Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 11 - 1

Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 11 - 1

Saat Hae Ryung sudah tenang kembali, dia mendapati Rim sedang membaca di luar. Dia langsung pamit dan berterima kasih. Tapi Rim dengan manisnya meyakinkannya untuk tidak perlu berterima kasih. Hae Ryung hanya menjalankan tugasnya yaitu mencatat kesehariannya, sedangkan dia hanya membaca buku. Tapi...


"Jika kau ingin menangis lagi, kembalilah kemari, pakai saja ruangan itu kapan saja... aku bilang begini karena kau sangat jelek saat berusaha menahan tangis. Kau akan malu kalau ada yang melihat wajahmu itu. Hati-hatilah di jalan, jangan jatuh dan menangis lagi."

Hae Ryung terharu mendengarnya. Rim lalu naik ke kamarnya dengan gaya sok cool. tapi egitu aman di kamarnya, dia mendadak geli sendiri dengan gaya sok coool-nya barusan.

 

Tapi dalam perjalanan kembali ke Kantor Titah Kerajaan, Hae Ryung berpapasan dengan beberapa juru tulis yang terang-terangan meludah dan nyinyir secara tak langsung padanya.


Bahkan sesampainya di kantor, para seniornya sedang kerepotan memanggul beberapa laporan yang seharusnya jadi tugas para juru tulis. Dan begitu mereka melihatnya, mereka sontak marah-marah merutukinya. Hae Ryung benar-benar bingung sekarang. Apa yang terjadi?

"Menurutmu apa? Ini hukuman karena membuat jengkel para juru tulis."

"Hukuman apa?"

Petisi itu sudah beredar di kalangan para juru tulis, makanya semua juru tulis di Kantor Titah Kerajaan minta cuti dan pulang. Dan akibatnya, pekerjaan mereka sekarang jadi berkali-kali lipat. Sepertinya mereka tidak akan bisa pulang.

Hae Ryung tidak mengerti, petisinya kan untuk Kantor Personalia dan tidak ada hubunganna dengan Kantor Titah Kerajaan. Petugas Yang kesal memberitahu Hae Ryung bahwa profesi juru tulis itu adalah profesi yang diwariskan, semua juru tulis itu bersaudara.


Merasa bersalah, Hae Ryung berinisiatif untuk mengambil alih semua tugas juru tulis. Petugas Seong mau membantunya, tapi U Won mendadak menyela dan dengan dinginnya menuntut Hae Ryung untuk bertanggung jawab seorang diri dan menyodorkan lebih banyak pekerjaan padanya.

Magang Heo dan Magang Oh berusaha protes dan minta izin membantu Hae Ryung, tapi U Won tak peduli dan memperingatkan bahwa tak ada seorangpun yang boleh membantu Hae Ryung.


Pada saat yang bersamaan, Rim baru mengetahui permasalahan Hae Ryung dari Kasim Heo. Rim jadi kesal, bukan kesal pada Hae Ryung tapi para juru tulis itu. Biarpun begitu, tidak seharusnya mereka membuat Hae Ryung menangis. Terus apa situasinya sangat buruk sekarang?

Tentu saja, sama seperti bagaimana istana takkan bisa berfungsi tanpa para dayang istana, Kantor Pemerintahan pun takkan bisa berfungsi tanpa juru tulis. Hae Ryung membuat dirinya sendiri dibenci oleh semua juru tulis Kantor Titah Kerajaan.

Dan sudah pasti para seniornya akan melampiaskan kemarahan mereka padanya dan membuatnya bekerja sampai larut malam... hingga pada akhirnya, Hae Ryun akan menyerah dan mengundurkan diri. Kasim Heo menduga, paling lama akan butuh waktu 15 hari bagi Hae Ryung untuk bertahan.


Rim tak yakin. "Dilihat dari sifatnya..."

"Dia takkan mundur semudah itu." Sahut salah satu pelayan.

"Benar kan?"

"Mungkin dia akan dipecat... dalam waktu sepuluh hari."

Pfft! Rim galau. Ujung-ujungnya Kasim Heo dan si pelayan ribut memperdebatkan berapa lama Hae Ryung akan bertahan, mereka bahkan sampai taruhan. Rim kesal mendengar ocehan mereka.


Hae Ryung sama sekali tak mengeluh dan mengerjakan semua tugas itu dengan giat. Magang Heo dan Magang Oh yang kasihan dan berusha diam-diam membantu Hae Ryung, tapi U Won mendadak muncul mencegah mereka.

Bukan cuma menulis berbagai laporan, dia juga harus bersusah payah memanggul dan berjalan ke berbagai kantor untuk menyerahkan laporan-laporan itu. Dia bahkan harus kerja lembur seorang diri sampai terkantuk-kantuk... dan akhirnya ketiduran di atas buku-bukunya sehingga dia tidak mengetahui ada seseorang yang datang saat itu. (Kayaknya Rim deh)


Hae Ryung baru bangun keesokan harinya, tapi malah kaget mendapati semua laporannya, entah bagaimana sudah selesai. Aneh, kapan dia menyelesaikan semua ini?

Magang Heo dan Magang Oh terburu-buru datang saat itu, berniat mau membantu hae Ryung, tapi malah heran sendiri melihat ada tulisan di wajah Hae Ryung: Burung Pipit.

Hae Ryung bingung, siapa yang nulis ini? Apa ada hantu di sini? Apa pula maksudnya Burung Pipit? Iiih! Menakutkan.


Pada saat yang bersamaan, para pelayan di Nokseodang baru saja datang membawakan sarapan untuk Rim, tapi malah mendapati Rim dan Kasim Heo ketiduran dalam sembarang posisi, mereka bahkan belum ganti baju, tampak jelas mereka tidur karena kecapekan. Dan tangan Rim tampak penuh dengan noda hitam bekas tinta.


Saat akhirnya dia terbangun siang harinya, dia jadi gelisah mondar-mandir lagi menanti kedatangan Hae Ryung yang hari ini lagi-lagi telat. Kenapa lagi Hae Ryng telat sekarang.

Kasim Heo masa bodo, mana dia tahu apa alasannya, kenapa juga harus menunggu di luar seperti ini? Mataharinya panas banget.

Rim cemas. Mengingat apa yang terjadi di kantornya Hae Ryung, dia yakin keterlambatan Hae Ryung bukan cuma sekedar karena terlambat. Kasim Heo lihat sendiri semalam, Hae Ryung dikasih setumpuk kerjaan. Kasim Heo heran, itu kan urusan Hae Ryung sendiri. Kenapa juga Rim peduli?

"Kenapa tidak boleh? Goo Hae Ryung itu...." Rim mendadak speechless. Pfft!

Dia buru-buru beralasan kalau Hae Ryung itu musuh bebuyutannya Maehwa, jadi harusnya dia dong yang menertawai Hae Ryung duluan.

"Tapi anda malah membantunya."

Rim mendadak punya ide bagus. Dia mau jalan-jalan. Kasim Heo kaget, dia mau jalan-jalan sampai sejauh mana?


Tak lama kemudian, akhirnya sampai di depan Kantor Titah Kerajaan dengan memakai samaran sebagai juru tulis. tak tampak ada apapun di tempat itu, tapi Rim malah tambah tak tenang. Dari luar memang tampak tenang, tapi mungkin saja tengah terjadi hal yang keji di dalam kantor itu.

"Hal keji apa yang akan terjadi di istana pada tengah hari seperti ini?"

"Contohnya: pemaksaan, penyerangan, percobaan pembunuhan, dan memecat Goo Hae Ryung. Aku harus bertindak."

Rim semangat banget mau menyelinap masuk untuk melihat keadaan Hae Ryung yang jelas saja membuat Kasim Heo cemas dan langsung mencegahnya, dia bisa kena masalah kalau ketahuan menyelinap masuk ke Kantor Titah Kerajaan.

Tepat saat itu juga, Rim melihat Hae Ryung keluar dan langsung menutup mulut Kasim Heo. Dia benar-benar bahagia banget melihat Hae Ryung sampai dia tidak sadar kalau dia tersenyum lebar banget. Kasim Heo sampai heran dibuatnya.


Tapi tiba-tiba saja mereka kepergok oleh para sejarawan senior yang langsung menginterogasi mereka. Siapa mereka? Sedang apa mereka di sini? Kasim Heo buru-buru berakting seolah dia sedang membantu si kunyuk ini mencari jalan, soalnya si kunyuk belum tahu jalan di istana.

Petugas Yang heran, wilayah administratif kan kecil, bagaimana bisa dia tersesat kemari? Dia kerja di kantor apa? Rim bingung harus menjawab apa ada asal aja menunjuk ke suatu arah, Kasim Heo langsung pura-pura bersin padahal diam-diam dia membisiki Rim: Sekretariat.

Mengerti maksudnya, Rim mengklaim kalau dia kerja di Kantor Kesekretariatan. Petugas Yang mendadak antusias menduga kalau Rim adalah Juru Tulisnya Jegal Tak yang diutus kemari untuk membantu mereka. Rim bingung, tapi langsung dia iyain aja.


Senang, Petugas Yang langsung merangkul dan mengajak Rim masuk ke Kantor Titah kerajaan. Kasim Heo panik berusaha mencegah mereka, tapi tak ada seorangpun yang menggubrisnya. Rim senang-senang aja diajakin masuk.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam