Sinopsis Love is Deep Episode 4 - 1

Sinopsis Love is Deep Episode 4 - 1

Ding Ding mulai serius memikirkan tawaran Wei Xuan untuk membuka studio di cafenya Wei Xuan. Dia bahkan semakin yakin saat dia teringat pujian Wei Jin dan bahwa dengan melakukan sesuatu yang dia sukai, juga akan membawa kebahagiaan bagi orang lain.


Chen Xun menyuruh beberapa pegawai untuk melakukan tes rasa terhadap beberapa susu dari merk yang berbeda-beda. Tapi tak ada satupun dari para pegawai itu yang bisa membedakan rasa tiap-tiap susu. Chen Xun kesal mendengarnya.

Cat berkata bahwa satu-satunya orang yang bisa membedakan adalah Ding Ding, tapi ucapannya itu kontan membuat Chen Xun marah-marah mengomeli mereka.


Zi Xin baru datang saat itu, kerjaannya sudah selesai, makanya dia datang, siapa tahu ada yang bisa dia bantu. Dia bahkan langsung mencoba meminum susu-susu itu dan langsung bisa membedakan mana yang rasanya paling kuat.

Chen Xun senang, yang Zi Xin pilih itu adalah produk dari Australia yang ingin melebarkan sayap ke pasar Cina. Chen Xun ingin bekerja sama dengan mereka. Jika sukses, maka pihak perusahaan susu inilah yang akan menanggung ongkos transportasi.

"Bagus itu. Jika kita bisa mengurangi ongkos transportasi dan penyimpanan, kita bisa mengurangi stres. Tapi bagaimana kita bisa memastikan kualitasnya? Kalau sampai terjadi sesuatu yang salah, klien kita takkan mau peduli tentang masalah pengirimannya. Kita akan tetap disalahkan."

"Masalah detilnya akan kita diskusikan nanti."

"Jika kita bisa bekerja sama dengan agensi itu, mungkin kita bisa mengeksplor lebih banyak supplier Australia."


Mendengar Zi Xin membicarakan bisnis membuat Chen Xun tiba-tiba memutuskan untuk mengajak Zi Xin bertemu dengan klien mereka itu sekarang juga untuk membicarakan detil kerja sama mereka. Dan membawanya ikut serta memang tidak salah karena Zi Xin pintar bicara dan membuat klien mereka langsung menyukainya.


Wei Xuan mencoba menarik perhatian Wei Jin dengan menghela napas keras-keras seolah dia sedang sedih. Tapi Wei Jin cuek bebek. Bahkan saat Wei Xuan semakin mengeraskan suaranya, Wei Jin malah protes mengingatkan Wei Xuan bahwa bad mood bisa menimbulkan efek negatif bagi pencernaan. Mending dia pergi aja deh kalau tidak mood makan.

"Kak, apa kau tahu kalau Zheng Ding Ding baru putus dari pacarnya?"

"Iya."

"Bagaimana bisa kau tahu segalanya? Lalu apa kau tahu kalau dia tidak ingin memulai hubungan baru karena hal itu?"

"Itu bukan urusanku."

"Duh, kakakku tersayang. Kau terlalu percaya diri atau kau cuma pura-pura kalem? Kau tidak boleh arogan cuma karena ada banyak wanita yang mengejarmu. Kukasih tahu kau, jika kau tidak berusaha keras, kau tidak akan bisa membuat Zheng Ding Ding jadi pacarmu."

"Memangnya aku pernah bilang kalau aku menyukainya?"

"Tidak. Tapi semuanya tergambar jelas di wajahmu. Orang lain tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa."


Jangan khawatir, Wei Xuan akan membantunya. Dia bahkan sudah mengundang Ding Ding untuk membuka studio di cafenya, jadi mereka bisa saling menjaga. Wei Jin juga bisa lebih sering bertemu Ding Ding. Jelas informasi itu langsung menarik perhatian Wei Jin.

Tapi ujung-ujungnya ucapannya mulai berubah menjurus ke arah masalah kekurangan modal sambil melanjutkan helaan napas beratnya lagi. Ding Ding sekarang masih ragu, dan karena Wei Xuan menghabiskan semua uangnya untuk dekorasi toko, jadi Ding Ding harus memberinya subsidi... dan menyebut nama Ding Ding langsung sukses membuat Wei Jin setuju untuk memberi bantuan. Dia butuh berapa?

Wei Xuan senang. "100.000, makasih. Sini biar aku cuciin piringnya. Oh yah, dia bilang bahwa jika dia ingin mulai menjalin hubungan lagi, kau akan jadi prioritas pertama."


Pembicaraan kerja sama mereka sukses. Tapi usai pertemuan makan siang itu, Zi Xin entah kenapa tiba-tiba saja kesakitan lalu pingsan. Cemas, Chen Xun pun langsung membawanya ke rumah sakit. Ternyata Zi Xin pingsan karena baru-baru ini dia dioperasi tapi Chen Xun malah membawanya minum-minum.

Jelas saja dokter langsung mengomeli Chen Xun dan mengingatkannya untuk lebih memperhatikan kondisi Zi Xin dengan baik. Sekarang ini Zi Xin masih lemah dan butuh banyak istirahat. Jangan biarkan dia minum-minum lagi.


Chen Xun benar-benar merasa bersalah sekarang. "Maaf. Aku lupa kalau kau tidak bisa minum-minum."

Zi Xin tak mempermasalahkannya kok, dia sendiri juga salah. Dia benar-benar merasa tersentuh karena Chen Xun masih perhatian padanya.


Wei Jin mengetahui tentang Zi Xin yang barusan masuk rumah sakit dan langsung menanyakannya ke dokter yang merawatnya. Dia lalu mendatangi Chen Xun yang tenah merenung sedih di taman dengan membawakannya obat pengar.

Chen Xun menerimanya dengan sinis. Tak disangka dia malah mendatangi rumah sakit tempat Wei Jin kerja. "Apa menurutmu kita cukup dekat untuk disebut sebagai musuh?"

"Bagaimana keadaan temanmu?"

"Dia sudah baikan."

"Dia dioperasi baru-baru ini. Apa itu ada hubungannya denganmu?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Apa Ding Ding tahu?"


Chen Xun langsung kesal mencengkeram bajunya Wei Jin. "Apa maumu?"

"Aku hanya ingin memastikan apakah kau akan menyakiti Ding Ding atau tidak."

"Apa hubunganmu dengan Ding Ding?"

"Kami teman."

Chen Xun sinis mendengarnya. "Berteman melalui sebuah operasi, atau kau adalah dokter yang suka berteman dengan para pasienmu? Pasti menyenangkan yah, kau bisa melihat semuanya."

Wei Jin benar-benar harus berusaha keras menahan emosinya. "Kau boleh menghinaku, tapi jangan menghina pekerjaanku."

"Terserah. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau Ding Ding adalah pacarku. Jadi menjauhlah darinya."

"Aku juga ingin mengingatkanmu... bahwa kalian sudah putus."

"Terus kenapa? Biarpun begitu, aku tidak akan membiarkanmu mengganggunya terus."


Yi Ran tiba-tiba datang mencari Wei Jin. Chen Xun sinis, sepertinya Wei Jin punya banyak teman, pergi saja bersenang-senang dengan mereka. Menjauhlah dari Ding Ding!

Wei Jin hampir saja terpancing emosi, tapi untunglah Yi Ran menghentikannya dengan cepat dan mengingatkan Wei Jin kalau Chen Xun lagi mabuk.

"Bagaimanapun, aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Ding Ding lagi." Kesal Wei Jin lalu pergi.


Tapi walaupun ingin menerima tawaran Wei Xuan, Ding Ding galau mikirin uang buat bayar sewa studionya. Bahkan sekalipun semua pendapatan dan tabungannya digabung, tetap saja jumlahnya tidak cukup.

Awalnya dia berniat maua minta bantuan modal dari ibunya, tapi pada akhirnya dia mengurungkan niatnya itu. Belum selesai memikirkannya, bel pintunya tiba-tiba berbunyi.


Chen Xun lah yang datang, masih dalam kondisi setengah mabuknya. Ding Ding sampai harus membuatkannya air madu untuk meredakan pengarnya. Chen Xun senang, dulu Ding Ding juga selalu membuatkannya air madu setiap kali dia mabuk.

"Kenapa kau mabuk?"

"Wen Zi Xin dirawat di rumah sakit."

"Kenapa?"

"Bukankah kau selalu ingin tahu kenapa aku membiarkannya jadi model?... Itu karena aku berhutang padanya."

"Maksudnya?"

"Dia hamil waktu kami putus. Aku baru mengetahuinya waktu dinas ke Shanghai kemarin."

Flashback.


Waktu itu, dia tak sengaja bertemu Zi Xin yang lagi mabuk berat di bar. Zi Xin sontak memeluknya erat dan memohon-mohon padanya untuk tidak pergi.

Dia mengantarkan Zi Xin ke kamarnya dan berniat mau langsung pergi, tapi Zi Xin terus berusaha mempertahankannya dan memohon maaf karena pergi meninggalkan Chen Xun dulu.

Dia terpaksa melakukannya karena ibunya mengancam akan memutuskan hubungan keluarga mereka jika dia tidak putus dengan Chen Xun. Chen Xun tak peduli dan menegaskan kalau semua itu sudah menjadi masa lalu. Dia sudah melupakannya.

"Tapi aku tidak bisa melupakannya. Aku pernah mengandung bayimu!"

Flashback end.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam