu bersama Jeed. Fai jelas cemburu dan salah paham, apalagi Jeed sengaja sok mesra dengan menggandeng tangan Pruek dan mengeluh manja meminta Pruek untuk tinggal lebih lama dengannya.

Pruek setuju dan mereka pun masuk kembali, dan Jeed cepat-cepat mengunci pintunya. Kesal tapi tak ada yang bisa dilakukannya, Fai akhirnya balik ke kamarnya.

Tapi kemudian Pruek melihat Jeed cuma melamun, dia jadi cemas, apa ada sesuatu yang mengganggu Jeed? Katakan saja, dia akan mendengarkan kok. Jeed menyangkal dengan canggung, dia cuma ingin berterima karena Pruek sudah membantunya mengambil gaunnya dari laundry.

"Kau kan sudah berterima kasih padaku."

"Oh, iya. Kalau begitu, ayo minum kopi bersamaku."


Lom stres mendengar Fai malah membiarkan Jeed masuk kamar dengan Pruek. Bagaimana kalau pria itu ternyata bukan g~y? Apa yang akan Fai lakukan? Din yang mendengar percakapan mereka, sontak merebut ponselnya Lom dan menyuruh Fai untuk menjauhkan Jeed dari pria itu sesegera mungkin. Tapi gimana caranya? Din mendadak punya ide, pria itu pemilik hotel kan?

Entah apa rencana Din dan Lom, Fai kurang setuju sebenarnya. Rencana itu kedengarannya agak bodoh, tapi baiklah, dia memutuskan untuk mempercayai mereka kali ini.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments