Pertarungan Bai Qi dan Yang Jian tertunda berkat seorang ibu dan anak yang naik lift bersama mereka. Si anak kecil menatap kedua pria itu bolak-balik dengan penasaran seolah hendak memilih di antara mereka berdua... sebelum kemudian memutuskan untuk memberikan permen lolipopnya pada Bai Qi. Bai Qi senang dan menerimanya dengan ramah.
Baru setelah mereka keluar dari gedung, Yang Jian mengonfrontasi Bai Qi dan tanya dari mana Bai Qi mendapatkan gelang itu. Bai Qi menolak menjawab, maka Yang Jian sontak menggunakan kekuatannya pada Bai Qi. Tapi aneh, Bai Qi santai-santai saja dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadapnya.
Jadilah kedua pria itu bertarung lagi dengan sengit. Tapi tetap saja Bai Qi lebih kuat dan lagi-lagi mengalahkan Yang Jian dengan cepat.
Dia mencoba berbaik hati memberikan lolipopnya untuk Yang Jian, tapi Yang Jian sinis menuduh Bai Qi melakukan ini untuk menghinanya. Maka Bai Qi akhirnya membuka lolipop itu dan memakannya sendiri... lalu melempar bungkusnya ke Yang Jian.
"Ini baru penghinaan," ucapnya lalu pergi.
Tapi di tengah jalan menuju rumahnya Lin Xia, A Li malah melihat Yang Jian tengah membuntuti mereka pakai sepeda. Kesal, Bai Qi menyuruh A Li untuk beralih ke supermarket terdekat.
Di sana, Bai Qi dengan sengaja memancing Yang Jian ke sana-kemari melalui berbagai rak-rak barang, sementara A Li dengan sengaja bikin perkara dengan menjatuhkan barang-barang untuk mengalihkan perhatian Yang Jian lalu diam-diam menyelipkan sebuah barang di sela tasnya Yang Jian.
Terang saja alarm langsung berbunyi begitu dia keluar dan para satpam langsung mencegatnya, mengira dia pencuri. Yang Jian yang tidak mengerti apa-apa, langsung melawan dan melepaskan diri dari mereka sehingga membuat barang itu terjatuh, sebuah cd wanita yang kontan membuat para ibu-ibu di sana heboh menuduhnya pria me~~m dan tidak tahu malu.
Wang Jia sampai harus datang ke sana untuk menyelamatkannya, dan beralasan para satpam bahwa Yang Jian itu keluarganya yang menderita kelainan mental biar masalahnya cepat selesai.
Wang Jia benar-benar gregetan sama dia, kalau saja dia tidak datang, Yang JIan pasti akan menghipnotis semua orang kan? Yang Jian menegaskan kalau ini gara-gara seorang roh yang memfitnahnya.
Dia mengajak Wang Jia untuk pergi bersamanya mencari si roh itu, tapi Wang Jia menolak. Dia sudah mundur selama bertahun-tahun, dia bahkan sudah kehilangan gelangnya. Yang Jian tetap bersikeras mau mencari roh itu.
"Kau pikir mereka akan menunggumu di rumah?" Sinis Wang Jia.
Yang paling penting saat ini adalah Yang Jian harus beradaptasi dengan masyarakat dunia modern. Lihatlah penampilannya ini, dia bahkan tidak tahu cara berkomunikasi zaman sekarang. Pada akhirnya Yang Jian pasti akan mengekspos rahasia klan mereka. Prajurit Langit macam apa dia?
Begini saja, Wang Jia akan membawanya ke suatu tempat, sebuah tempat kursus yang bisa mengajari Yang Jian cara menjadi pria pintar. Mereka harus membuat rencana jangka panjang untuk kebangkitan Prajurit Langit. Kembali ke planet asal mereka sekarang ini bergantung pada Yang Jian.
Lin Xia bertemu seorang nenek kenalannya yang menyapanya akrab sebagai superstar. Tepat saat itu juga, ada 3 orang pria yang sepertinya preman dan mendengar pembicaraan Lin Xia dan nenek tentang penampilan Lin Xia di TV. Cucu-cucu nenek bahkan langsung minta tanda tangan sama Lin Xia.
Maka para preman itu langsung saja mendekatinya dan pura-pura nge-fans sama dia, bahkan minta tanda tangannya. Lin Xia jadi malu dan langsung saja menandatangani namanya di tangan salah satu preman.
Si preman penasaran setelah membaca namanya, apakah dia bersaudara dengan Lin Jian Nan? Lin Xia mulai heran mendengar mereka mengetahui nama ayahnya.
Saat dia kembali ke rumahnya, dia malah mendapati tembok rumahnya penuh dengan foto-foto ayahnya dan coretan penghinaan dan tuntutan untuk mengembalikan hutang. Dan ketiga preman itu ternyata rentenir yang mau menagih hutang.
Lin Xia tidak terima, yang berhutang ayahnya, cari saja ayahnya, ngapain mereka merusak rumahnya? Para preman itu kesal, di mana mereka bisa mencari ayahnya? Lin Xia putrinya, jadi Lin Xia harus bertanggung jawab. Mereka bahkan langsung menunjukkan surat hutang ayahnya Lin Xia yang jumlahnya cukup besar.
Baiklah, Lin Xia akan berusaha mengumpulkan uang untuk membayarnya kembali. Tapi para preman itu tidak mau menunggu, mereka hanya akan memberi Lin Xia waktu 3 hari.
"Dari mana aku bisa dapat uang dalam waktu 3 hari?!"
Para preman itu santai saja menyuruh Lin Xia untuk menjual dirinya pada sembarang pria. Dan kalau dia benar-benar tidak punya uang, lalu kenapa dia malah pakai kalung?
Salah satu preman hendak menyentuh kalungnya, tapi Lin Xia sontak menggunakan ilmu bela dirinya untuk menghajar dan memelintir si preman. Keadaan tambah kacau balau saat Nenek tetangga mendadak muncul dan berusaha menyelamatkan Lin Xia dengan memukuli mereka pakai sapu.
Si preman sontak mendorong Nenek lalu menyiram Lin Xia dengan cat merah sebelum kemudian pergi sembari memperingatkan Lin Xia untuk bayar hutangnya dalam waktu 3 hari.
Lin Xia sontak mencopot semua kertas-kertas itu dari tembok rumahnya. Dia benar-benar kesal pada ayahnya. Parahnya lagi, dia bahkan kesulitan melepaskan foto-foto ayahnya... saat tiba-tiba saja Bai Qi yang sedari tadi menyaksikan segalanya dari belakang tanpa membantu Lin Xia, akhirnya muncul untuk membantu Lin Xia melepaskan foto-foto ayahnya itu.
"Dengan keahlianmu, kau bisa memberi mereka pelajaran dengan mudah, tapi kenapa kau tidak membalas?"
"Membalas? Jika bukan karena mereka, aku tidak akan pernah tahu kalau ayahku masih hidup. Lagipula, hutang memang wajib dilunasi. Tapi aku tidak mampu membayarnya. Makanya mereka melampiaskan amarah mereka."
"Lalu bagaimana dengan catnya?"
"Tidak masalah, aku sudah terbiasa." Ucap Lin Xia pura-pura kuat. Padahal begitu semua orang pergi, dia langsung menangis.
Tapi Bai Qi tidak pergi meninggalkannya begitu saja, dia justru pergi untuk membantu Lin Xia balas dendam dan mengancam akan mengubur para begundal itu hidup-hidup hingga akhirnya ketiga preman itu menyerah juga.
Tak lama kemudian, ketiga preman itu kembali ke rumah Lin Xia dan langsung kompak menyatakan permohonan maaf dan Bai Qi menyerahkan surat-surat hutang itu pada Lin Xia. Dia sudah membayari semua hutang itu.
Lin Xia kaget, "tak kusangka kau sebaik itu. Tapi aku tidak mampu mengembalikannya, kau mau apa?"
A Li mengklaim bahwa bosnya tidak pernah menginginkan pembayaran kembali dari Lin Xia. Tapi Bai Qi mendadak protes menyangkal dan mengingatkan Lin Xia bahwa hutang wajib dibayar.
Sekarang dialah kreditornya Lin Xia. Jika Lin Xia tidak mampu membayar hutangnya, bisa diganti dengan cara lainnya. Lin Xia sontak cemas melindungi dirinya sendiri, cara lain apa? Jangan macam-macam!
"Kenapa juga aku macam-macam denganmu? Apa yang kau pikirkan? Kepedean amat."
"Terus apa maumu?"
"Bantu aku menyirami bungaku."
"Menyirami bunga?"
Oh, A Li mengerti. Lin Xia bisa merawat bunga persik itu. Bai Qi akan membooking kamar di hotel untuk Lin Xia, tugasnya cuma merawat bunganya. Sebelum dia mengetahui cara merawat bunga itu, Lin Xia harus mengikutinya dan A Li sepanjang hari.
Lin Xia heran mendengarnya. "Hei, kakak. Kau pasti salah. Aku bukan budakmu, ngapain juga aku harus menurutimu?"
"Jangan panggil aku 'kakak'. Kalau kau tidak terbiasa memanggilku Bos, maka panggil aku Dr. Bai."
"Nggak mau."
"Terus kau mau memanggilku apa?"
"Aku bisa memanggilmu... Kenapa juga aku harus pindah ke hotel dan meninggalkan rumah besar ini? Kenapa juga aku harus melepaskan karir aktingku hanya untuk merawat bungamu? Apa kau mau menjadikanku sebagai wanita simpanan? (Pfft!) Kau pikir aku ini cewek macam apaan?! Kau benar-benar tidak tahu malu, kotor dan menyebalkan! Cuih!"
Bai Qi jelas kesal dituduh semacam itu, sepertinya otaknya Lin Xia ada masalah dan perlu diperiksakan ke rumah sakit. Mungkin di otaknya ada tumor.
A Li buru-buru menyela sebelum masalah makin runyam dan menyarankan agar Bai Qi menyewa rumahnya Lin Xia saja, kan lantai bawah rumah ini disewakan, lagian kurang pantas menyuruh Lin Xia membuntuti mereka sepanjang hari. Tapi Bai Qi tidak mau tinggal bersama orang barbar kayak Lin Xia.
"Untuk sementara waktu saja. Ini demi bunga persiknya. Lagipula Prajurit Langit tahu kita tinggal di hotel. Tidak mudah untuk menghindarinya. Jadi bagaimana kalau kita pindah dulu kemari?"
Baiklah, Bai Qi pun menyatakan bahwa mereka akan pindah kemari besok. Tapi sebelum itu, rumah ini harus dibersihkan sebersih-bersihnya. Dia tidak mau tinggal di tempat semacam ini.
Lin Xia tidak terima, memangnya apanya yang tidak bagus dari rumahnya? Lagipula dia tidak bilang kalau dia setuju.
Bai Qi santai mengingatkan bahwa hutangnya Lin Xia setara dengan biaya sewa selama 10 tahun lalu menyuruh A Li untuk mengurus surat kontraknya, pokoknya mereka akan pindah kemari besok.
"Merawat bunganya masihlah tugasmu."
"Aku tahu, aku tahu. Itu kan cuma bunga. Aku bisa melakukannya dengan sangat baik. Lihatlah bunga-bunga di rumahku ini."
Di luar, ketiga preman itu masih giat bekerja membersihkan tembok rumahnya Lin Xia. Dan begitu melihat Bai Qi, tiba-tiba saja mereka membungkuk hormat padanya dan kompak memanggilnya 'Kakak' seolah dia bos baru mereka.
Lin Xia bingung hendak menanyakan tentang ketiga preman itu pada Bai Qi. Tapi Bai Qi mendadak tidak tahan melihat secuil cat merah yang masih ada di pipinya Lin Xia dan tiba-tiba saja dia mendekat untuk mengusap cat merah itu dari pipinya.
Tapi perbuatannya itu mengagetkan Lin Xia hingga Lin Xia berjalan mundur dan tak sengaja tersandung timba. Dia hampir saja terjatuh, tapi Bai Qi sigap menangkapnya dalam posisi yang tampak romantis dan membuat wajah mereka jadi sangat dekat.
A Li dan ketiga preman sontak mengalihkan pandangan mereka dengan canggung. Malu, Bai Qi dan Lin Xia pun buru-buru melepaskan diri. Bai Qi menegaskan bahwa dia mengajari ketiga preman itu untuk menjadi manusia yang baik, dan itu tidak ada hubungannya dengan Lin Xia.
Dia langsung pergi setelah itu. Lin Xia benar-benar canggung menghadapi ketiga preman yang menatapnya dengan senyum geli, apalagi mereka sekarang sopan banget memanggilnya kakak seolah dia adalah kakak ipar mereka.
Di hotel, Bai Qi memberitahu Pak Chen tentang kepindahannya ke rumah Lin Xia besok, tapi hanya untuk sementara waktu. Dia juga memberitahu bahwa roh yang kemarin sudah sembuh.
Biarpun mereka pindah, mereka akan tetap melakukan tugas mereka seperti biasanya. Jika mereka bertemu roh, Pak Chen harus menyelidiki informasi roh itu dan kirim padanya melalui email. Begitu sendirian, Bai Qi gelisah memikirkan Lin Xia.
Lin Xia juga susah tidur gara-gara memikirkan masa sewa 10 tahunnya Bai Qi. Tuh orang nyebelin banget. Tapi mendadak dia senyam-senyum sendiri saat teringat Bai Qi mengusap pipinya dan menangkapnya sebelum dia terjatuh.
Baru sadar sedetik kemudian, Lin Xia sontak mengomeli dirinya sendiri. Teringat perintah Bai Qi yang menyuruhnya untuk membersihkan rumah ini, Lin Xia akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malamnya dengan bersih-bersih dan menata rumahnya secantik mungkin. Dia bahkan memutuskan untuk merawat dirinya sebelum menyambut tamunya besok.
Tapi keesokan harinya, Lin Xia mendadak terbangun gara-gara suara-suara ribut di dalam rumahnya. Betapa kagetnya dia melihat beberapa pekerja sedang memindahkan semua barang-barangnya dan menggantinya dengan yang baru, sementara Bai Qi sedang duduk-duduk santai membaca buku di meja kerjanya.
Jelas saja Lin Xia kesal. "Siapa kau berani memindahkan barang-barangku?!"
1 Comments
Lanjut...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam