Fai dan Jeed akhirnya sama-sama membuka mata dan sontak saling menjauh dengan heboh dan sama-sama bingung bagaimana bisa Fai tidur di kamarnya Jeed.
Jeed sontak mengusirnya sambil menabokinya dengan bantal tapi tiba-tiba Fai melihat celananya Jeed yang berwarna merah, apaan tuh? Kayak darah?
Jelas saja Jeed seketika salah paham mengira Fai semalam memper~~sanya dan jadi tambah ganas menaboki Fai. Fai berusaha membela diri dan menduga kalau itu cuma darah bulanannya Jeed saja. Tapi Jeed yakin tidak karena dia baru selesai dua hari yang lalu.
"Dasar bejat! Teganya kau melakukan ini padaku! Dasar oportunis!"
Fai tak percaya dan terus berusaha membela diri, tapi tiba-tiba saja dia terjatuh dari ranjang dan Jeed jadi tambah heboh melihatnya cuma pakai kolor. Jeed jadi semakin yakin dengan tuduhannya, itu buktinya! Berani sekali dia membantah! Jeed sontak menendang Fai keluar dari kamarnya dan menangis.
Fai panik berusaha meminta Jeed untuk membuka pintu agar mereka mendikusikan masalah ini baik-baik. Tapi Jeed tidak mau dengar dan tidak mau berdiskusi apapun.
"Aku tidak mau mendengar suaramu ataupun melihat wajahmu! Kau dengar itu?!"
Fai pantang menyerah dan terus berusaha menggedor pintunya Jeed. Tapi Jeed terlalu sedih untuk mendengarnya. Baiklah, Fai akhirnya menyerah. Tidak masalah kalau Jeed tidak siap untuk membicarakannya sekarang. Mereka bisa mendiskusikannya kapan saja Jeed merasa siap. Jangan lupa kalau dia tinggal di kamar sebelah. Fai akhirnya kembali ke kamarnya, sementara Jeed hanya bisa menangis sedih.
Sesampainya di hotel, Milk melihat Pruek check-in bersama si bule lalu cepat-cepat membawa si bule ke kamarnya sambil merangkul bahunya.
"Mungkin dia sudah tidak tahan lagi makanya dia cepat-cepat membawa (si bule) ke kamarnya. Padahal cakep loh, sayang sekali."
Dia sendiri tidak check-in di kamar manapun, malah menanyakan kamarnya Fai pada resepsionis, jelas-jelas ingin tinggal sekamar dengan Fai.
Fai sedang galau, heran dengan kejadian ini, apa mungkin dia seberani itu untuk melakukan jahat semacam itu? Tiba-tiba pintunya diketuk, Fai sudah senang saja mengira Jeed yang datang, tapi malah harus kecewa saat dia membuka pintu dan melihat Milk yang datang.
Milk langsung agresif memeluk dan menciumi pipinya berkali-kali. Fai jelas heran, dari mana Milk tahu kalau dia ada di sini? Gampang saja, Milk hanya perlu menggunakan keahlian merayunya yang sudah dia miliki sejak lahir.
"Apa Lom? Dia biasanya selalu menyerah pada cewek."
"Tidak. Tapi Khun Din."
Dalam flashback, Milk ternyata berhasil mengorek informasi dari Din dengan cara melakukan sesuatu yang paling Din sukai, sesuatu yang membuat Din merasakan nikmat yang luar biasa... yaitu mengorek kuping. Wkwkwk!
Fai sebal, itu memang kelemahannya Din. Dia selalu suka kupingnya dikorek sama ibu mereka sejak masih kecil. Milk langsung memeluknya dan memberitahu Fai tentang betapa kangennya dia sama Fai sampai tidak bisa tidur. Tapi kali ini dia pasti bakalan tidur nyenyak.
Fai sontak mendorongnya dan menegaskan bahwa Milk harus tidur di kamar lain. Milk tidak mau dan langsung memeluk Fai, berusaha membujuk Fai untuk membiarkannya tidur sekamar dengannya, kan bisa lebih hemat. Dia jauh-jauh terbang kemari hanya demi bisa tinggal berduaan dengan Fai loh.
Fai tetap keukeuh dengan keputusannya, dia akan membayari kamarnya Milk dan akan menyuruh seseorang untuk tinggal berduaan dengan Milk, oke? Milk langsung ngambek. Err... tapi cuma tahan beberapa detik saja. Ujung-ujungnya dia tidak tahan dengan pesona wajah gantengnya Fai dan akhirnya setuju untuk pisah kamar.
Jeed dalam perjalanan keluar saat Milk melihatnya dan sontak melabraknya. Fakta kalau Jeed tinggal di hotel yang sama dengan Fai, membuat Milk jadi semakin yakin kalau Jeed mengikuti Fai dan mau merebut Fai darinya. Ngaku aja deh!
Jeed kesal. "Ada dua fakta di sini. Jika aku tidak mengikutinya, maka dialah yang mengikutiku."
Milk tak percaya. Fai tidak mungkin mengikuti Jeed. Dia bahkan berbohong kalau dia datang karena ditelepon Fai yang menyuruhnya datang kemari dan mengiriminya tiket pesawat.
Kalau Fai mengikuti Jeed, maka tidak mungkin Fai menelepon. Fai bahkan bilang bahwa tempat ini sangat membosankan dan menyebalkan. Fai meneleponnya tengah malam kemarin dan bilang kalau Fai sangat-sangat-sangat merindukannya.
Jeed sedih mendengar itu dan bergegas pergi. Mungkin dia berpikir kalau Fai menelepon Milk setelah melakukan itu padanya. Jeed yakin kalau Fai pasti melakukan itu untuk menyakitinya sekaligus menghancurkan Posawat.
BRAK! Jeed sontak menggebrak meja dengan penuh amarah. Yai dan Pemai sampai kaget dibuatnya. Apa Jeed baik-baik saja? Dia tampak buruk hari ini. Canggung, Jeed beralasan kalau dia cuma kecapekan.
"Kalau kau capek, maka kau harus makan ini, sup udang." Ujar Pruek yang datang membawakan semangkok sup udang untuk Jeed.
Bahkan saat Jeed diam saja, Pruek dengan manisnya menyuapi Jeed tepat saat Fai baru datang dan langsung cemburu melihat pemandangan itu. Dia langsung menuntut untuk bicara berdua dengan Jeed.
Tapi Jeed masih terus berusaha menghindarinya. Dia beralasan sakit kepala dan bergegas pergi. Pruek yang cemas, juga langsung beranjak pergi untuk mengambilkan obat untuk Jeed. Milk mendadak datang saat itu langsung memeluk Fai dengan heboh.
Fai jadi tidak selera dengan sarapannya. Yai menduga kalau Fai pasti kecapekan juga. Pemai rasa tidak, Fai lebih kelihatan seperti... pria yang sedang patah hati.
Fai diam saja, malah Milk yang heboh menyangkal dugaan Pemai. Fai tidak mungkin patah hati... karena Fai punya dia di sisinya, jadi Fai tidak mungkin patah hati.
Tidak tahan lagi, Fai bergegas pamit. Pemai buru-buru tanya apakah Fai tidak mau ikut berenang bersama mereka? Milk langsung menyatakan mau ikut dan berusaha membujuk Fai untuk ikutan juga. Dia baru beli swimsuit baru yang ingin dia tunjukkan pada Fai loh.
"Tidak, terima kasih. Aku malas. Nggak mood." Tolak Fai.
"Yah sudah, tidak masalah kalau groomsman tidak mau ikut, setidaknya bridesmaid dan Khun Pruek akan ikut." Ujar Pemai. Dan ucapannya itu sukses menarik perhatian Fai.
Tak lama kemudian, Fai mendapati Jeed tengah melamun sedih di pinggir kolam. Berusaha bersikap normal. dia menyapa Jeed dengan sinis seperti biasanya, menuduh Jeed datang lebih cepat biar bisa menunjukkan swimsuit-nya pada Pruek.
Kesal, Jeed berniat menghindarinya. Fai sontak menariknya dan mengingatkan Jeed bahwa biarpun Jeed bisa lari darinya, tapi Jeed tidak akan bisa lari dari kenyataan.
"Kebenaran bahwa kau adalah MILIKKU!"
Tercengang, Jeed sontak mendorongnya dan PLAK! Menampar wajahnya. "Apa kau senang atau puas setelah menyebabkan aib bagiku dan keluargaku? Tak pernah kusangka kalau kau sedendam itu pada Posawat dan menggunakan cara kotor semacam itu untuk menyakiti kami."
"Jeed, aku tidak sengaja melakukannya."
"Aku tahu kau tidak sengaja melakukannya. Bagaimana mungkin karena kau bahkan tidak mencintaiku. Orang yang kau cintai adalah orang yang kau hubungi untuk tidur sekamar denganmu."
Fai bingung, "siapa yang kau maksud? Milk?"
"Kau memanfaatkanku, dan sekarang kau membawa wanitamu kemari untuk menertawaiku. Karena kau ingin menyakitiku. Jangan mimpi! Milikku yang telah hilang, akan kuanggap sebagai amal untuk Adisuan. Aku tidak akan pernah terluka karenamu atau karena wanitamu. Karena aku tidak mencintaimu! Dan aku tidak akan pernah mencintaimu, Khun Akkanee!"
Fai kesal, Jeed tidak mencintainya? Tapi Fai bersumpah akan menghalalkan segara cara untuk membuat Jeed mencintainya. Dia bahkan langsung berusaha menciumnya paksa. Jeed sontak panik dan berusaha mendorongnya, dan jadilah mereka bergulat... hingga akhirnya mereka sama-sama terjatuh ke kolam.
Dan mereka terus bergulat dengan seru di dalam air hingga Fai berhasil mencium paksa Jeed. Jeed sontak mendorongnya dan cepat-cepat keluar dari kolam dan PLAK! Menampar Fai.
"Jangan pernah melakukan hal seperti itu pada orang yang tidak kau cintai. Ingat itu!" Kesal Jeed lalu pergi.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam