Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 8 - 2

Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 8 - 2

Zhao Lei gelisah menunggu anak-anaknya yang tak kunjung datang. Tapi setelah beberapa lama menunggu, Guan Chao akhirnya datang juga. 

Zhao Lei langsung antusias menarik kursi di sampingnya, tapi Guan Chao menolak duduk di dekatnya dan memilih duduk di kursi yang  jauh darinya. Dia bahkan menolak makan dan to te point menyuruh Zhao Lei untuk mengatakan apapun yang ingin dikatakannya.


"Guan Chao, ikutlah aku pindah ke Kanada. Aku tahu kau membenciku. Dulu aku miskin, tapi sekarang aku hidup berkecukupan. Aku ingin menebusnya, kau putraku."

Guan Chao sinis mendengarnya. "Lalu bagaimana dengan Qiao Yi? Apa rencanamu untuk mengompensasinya?"

Tapi Zhao Lei bahkan tak peduli karena bagaimanapun Qiao Yi tuh cewek. Jadi kalau dia menikah nanti, dia akan menjadi milik keluarga lain.

"Aku harus merasa senang karena Qiao Yi belum melihat sisi terburuk manusia. Aku takkan pernah memaafkanmu atas apa yang pernah kau lakukan padanya."


Apa Zhao Lei tahu apa yang dia pikirkan setiap kali Zhao Lei menyiksa Qiao Yi? Dia selalu bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan untuk membuat Zhao Lei berhenti? Dia bahkan berpikir apakah kematiannya adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Qiao Yi?

"Kau membuatku merasa jadi kakak yang paling tidak berguna di seluruh dunia."

Zhao Lei berusaha meyakinkan kalau itu dulu karena dia pemabuk, tapi sekarang dia sudah berubah. Dia sudah menyadari kesalahannya, berilah dia kesempatan untuk menebusnya.

"Kudengar kau sudah menikah lagi dan punya seorang putri lagi."

"Iya. Aku yakin kau bisa bergaul dengan baik dengannya. Dia adik yang lebih baik daripada Qiao Yi."

Ah! Guan Chao sekarang mengerti kenapa dulu Zhao Lei tidak pernah memukulnya. Itu karena Zhao Lei masih berpikiran kuno (memandang anak putra lebih baik daripada anak putri).

"Apa sekarang kau khawatir tidak bisa membuat seorang putra lagi, lalu tiba-tiba kau ingat kalau kau punya seorang putra yang bisa meneruskan garis keturunan keluargamu. Dia sempurna untuk ini, iya kan? Qiao Yi kau anggap apa?"

Zhao Lei kontan gelisah. "Aku... ingin minta maaf."

"Tidak semua maaf bisa diterima. Kau tidak bisa mendapatkan keselamatan atau pengampunan dariku. Berhentilah menghubungi kami, biarkan ini menjadi pertemuan terakhir kita."


Guan Chao langsung pergi tanpa mempedulikan permintaan maaf Zhao Lei. Tapi bagaimanapun, sekarang dia bisa merasa lega setelah mengeluarkan semua kemarahannya.


Kemarin saat Qiao Yi membujuknya pegi, Qiao Yi menegaskan bahwa pertemuan ini adalah demi Guan Chao. Qiao Yi sendiri sudah tak ada perasaan apapun terhadap Zhao Lei, dia tidak menyayangi ataupun membenci Zhao Lei lagi sekarang.

"Aku tidak ingin kau memendam kebencian selamanya. Aku tidak peduli ke manapun dia pergi. Kaulah yang masih bermasalah." Itulah yang dikatakan Qiao Yi semalam.


Gara-gara Ayah dan Ibu lama banget pulangnya, Da Chuan dan Wu Yi sampai ketiduran. Tak enak pada Yan Mo, Qiao Yi akhirnya mengaku bahwa ada sesuatu yang tidak dia katakan pada Yan Mo. Dia hampir saja mau memberi tahu yang sebenarnya, tapi tiba-tiba terdengar suara orang datang.

Keempat remaja itu sontak menyembunyikan diri di dapur, berniat mau memberi kejutan. Tapi mengira anak-anak belum pulang, Ayah dan Ibu mendadak saling merayu dan menggoda yang jelas saja membuat keempat anak itu jadi risih.


Mereka mau masuk kamar saat tiba-tiba saja PREEET! Ayah tak sengaja menginjak mainan bebeknya Da Chuan. Kaget, Ayah langsung menyalakan lampu. Da Chuan dan Wu Yi buru-buru menarik cofetti-nya. Lalu satu per satu, mereka semua pamit dan buru-buru keluar. Duh! Ayah malu banget.


Di luar, Da Chuan menyerahkan dokumen milik ibunya Yan Mo yang tak sengaja diambilnya waktu itu. Setelah Da Chuan dan Wu Yi pulang duluan, Yan Mo masih penasaran Qiao Yi mau ngomong apa tadi?

"Waktu aku membuntuti ayahmu, dia menemui seorang wanita."

Mungkin karena memang sudah curiga, Yan Mo jadi tidak kaget menerima kabar itu. "Lalu?'

"Lalu seorang anak kecil datang... dan memanggilnya ayah."

Walaupun tampak jelas sedih, tapi Yan Mo tetap tenang seperti biasanya dan hanya mengucap terima kasih lalu pergi.


Guan Chao akhirnya pulang tak lama kemudian dengan membawa kue ultah dan endapati Qiao Yi masih duduk di luar. Qiao Yi penasaran apa yang dikatakan Zhao Lei.

Guan Chao berbohong kalau Zhao Lei meminta maaf dan menyesal karena tidak menjaga Qiao Yi dengan baik. Dia berharap Qiao Yi hidup dengan baik dan tumbuh sehat. Zhao Lei bilang kalau dia menyayangi Qiao Yi.

"Dia mau pindah ke mana?"

"Kanada."

"Sebenarnya, kupikir aku cukup beruntung."

"Beruntung jidatmu. Hidupmu itu seperti sebuah lagu sedih, sangat menyedihkan."

"Aku serius."


Operasinya dulu sangat menyakitkan. Dokter menyuntikkan suntikan yang ukurannya jauh lebih besar daripada ukuran tangannya. Dia disuruh berhitung dan dia pingsan dalam hitungan ke-7, makanya 7 adalah angka keberuntungannya dan operasinya berhasil dengan baik.

Rasanya benar-benar menyakitkan sampai dia berusaha keras menahan air matanya. Dia ingat waktu itu Guan Chao menggenggam erat tangannya sambil nangis. Bagaimana bisa cowok nangis di hadapan banyak orang? Memalukan saja.

"Apa boleh buat? Adikku menderita dan aku tidak bisa melakukan apapun untuknya. Makanya aku menangis untukmu."


"Aku merasa aku tidak perlu menjadi kuat karena aku punya seorang kakak. Fakta kita tumbuh bersama, benar-benar membuatku sangat bahagia dan aman. Aku tidak perlu takut berjalan sendirian di malam hari, terjatuh, mengacau, atau dibuli. Karena keluargaku akan selalu melindungiku. Jadi taka masalah di manapun aku terjatuh, seseorang pasti akan membantuku bangkit."

Tapi, jika ada seseorang yang tidak punya teman ataupun keluarga, tumbuh seorang diri tanpa ada seorangpun yang mengkhawatirkannya, seperti sebuah program yang didesain untuk berjalan sendiri tanpa cela. Bukankah orang seperti itu... sangat kesepian?

Guan Chao tak sependapat. "Mungkin dia memang suka sendirian."


Ayah mau pergi lagi saat Yan Mo baru tiba di rumah. Seperti biasanya, Ayah beralasan kalau dia harus pergi karena pekerjaannya. Parahnya lagi, Ibu berkata kalau dia juga akan pergi besok.

Malas mendengarkan alasan mereka, Yan Mo langsung masuk kamar tanpa mengucap sepatah kata. Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba dia keluar dan langsung marah-marah melabrak mereka. Tidak terima dirinya diperlakukan seperti orang bodoh, Ayah bahkan sudah tidak peduli untuk membuat-buat alasan yang lebih bagus.

"Di mana cincin pernikahan Ayah? Dengan siapa Ayah bicara di telepon? Kenapa Ayah tidur dengan di ruang belajar dengan berbagai alasan yang berbeda-beda setiap saat?"

Tiba-tiba dia menyodorkan dokumen itu ke Ibu dan menuntut penjelasan kenapa dalam dokumen itu, status Ibu adalah janda cerai? Tak bisa mengelak lagi, Ayah akhirnya meminta maaf dan mengaku jujur bahwa ia dan Ibu sebenarnya sudah lama bercerai, sejak 7 tahun yang lalu.

Mereka jarang bertemu dan kepribadian mereka juga tidak cocok. Karena itulah mereka memutuskan bercerai. Mereka menyembunyikannya dari Yan Mo karena waktu itu Yan Mo masih kecil.


Yan Mo tak percaya mendengarnya. "Kalian orang tuaku, orang-orang yang paling dekat denganku, orang-orang yang paling kupercayai. Bagaimana bisa kalian berpikir kalau membohongiku itu demi kebaikanku?!"

Yan Mo langsung lari keluar, menangis seorang diri dalam derasnya hujan.

"Keluarga adalah kelemahan semua orang. Itu membuatmu lemah. Tapi setelah kau menangis, kau akan menjadi sangat kuat. Terkadang, keluarga saling bertengkar hanya karena hal kecil. Tapi, mereka mau saling melindungi satu sama lain dengan nyawa mereka."


Ayah dan Ibu akhirnya menyalakan lilin ultah berdua saja. Mereka sungguh tak menyangka kalau anak-anak berusaha keras untuk membuat semua ini. Ayah make a wish lalu bersama-sama mereka meniup lilin-lilinnya.

"Keluarga akan selalu bersama dan saling mendukung satu sama lain melewati suka dan duka. Inilah tujuan sebuah keluarga."

Epilog:


Ayah dan Ibu sudah agak mabuk saat mereka keluar dari restoran. Mereka mengira kalau arak warisan keluarga Ayah itu sangat hebat.

Tapi yang tidak mereka ketahui, Guan Chao dan Qiao Yi sebenarnya pernah membuka guci arak itu. Mereka berniat meminumnya, tapi malah tak sengaja menumpahkan sedikit isinya. Panik, mereka asal saja mencampur berbagai macam alkohol ke dalamnya.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments