Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 8 - 2

Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 8 - 2

Jin sinis mendengarnya. Mereka bilang pajak militer adalah kewajiban warga negara ini? Lalu apakah mereka sendiri pernah membayar pajak? Apa keluarga mereka pernah membayar pajak? Para pejabat spechless, tapi kemudian seorang pejabat ngotot kalau pajak militer itu kewajiban para petani.


"Sejak kapan?! Sejak kapan membayar pajak menjadi kewajiban yang lemah dan miskin?!"

Sebelum perang pecah di Joseon, semua warga wajib membayar pajak. Tapi lama kelamaan, para pejabat dan para bangswan mulai berhenti membayar pajak. Bahkan sekarang warga kelas menengah juga melakukan hal itu sehingga yang miskin harus menanggung semuanya.

Mereka yang berdiri di sini adalah orang-orang yang paling kaya di negeri ini, tapi mereka malah sibuk mengalihkan tanggung jawab pada warga miskin dan menuntut mereka untuk memberikan lebih daripada yang mereka miliki. Karena itulah rakyat mereka pergi dan hidup di pegunungan dan bukannya karena mereka tidak setia pada negara.


Tapi tiba-tiba Raja datang dan langsung kesal membentak Jin, tidak terima Jin mengkritik masalah tugas Raja lalu mengusirnya. Sama seperti para pejabatnya, Raja kesal karena rakyat masih saja tidak bisa bayar pajak dan memerintahkan mereka untuk memecat Gubernur provinsi Gyeongsang.


Usai rapat, Magang Oh dan Magang Heo langsung heboh menggosipkan rapat yang sangat amat menegangkan tadi. Heran dia, para pejabat itu kan petugas pemerintah, tapi mereka terus menolak setiap komentar yang dilontarkan Putra Mahkota.

"Mereka seperti ayam sabungan."

Petugas Seong geli mendengar komentarnya. "Cara yang bagus untuk menjelaskan tugas para penasihat kerajaan."

"Pensihat kerajaan?"

Itulah sebutan untuk para petugas yang bekerja di Kantor Inspektur Jenderal dan Kantor Penyensoran. Keduanya memiliki peranan yang berbeda, tapi tugas mereka adalah mengoreksi kesalahan Raja dan menghentikan perbuatan sewenang-wenang hari ini.

"Itu tidak sewenang-wenang," celetuk Hae Ryung.

Dan sontak saja komentarnya itu langsung membuat semua mata berpaling padanya. Menurut pendpat Hae Ryung, Putra Mahkota sama sekali tidak sewenang-wenang karena dia hanya ingin membantu rakyat dan melakukan tugasnya.

Tapi U Won dengan dinginnya berkata bahwa pendapat Hae Ryung sama sekali tidak penting dan mengingatkan Hae Ryung bahwa tugas sejarawan adalah mencatat apa yang mereka lihat dan dengar, dia tidak boleh menulis pendapat pribadi mereka karena itu bisa membuat mereka jadi bias. Jika mereka mencatat pemikiran mereka, maka itu hanya akan menjadi jurnal dan bukan catatan sejarah.


Para kroninya Konselor Kedua Min kesal menggerutui Jin, mereka tidak terima karena Jin selalu saja memperlakukan mereka seperti orang barbar. Dia pasti mengira dirinya raja hanya karena dia pewaris tahta.

"Dia akan segera tahu siapa pemimpin negara ini yang sesungguhnya."

"Dan kapankah itu? Setiap kali mengikuti rapat kerajaan, aku berpikir kalau aku mengabdi pada pangeran atau raja yang diturunkan..."

Tapi Konselor Kedua Min dengan cepat menghentikan gerutuhan mereka.

   
Para sejarawan ngakak melihat hasil tulisan acak kadut para sejarawan wanita itu, bahkan U Won pun kesulitan membaca hasil tulisan mereka. Lalu, apa yang mereka pelajari dari rapat kerajaan tadi?

Magang Heo mengaku kesulitan karena semua orang bicara dengan sangat cepat. Kalau Magang Oh mengaku kesulitan karena dia tidak tahu siapa saja yang bicara, dia bahkan asal saja ngasih sembarang julukan untuk para pejabat itu. Ada yang dia namai pejabat berkepala besar, pejabat berleher pendek, dll. Dia penasaran bagaimana mereka bisa membedakan para pejabat itu?


"Ada caranya," ujar U Won lalu menyerahkan sebuah buku yang isinya adalah daftar informasi para pejabat istana dengan disertai lukisan wajah-wajah mereka. Tugas mereka adalah memperbarui buku ensiklopedia para pejabat itu untuk diserahkan pada sejarawan baru.

"Buku ini untuk kalian," ujar U Won.

"Berarti anda sudah menerima kami sebagai sejarawan?" Tanya Sa Hui.


"Hei! Jangan terlalu percaya diri. Tanganmu bahkan tak pernah lecet, beraninya kau menyebut dirimu sejarawan?" Sinis Petugas An... dan sontak mendapat tatapan menyeramkan dari U Won.

U Won dengan manisnya menyuruh mereka mempelajari buku itu, buku itu akan sangat membantu mereka nantinya. Hae Ryung setulus hati berterima kasih padanya, tapi U Won hanya diam tak menjawabnya.
 

Stres, Pangeran Jin memutuskan bersantai ria di kamarnya Rim. Dari percakapan mereka, sepertinya istrinya Jin yang sekarang adalah mata-matanya Konselor Kedua Min.

Tapi belum juga dia sempat tidur siang, dia malah kedatangan Wakil Kanselir, Rim pun keluar meninggalkan mereka berduaan. Dia datang untuk menyerahkan laporan tentang orang-orang yang dibantai di pondok tengah hutan itu, 6 orang meninggal, sedangkan satu orang selamat berkat 'pengobatan aneh'.

Wakil Kanselir tidak tahu bagaimana jelasnya. Tapi dia dengar dari petugas yang menginterogasi orang yang selamat itu, orang itu membicarakan tentang buku. Jin bisa menduga dengan tepat kalau itu pastilah buku terlarang.

"Apa nama bukunya?"

"Judulnya Kisah Ho Dam."

Rim yang mendengarnya dari luar, sontak masuk menyela pertemuan mereka dengan penuh ketertarikan mendengar nama Ho Dam itu.


Si pembunuh yang tak lain adalah suruhan Konselor Kedua Min, sontak dimarahi habis-habisan oleh para kroninya Konselor Kedua Min. Kalau orang itu masih hidup, dia pasti akan bicara, mereka harus segera membereskannya.


Hae Ryung cs diajak Petugas Yang untuk mencatat tentang otopsi mayat-mayat itu. alih-alih takut akan melihat mayat, Magang Oh dan Magang Heo menggerutu kesal karena dipaksa kerja lembur, seharusnya kan sekarang waktunya mereka pulang.

Petugas Yang sebal banget mendengar keluhan mereka. "Kenapa kalian mengeluh padaku? Bukan aku pembunuhnya. Haruskah aku pergi dan meminta semua pembunuh di negara ini untuk tidak membunuh siapapun karena kalian lelah? Hadir saat otopsi adalah tugas sejarawan, jangan mengeluh dan ikuti aku. Lagipula tidak terlalu menakutkan saat masih ada matahari."


Hae Ryung sepertinya memikirkan masalah lain, tapi pada akhirnya dia diam saja dan mengikuti mereka. Tapi saat Petugas Yang kembali dari mengecek orang yang selamat itu, Hae Ryung mendadak antusias menanyakan keadaan orang itu.

Dia penasaran banget dengan pria yang katanya selamat karena pengobatan aneh itu. Pengobatan aneh macam apa? Apa Petugas Yang melihat lukanya? Petugas Yang heran mendengarnya, kenapa Hae Ryung penasaran tentang itu?

"Tubuhnya dijahit dengan benang kayak selimut, puas?"


Semua orang ngeri mendengarnya, tapi Hae Ryung malah tambah antusias, bahkan minta izin untuk melihatnya sebentar. Petugas Yang menolak, Hae Ryung tidak terima, kenapa tidak boleh? Sebentar saja kok, kurang dari sepuluh menit.

"Kenapa kau mau melihat luka mengerikan itu? Kau sakit jiwa, yah?"

Hae Ryung menjelaskan kalau penasaran banget dengan jahitannya. Waktu di Qing, dia pernah mendengar tentang pengobatan ala barat yang katanya luka bisa sembuh jika dijahit dengan benang. Bukankah itu luar biasa, maanya dia ingin sekali melihatnya. Jadi, boleh yah dia masuk dan melihat sebentar?

"Tidak boleh. Selain karena Kantor Penyidikan sudah menolak, aku juga ingin cepat pulang."

Tapi Hae Ryung masih saja belum mau menyerah. Kesal, Petugas Yang dengan gaya lucunya mengancam Hae Ryung untuk berhenti sekarang juga atau dia akan membuat Hae Ryung menginap bersama mayat-mayat itu.


Mereka semua akhirnya pergi. Tapi Hae Ryung tidak sadar kalau dia berpapasan dengan Rim yang menyelinap masuk untuk mencari orang yang selamat itu. Saat dia hendak masuk, dia melihat seseorang yang baru keluar dari ruangan itu.

Tapi saat dia masuk ke ruangan itu, dia malah mendapati orang itu sudah meninggal. Jelas karena dia dibunuh oleh orang yang barusan keluar. Rim buru-buru keluar mengejar si pembunuh itu dan melihat orang itu baru saja membuang penyamarannya lalu masuk ke kerumunan pasar malam. Rim pun langsung membuntuti orang itu.



Pada saat yang bersamaan, Hae Ryung cs sedang jalan-jalan di pasar itu. Tapi Hae Ryung sangat gelisah hingga kemudian dia berbohong kalau dia harus kembali ke Kantor Penyidikan dengan alasan bukunya ketinggalan. Teman-temannya heran mendengarnya, jelas-jelas buku itu ada di tangan Hae Ryung.

Si pembunuh itu sadar dirinya sedang dibuntuti, maka dengan sengaja dia masuk ke tempat sepi untuk memancing Rim. Dan begitu Rim menyusulnya ke sana, si pembunuh langsung menempelkan pedang ke lehernya.

"Siapa kau?!"

Hae Ryung kebetulan lewat saat tapi malah kaget melihat Rim diancam pedang oleh si pembunuh. Dia berniat ingin membantu dengan mengambil sebalok kayu, tapi tiba-tiba dia mendengar Rim berkata pada si pembunuh.

"Aku adalah Pangeran Joseon, Pangeran Dowon. Kau pikir kau bisa membunuhku?"

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam