Sinopsis Akkanee's Heart Episode 2 - 3

Sinopsis Akkanee's Heart Episode 2 - 3

Keluarganya Fai sedang membicarakan insiden siang tadi, tapi Fai sendiri malah sibuk melamun. Lom sampai heran, waktu makan malam tadi juga Fai diam terus. Dia pasti habis ribut sama Jeed, yah? Iya, kan? Ngaku aja deh.


Fai ngotot menyangkal dan beralasan kalau dia cuma mengkhawatirkan Nam yang tinggal jauh dari mereka. Montree heran, mereka bertiga rajin sekali mengirim email untuk Nam, masih kangen?

"Ayah, merindukan Nam itu masalah biasa, yang tidak biasa adalah Fai menunjukkan gejala-gejala tidak biasa." Ujar Din.

Lom setuju. "Dia seperti sangat mengkhawatirkan sesuatu dan ada api membara di dalam hati tapi dia tidak bisa mengatakannya pada orang lain. Dia bahkan tidak bisa bilang pada ayah dan ibu. Ini pasti masalah hati, pasti!"

"Pasti Jeed, aku yakin!"

Fai ngotot menyangkal, dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya hanya untuk memikirkan hal itu. Dia cuma mengkhawatirkan masalah peternakan kok. Belakangan ini peternakan menghadapi banyak masalah, terutama masalah Nong-am.

"Masa di dalam pikiranmu cuma ada sapi dan pekerjaan?" Din tak percaya.

"Tapi di hatimu pasti ada seorang wanita manis bernama Jeed. Hei! Jangan cuma memimpikan dia! Kami malu, tahu!"

 

Malas mempedulikan mereka, Fai langsung pergi. Tapi saat dia tidur, dia memimpikan kejadian tadi saat Jeed hendak meninggalkannya bersama Kraipop. Tapi dalam mimpinya, dia tiba-tiba menyatakan cinta pada Jeed dan Jeed langsung bergaya malu-malu, pura-pura tidak dengar, Fai ngomong apa barusan?

"Aku mencintaimu, Jeeeeeeed!" Teriak Fai dalam tidurnya. Wkwkwk!


Terbangun dari mimpi itu, Fai sontak kesal merutuki Jeed. Dia tidak tahu bahwa pada saat yang bersamaan, Jeed juga memimpikan kejadian tadi. Dia bermimpi memeluk mesra Fai lalu memberitahu Kraipop bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Dan Jeed sontak terbangun dari mimpi itu dengan heboh. Astaga, itu benar-benar mimpi buruk. Gara-gara itu, mereka berdua jadi sama-sama susah tidur.


Keesokan harinya, Milk mengantarkan Fai ke bandara tapi malah tak sengaja bertemu Jeed. Milk penasaran, sedang apa Jeed si sini?

"Kau pikir aku kemari untuk beli somtum (salad pepaya pedas)?" Sinis Jeed.

"Hei, aku tanya baik-baik!"

"Kita sedang di bandara, menurutmu apa yang kulakukan di sini?"

"Kau mau terbang ke mana?"

Jeed tidak menjawab, Milk sontak heboh dan curiga kalau Jeed mau mengikuti Fai. Jeed sinis, Thailand punya 76 provinsi, dia tidak mungkin sesial itu untuk pergi ke tempat yang sama dengan kekasihnya Milk. Dia mendadak punya ide, kalau Milk khawatir, bagaimana kalau Milk ikut pergi biar dia bisa mengawasi Fai?


Ide bagus! Milk langsung semangat mau beli tiket, tapi Fai jelas tidak mau Milk ikut dan langsung menyeretnya menjauh. Milk pantang menyerah dan terus berusaha membujuk Fai dengan gaya manjanya. Tapi Fai tegas menolak, dia bahkan mengancam tidak akan mau lagi bicara sama Milk kalau Milk tidak mau mendengarkannya.

Baiklah, Milk mengalah. Tapi ada syaratnya, Fai harus menyenangkannya dulu. Milk langsung menyodorkan pipinya, menutup mata dan menuntut Fai untuk mengecupnya dulu. Risih, tapi terpaksalah Fai menurutinya dan mengecup singkat pipinya lalu bergegas pergi.


Tapi Milk masih menutup mata, menikmati kebahagiaannya sampai tidak sadar Fai sudah pergi. Tepat saat itu, seorang pria muda lewat di depannya dan heran sendiri melihat Milk.

"Nona, apa kau baik-baik saja? Apa kau butuh bantuan?" Tanya pria itu.

Baru sadar, Milk langsung bingung mencari Fai. Dia langsung mendorong pria itu minggir dan membuat tas yang dibawanya jadi terjatuh. Tak enak hati, Milk membantu memunguti barangnya yang berhamburan dari tas. Tapi yang tak disangkanya, benda itu ternyata swimsuit warna pink ngejreng. Pfft!


Jeed masuk pesawat dan duduk di sebelah seseorang yang sedang sibuk baca koran. Kebetulan, pria yang bawa bikini warna hot pink tadi juga duduk di kursi sebelahnya.

Seorang pramugari membawakan minuman untuk para penumpang, dan orang sebelahnya Jeed mulai melipat korannya yang sontak membuat Jeed kaget karena dia ternyata Fai. Fai pun kaget melihatnya.

"Ngapain kau pergi ke Krabi?" Tuntut Jeed.

"Akulah yang seharusnya menanyakan itu. Kau bilang kalau Thailand punya 76 provinsi, kenapa kau tidak pergi ke tempat lain malah mengikutiku?"

Jeed menyangkal. "Aku ada urusan penting di sana."

Jeed mau pindah tempat duduk saja, tapi Fai dengan sengaja mengejeknya, menuduh Posawat pecundang dan pura-pura menghindari Adisuan. Terprovokasi, Jeed akhirnya membatalkan niatannya dan duduk kembali di sebelahnya Fai. Ngapain juga dia harus menghindari Fai.


Tapi Fai terus saja sengaja cari perkara untuk menggodai Jeed dengan bersendawa keras-keras. Jeed sebal, dasar cowok tidak tahu sopan santun, memalukan!

"Ayah, ibu dan saudara-saudaramu semuanya baik. Apa kau benar-benar seorang Adisuan atau ayah dan ibumu memungutmu dari tong sampah? Kau kelihatan jorok banget."

Kesal, Fai dengan sengaja makan biskuit lalu pura-pura batuk biar biskuitnya tersembur ke muka Jeed lalu pura-pura minta maaf dan mengklaim kalau dia nggak sengaja.

Jeed emosi dibuatnya dan langsung memisuhinya dengan segala macam kata-kata hinaan yang ada di pikirannya. Fai tiba-tiba membungkam mulutnya lalu kentut dan menuduh Jeed-lah yang ngentut.

Kesal, Jeed langsung mencubitnya sekeras-kerasnya dan mengancamnya untuk tidak teriak atau dia akan menuduh Fai melecehkannya. Si pria hot pink itu geli melihat interaksi lucu mereka.


Sesampainya di bandara, Fai melihat Jeed bicara di telepon dengan seseorang yang cemas kalau-kalau Jeed tidak bisa menemukan hotelnya. Fai jadi penasaran dan tanya Jeed mau tinggal di mana.

Jeed kesal, "kesialanku sudah berakhir. Itu urusanku sendiri, akan kutemukan sendiri!"

"Aku tanya bukan karena aku peduli, aku cuma penasaran kau tinggal di mana biar aku tidak perlu tinggal di tempat yang sama." Nyinyir Fai lalu pergi.


Si pria hot pink yang sedari tadi penasaran, langsung menyapa ramah Jeed dan tanya apakah mereka datang untuk liburan? Jeed sontak menyangkal keras, dia tidak mungkin liburan bersama cowok nggak tahu sopan santun macam itu. Mereka cuma kenalan dan sekarang mereka pisah arah.

Pria itu penasaran apakah Jeed sudah dapat hotel? Jeed mengiyakannya, Villa Maroc. Kebetulan sekali, pria itu mengaku kalau dia juga akan menginap di hotel itu. Bagaimana kalau mereka pergi bersama saja? Dia tahu di mana mobil jemputan dari hotel diparkir.

"Namaku Pruek," ujar pria itu memperkenalkan dirinya.

"Aku Ajjima, panggil saja Jeed."

"Khun Jeed, lalu dia siapa?" Tanya Pruek sambil menunjuk Fai yang sedari tadi jelas-jelas sedang berusaha menguping mereka.

"Tidak perlu tahu siapa dia. Lagipula kami tidak akan saling bertemu lagi kok."


Jeed akhirnya pergi bersama Pruek. Fai tampak jelas cemas dan cemburu. Keluar dari bandara, Fai dijemput oleh seorang supir yang langsung mengenalinya. Dia supir dari hotel tempat Pemai menginap dan diminta Pemai untuk menjemput Fai.

Tapi Fai heran, "bagaimana kau bisa tahu namaku Akkanee?"

"Gampang saja. Dia berkata bahwa jika saya bertemu seorang pria tampan dan pintar seperti saya, maka itulah orangnya." (Pfft!)

"Oh, temanku benar-benar sangat bijak. Caramu memuji orang sangat bagus. Aku akan pergi bersamamu. Kau boleh membawaku naik-turun gunung, tidak masalah bagiku."


Supir itu lalu mengantarkan Fai ke sebuah mobil van. Tapi saat dibuka, dia malah mendapati Jeed dan Pruek di dalamnya. Dunia ini selebar daun kelor ternyata. Kebetulan sekali temannya mengundangnya menginap di hotel yang sama dengan mereka.

Dia menyuruh Jeed geser, tapi Jeed menolak. Tidak masalah, Fai langsung saja memaksa duduk di tempatnya dan otomatis membuat Jeed tergeser ke samping. Jeed kesal, di belakang kan banyak kursi kosong, kenapa Fai tidak duduk di sana saja?

"Aku ingin duduk di sini saja. Adisuan suka duduk di depan karena kami adalah pemimpin. Mereka yang suka duduk di belakang adalah para pengikut."


Terprovokasi, Jeed juga tidak mau kalah dan tetap duduk di sampingnya. Fai senang. Pruek tersenyum geli melihat mereka. Di tengah jalan, mobil tiba-tiba oleng dan entah apakah dia sengaja atau tidak, Fai tiba-tiba oleng ke arah Jeed.

Kesal, Jeed hampir saja mau mencolok mata Fai... tapi tangannya membeku seketika saat dia melihat Pruek sedang menatapnya. Dia buru-buru mengalihkan perhatian Pruek ke jalanan sebelum kemudian mencolok mata Fai.


Entah siapa sebenarnya Pruek ini. Sesampainya di hotel, Pruek sepertinya tahu seluk beluk hotel itu, bahkan para pegawai hotel pun mengenalnya dan tampak sangat menghormatinya. Dia lalu cepat-cepat pamit pada mereka.

Fai menduga kalau pria itu pasti VIP di hotel ini. Mata Jeed jeli juga, dia berusaha menyandingkan dirinya dengan seorang pria kelas atas dan elite demi keuntungannya sendiri.

"Yang ada di otakmu itu cuma pikiran-pikiran jahat dan kau pikir kalau semua orang sepertimu. Aku bukan pengemis yang bergantung di sana-sini untuk bertahan hidup. Jika aku bersama seseorang, maka itu karena cinta dan bukan karena uang! Ingat itu!" Kesal Jeed lalu menginjak kaki Fai.


Tepat saat itu juga, Yai keluar. Mereka sontak berpelukan lalu berjalan ke kamarnya Jeed sambil berangkulan bak sepasang kekasih yang kontan membuat Fai cemas dan cemburu.

Tapi saat dia hendak mengejar mereka, dia kehilangan jejak mereka dengan cepat. Tiba-tiba Pemai muncul dari belakangnya lalu mengantarkannya ke kamarnya.

Di kamar masing-masing, Fai dan Jeed sama-sama penasaran ingin bertemu dengan calon-calon pengantinnya Yai dan Pemai. Tapi Yai dan Pemai sama-sama berkata bahwa mereka akan bertemu calon pengantin masing-masing nanti malam.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam