Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 6 - 2

Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 6 - 2

Magang Heo benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan pekerjaan kasar mereka ini. Mereka kerja seperti budak saja. Dia bahkan tidak pernah menuang air sendiri di rumah, tapi di sini dia malah disuruh cuci piring. Seumur-umur dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.


Apa mungkin... para sejarawan itu sedang memelonco mereka? Karena itukah mereka kejam terhadap mereka? Bukankah Kantor Titah Kerajaan memang terkenal suka memelonco? Mereka selalu melakukan berbagai macam hal kejam pada anak baru.

"Tapi bukankah Yang Mulia Pangeran melarang mereka memelonco kita?"

"Mungkin karena itu mereka kejam pada kita. Mereka tidak tahan melihat kita bisa melewatkan apapun yang mereka lalui. Mereka kesal dan iri."

"Kalau dipikir-pikir, kau benar juga. Kudengar Yulgok Yi-i juga diusir karena berusaha menghindari dipelonco. Kudengar dia sampai dirundung."

"Karena itukah mereka terus menyebut kita sebagai juru tulis untuk membuat kita melakukan tugas remeh? Karena itukah mereka juga bilang kalau kita bukan sejarawan?"

"Benar!"


Sa Hui tiba-tiba punya ide. Mereka lalu pergi menghadap U Won dan menuntut untuk dipelonco sesuai tradisi. Sontak semua pasang mata berpaling menatap mereka. U Won tak percaya mendengarnya, apa mereka tahu apa itu perpeloncohan?

"Yah, saya tahu." Jawab Sa Hui. "Anda boleh memukuli kami, suruh kami menari... bahkan menel~~~~ngi kami." (Pfft!)

Bahkan Hae Ryung sampai kaget mendengar bagian yang terakhir itu. Untung saja U Won cukup bermoral untuk menolaknya, mereka tidak bisa melakukan itu pada wanita. Sa Hui pantang menyerah. Apa karena wanita tidak bisa pejabat negara?

"Kami mendapatkan ini dengan mengikuti ujian negara seperti yang lain, tapi kenapa kami dikecualikan dari perpeloncohan? Karena kami wanita dan tak bisa diterima sebagai sejarawan?"

"Bukan begitu."

"Seperti itulah yang kulihat. Ini tempat dan waktu ritualnya, sampai bertemu di sana." Ujar Sa Hui sambil menyerahkan informasinya.


Petugas Yang nyinyir waktu mengetahui hal itu, para wanita itu pikir kalau mereka akan menerima para wanita itu biarpun mereka melakukan ini. Petugas An antusias banget ingin melampiaskan dendam pada para wanita itu, soalnya dia masih kesal setiap kali memikirkan ritual perpeloncohannya dulu.

"Tunggu dulu, kamilah yang memeloncomu dulu."

Ooops! Petugas An mendadak canggung dan buru-buru berubah menjilat. "Dan berkat kalianlah aku sekarang jadi sejarawan andal. Hahaha! Terus kita harus bagaimana sekarang? Semprot air kotor? Suruh mereka minum kecap? Siram kencing kuda?"

Tidak. Petugas Yang akan menyapa para sejarawan wanita itu dengan penuh hormat dan sesuai tradisi.


Dan cara yang dimaksudnya adalah mengundang para wanita itu ke rumah Gisaeng, menyuruh mereka untuk memberi hormat pada para senior mereka, lalu memaksa mereka minum satu mangkok arak.

Magang Heo langsung keberatan kalau harus minum sebanyak itu. Petugas Hyeon dan Petugas Yang nyinyir, kenapa tidak bisa? Karena mereka wanita? Sepertinya ritual perpeloncohan ini terlalu berlebihan bagi wanita. Sudahlah, mereka cari minum di rumah lain saja.


Tapi Sa Hui tiba-tiba menyatakan kalau dia akan meminumnya dan langsung menghabiskan saat itu juga. Tapi mereka tidak puas melihatnya minum satu mangkok doang dan langsung menuang lagi. Sa Hui jelas tidak kuat, tapi terus bertahan dan memaksakan diri menghabiskan mangkok kedua.

Mereka jadi makin getol menuang mangkok ketiga. Tapi kali ini Hae Ryung bertindak cepat mengambil alih mangkoknya dan meminumnya menggantikan Sa Hui, lalu cerdiknya dia berkata bahwa para sejarawan itu membuat mereka menderita karena para sejarawan sebenarnya menyayangi mereka.

Karena itulah, dia harus membalas kasih sayang para sejarawan dengan balas menyodorkan semangkok arak pada Petugas Yang sebagai tanda hormat. Pfft! Petugas Yang kagum juga dengan sikapnya.

Maka kemudian, dia memanggil pelayan... yang datang membawakan satu gentong penuh arak. Dan jadilah kedua senior dan junior itu lomba minum arak. Petugas Yang pede bakalan bisa mengalahkan Hae Ryung dengan mudah, tapi Hae Ryung ternyata sangat tangguh.


Di tempat lain, Rim sedang berdiri tengah di jembatan. Dia sedang menunggu kedatangan Hae Ryung dan ingin menuntut Hae Ryung untuk meminta maaf padanya. Tapi Kasim Heo yakin kalau Hae Ryung tidak akan datang, apalagi Rim mengirim suratnya terlalu mendadak tadi. Tidak akan ada yang mau datang setelah menerima surat semacam itu.

Rim kecewa mendengarnya. Kasim Heo heran melihat reaksinya, kenapa Rim bereaksi bak seorang pria yang ditinggal kekasihnya. Pfft!

Rim emosi, "omong kosong apa itu? Kekasih? Beraninya kau sebut musuh bebuyutanku sebagai kekasihku?!"


Hae Ryung sendiri sudah mabuk setelah menghabiskan bermangkok-mangkok miras, yang lain pun sudah teler. Tapi dia masih belum menyerah juga dan langsung menyambar gucinya U Won. U Won yang sudah sangat cemas, berusaha menghentikannya tapi gagal.

Dia masih sanggup menghabiskan satu mangkok lagi lalu menuang semangkok lagi untuk Petugas Yang. Tapi akhirnya, Petugas Yang menyerah dan pingsan seketika. Hae Ryung menang!

Kecuali Sa Hui, ketiga wanita itu sontak bersorak heboh. U Won sampai mendengus keheranan melihat tingkahnya.


Jae Kyung dan Seol Geum sudah menunggu dengan cemas di rumah saat Hae Ryung akhirnya pulang, berjalan dengan langkah sempoyongan. Tapi dia menolak dibantu dan turun tangga sendiri selangkah demi selangkah... sebelum akhirnya pingsan dalam pelukan Jae Kyung sambil ngelantur mabuk. Lega, Jae Kyung akhirnya menggendong Hae Ryung dan membawanya ke dalam.


Gara-gara itu, Hae Ryung jadi terlambat masuk istana keesokan harinya. Tapi sesampainya di gerbang, anehnya dia malah dihadang para penjaga dengan alasan Kantor Titah Kerajaan melarang siapapun masuk istana lewat jam 7.

"Apa? Omong kosong apa itu?" Hae Ryung tak percaya dan nekat mau masuk, tapi si penjaga keukeuh menghadangnya.


Apa boleh buat, terpaksa Hae Ryung pergi dengan galau. Tapi tiba-tiba saja seorang penjaga di bagian ujung berbaik hati membisikinya sebuah informasi yang sangat berguna. Di bagian belakang istana, ada sebuah lubang kecil yang mengarah ke istana.


Lubang yang tersembunyi di antara semak itu ternyata lubang yang mengarah ke Nokseodang. Tapi si penjaga tadi sudah memperingatkan Hae Ryung untuk berhati-hati agar tidak sampai ketahuan karena wanita dilarang masuk Nokseodang.

Hae Ryung berusaha menyelinap diam-diam, tapi tiba-tiba saja terdengar suara Kasim Heo yang memanggil-manggil para pelayan. Hae Ryun sontak menyembunyikan dirinya dengan panik.

Dia tengah menunggu keadaan aman saat tiba-tiba saja ada sesuatu yang menjawil bahunya. Hae Ryung tak mengindahkannya awalnya, tapi tiba-tiba saja terdengar suara seseorang dari belakang.

"Apa kau tersesat?"


Hae Ryung sontak berbalik dan sontak keduanya kaget melihat satu sama lain.

"Maehwa?"

"Burung pipit?"

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

0 Comments