Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 10
Kasim Heo baru kembali tapi malah mendapati Rim lagi melamun sambil mencabuti bunga. Heran dia, ada apa dengan Rim? Apa dia kesal karena sesuatu?
Mo Hwa merasakan kehadiran seseorang di depan pintu rumahnya. Tapi saat dia membuka pintu, tidak ada siapa-siapa di sana. Dia tidak tahu bahwa Jae Kyung sebenarnya sedang menyembunyikan dirinya dan menatapnya dengan sedih.
Konselor Kedua Min tetap tenang dan mengingatkan Raja pada sekitar dua dekade lalu, pernah ada seorang wanita yang mempelajari pengobatan di Seoraewon. Seorang budak bernama Mo Hwa yang diurus oleh Raja terdahulu. Dia seorang tabib yang cakap dan memulihkan orang sekarat dengan menggunakan metode aneh.
Raja kaget. "Maksudmu, wanita itu masih hidup?"
Raja sontak murka membanting bukunya dan memerintahkan Konselor Kedua Min mencari ke setiap sudut negeri ini dan bawa si penyihir itu ke hadapannya.
Tapi Konselor Kedua Min mengingatkan Raja untuk tidak gegabah, karena mereka mungkin saja akan menakuti Mo Hwa dan pada akhirnya akan sulit bagi mereka untuk menangkapnya. Raja tidak perlu khawatir. Mo Hwa mungkin bisa menyembunyikan dirinya, tapi dia tidak akan bisa menyembunyikan keahliannya.
Rim sedang leyeh-leyeh saat pelayannya mengumumkan kedatangan sejarawa wanita. Rim sontak bangkit dengan antusias menanti Hae Ryung masuk... tapi yang tak disangkanya, yang datang malah Magang Oh.
Dia dengar kalau Hae Ryung kemarin ke Nokseodang, bagaimana reaksi Rim? Dia pasti terkejut dan bingung.
"Yang Mulia Pangeran membaca buku seharian."
"Dia tidak terbiasa berinteraksi, mohon pengertinnya biarpun dia menyinggung kalian."
Jin tiba-tiba punya ide bagus lalu mengajak Hae Ryung keluar. Tak lama kemudian, mereka berkumpul di arena panahan. Jin menembak tepat sasaran. Maka Kasim Heo diam-diam membisiki Rim untuk menembak tepat sasaran juga, soalnya kan mereka sedang diperhatikan para sejarawan wanita.
Rim pun mulai menarik busurnya dengan muka serius lalu melepaskan anak panahnya daaan... meleset jauh. Wkwkwk! Semua orang sontak ngakak. Malu, Rim langsung menyalahkan busur panahnya.
Tapi yang tak disangka semua orang, Hae Ryung malah berhasil menembak tepat sasaran hanya dalam satu kali percobaan. Dia bahkan mengaku bahwa dia besar di Yanjing dan memanah adalah hobinya. Kesal dan malu, Rim langsung mengingatkan Hae Ryung untuk kembali ke tugas negaranya saja.
"Maaf, Yang Mulia. Akan saya pastikan untuk tidak melupakan sepatah katapun ucapan Yang Mulia." Ujar Hae Ryung penuh arti lalu menulis dengan giat di bukunya. Rim sontak protes berusaha melarang Hae Ryung untuk tidak menulis ucapannya, tapi Hae Ryung tak peduli.
"Jangan kasar padanya. Kau sendiri yang memilihnya," Omel Jin.
Rim akhirnya kembali ke Nokseodang dengan kesal. Bahkan Kasim Heo pun merasa malu, bagaimana bisa tak ada satupun anak panahnya Rim yang mengenai tarket? Rim jadi tambah kesal mendengarnya.
Ketakutan, Kasim Heo menjelaskan kalau dia berkata seperti ini hanya karena dia cemas. Insiden semacam ini bisa saja tercatat dalam sejarah. Kalau begitu caranya, Rim akan dipermalukan selama ribuan tahun sebagai pangeran yang kalah dari sejarawan wanita.
"Lalu aku harus bagaimana? Mereka sudah mencatat semuanya! Tidak seharusnya kupekerjakan sejarawan wanita sejak awal!"
Baru digerutui, Hae Ryung tiba-tiba datang untuk meminta penjelasan tentang ucapan Jin tadi. Apa maksudnya Rim yang memilihnya?
Rim mengaku bahwa dia pernah memberi saran pada Jin untuk mempekerjakan sejarawan wanita yang keras kepala seperti lembu dan pemberani seperti seorang jenderal.
"Maksud anda, saya terpilih jadi sejrawan karena keras kepala seperti lembu dan pemberani seperti jenderal?"
"Tidak perlu berterima kasih." Narsisnya Rim.
Pfft! Hae Ryung gregetan banget sama dia. Dasar pangeran aneh. Nembak panah aja nggak bisa.
Petugas Yang lagi-lagi mengomeli hasil tulisan mereka. Magang Heo sampai kesal dibuatnya. Magang Oh malah masa bodo. Dia justru lagi senang banget hari ini, soalnya hari ini adalah hari gajian pertama mereka.
Mereka pun pergi ke Gwangcheungchang untuk mengambil gaji mereka yang berupa sembako. Alih-alih para pejabat sendiri yang datang, kebanyakan diwakili oleh para juru tulis. Tapi sepertinya, sistem gajian mereka rada korup.
Bahkan seorang pejabat yang telat datang, malah didahulukan. Sepertinya si pejabat itu kongkalikong sama pejabat Gwangcheungchang. Sedangkan Hae Ryung cs dan beberapa pejabat senior yang menunggu lama, malah diusir.
Dan sepertinya sistem gajian seperti ini sudah cukup umum. Para pejabat senior itu cuma mengeluh sebal sebelum kemudian pergi dengan pasrah. Tapi Hae Ryung cs yang kebingungan dan tidak mengerti apa-apa, langsung protes menuntut penjelasan.
Si pejabat Gwangcheungchang dengan entengnya memberitahu mereka kalau gudangnya sudah kosong. Dia bahkan sinis menuduh mereka datang telat, makanya mereka tidak kebagian.
Malam harinya, Hae Ryung cs minus Sa Hui melampiaskan frustasi mereka dengan minum-minum. Hae Ryung dan Magang Heo berusaha menyemangati Magang Oh, tapi tidak bisa.
Bagi Magang Oh, gajinya itu sebenarnya sangat penting karena keluarganya punya hutang pada rentenir. Ayahnya hanyalah seorang pejabat tingkat delapan, hanya dengan pinjam uanglah ayahnya bisa membiayai biaya perpeloncohan mereka.
Para wanita kaget mendengarnya, jadi Petugas Kim tidak pernah dibayar penuh sebelumnya? Petugas Kim membenarkan, gajinya tidak pernah dibayar penuh karena berbagai macam alasan. Entah karena sedang masa paceklik atau karena sedang ada bencana nasional.
"Karena itulah aku menyuruh kalian pekerjakan asisten juru tulis untuk mendekati petugas di Gwangheungchang." Omel Petugas An.
"Asisten juru tulis? Maksudnya, juru tulis di Gwangheungchang?" Tanya Hae Ryung penasaran.
Petugas Seong menjelaskan bahwa karena sulit mendapat gaji, jadi banyak pejabat yang meminta bantuan si juru tulis itu. Petugas Kim sinis mendengarnya, bantuan apanya? Hanya demi mendapat gaji, para pejabat itu harus mengeluarkan uang untuk menyogok para petugas di Gwangheungchang. sama aja bohong.
Magang Oh emosi mendengarnya, sungguh tidak masuk akal, masa mereka harus menyogok demi mendapat gaji? Lalu bagaimana dengan pejabat yang terlalu miskin untuk menyogok? Kalau begitu caranya, yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya.
Merenungkan ucapan para seniornya itu, Hae Ryung punya ide melakukan sesuatu lalu menulis sebuah petisi.
"Sejarawan tidak boleh menjalin hubungan. Itu bisa menjadi senjata makan tuan suatu saat nanti."
"Akan kuingat itu."
"Kau pikir cuma kau yang pntar di sini? Kau pikir kami diam tentang masalah ini karena kami bodoh? Bahkan tiga kantor utama tak bisa apa-apa soal ini karena meliatkan ribuan orang! Kau pikir kau siapa?! Kalau Raja sampai mengetahui masalah ini, kita semua termasuk kau akan dipecat! Kau sudah kelewatan dengan memasuki istana padahal kau hanya wanita, setidaknya kau harus berusaha untuk tidak membuat masalah!"
Semua orang cuma bisa diam, U Won stu-satunya yang berani membentak si petugas dan memperingatkannya untuk jaga ucapannya. Si Petugas tak peduli, dia sudah cukup bersabar dan menahan diri untuk tidak mengumpat.
"Kalian semua cuma orang-orang bodoh dan lemah, tak heran bisa dia melakukan hal semacam ini." Sinis si Petugas sebelum akhirnya pergi.
"Aku hanya melakukan yang seharusnya! Lalu kenapa aku yang ditegur? Aku taidak mengerti."
Petugas Yang hampir saja meledak, untung saja yang lain segera bertindak mencegahnya dan mendorongnya keluar.
"Pasti terjadi sesuatu yang menarik yah sampai kau datang terlambat?"
Tapi yang tak disangkanya, Hae Ryung hanya diam dengan kepala tertunduk sedih yang kontan membuatnya cemas. Dia mencoba menanyakan apa yang terjadi, tapi Hae Ryung akhirnya tidak tahan lagi dan menangis.
Bersambung ke episode 11
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam