Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 7 - 2

Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode  7 - 2

Tapi saat Hae Ryung cs baru keluar dari kediaman Ibu Suri, mereka lagi-lagi dipanggil seorang dayang. Tanpa curiga apa-apa, Hae Ryung cs langsung saja mengikuti si dayang dengan patuh ke bagian belakang istana. 

Tapi tak mereka sangka bahwa sesampainya di sana, merek tiba-tiba saja kepung oleh sekelompok dayang istana yang kemudian membuli mereka dengan kejam, jauh lebih kejam daripada yang dilakukan Petugas Yang dkk.


Sementara itu di Kantor Titah, para sejarawan sedang menggerutui para wanita itu. Mereka yakin kalau para wanita itu pasti sedang bermalas-malasan sekarang. Mereka pasti merasa bisa bersantai karena perpeloncohan sudah selesai sekarang. Meraka itu tidak berguna. Tapi tiba-tiba Petugas An terburu-buru datang dengan panik, ada masalah besar!


Bahkan setelah membuli Hae Ryung cs, para dayang itu masih mengancam mereka dengan besi panas dan memperingatkan mereka untuk tidak bicara sembarangan, tidak mencuri, apalagi jika mereka sampai kehilangan kesucian mereka.

Jika mereka berani melakukan semua itu, maka hukuman paling buruk adalah dipenggal. Mereka bahkan diperingatkan untuk tidak mengingat apapun yang mereka lihat ataupun mereka dengar. Yang perlu mereka lakukan hanyalah mematuhi perintah.

Tak ada seorangpun yang menjawabnya. Hae Ryung lah yang akhirnya memberanikan diri menuntut kenapa mereka harus mengikuti tata krama wanita istana padahal mereka adalah sejarawan.

Si dayang sotak kesal mengancam Hae Ryung dengan menyodorkan besi panas itu ke mukanya. "Kau sungguh kurang ajar. Lulus ujian bukan berarti kau akan dianggap sebagai pria. Menurutmu seragam itu membuatmu jadi petugas pemeritah?! Semua wanita yang masuk istana dianggap sebagai wanitanya Yang Mulia Raja. Mereka harus mengikuti tata krama sampai mati. Jika kau masih belum sadar juga, akan kupastikan kau mengingatnya sampai mati!"


"Apa yang kau lakukan?!" Fiuh! Untung saja para sejarawan datang tepat waktu menyelamatkan para gadis itu. "Mereka petugas Kantor Titah Kerajaan. Mereka tak sepatutnya mengikuti kalian."

"Ini urusan wanita istana. Jangan ikut campur!"

"Kalian mengancam petugas pemerintah! Sejak kapan itu tugas wanita istana?" Geram U Won. "Bawa mereka."

"Petugas Min!"

"Cepat!"


Para sejarawan langsung membawa gadis itu pergi, sementara U Won seorang diri menghadapi si dayang. Bahkan para sejarawan pria itu benar-benar ngeri dengan perpeloncohan yang dilakukan para dayang istana tadi.

Sebaiknya mereka hati-hati terhadap dayang istana. Kalau mereka sampai melawan para wanita itu, tamatlah riwayat mereka. Jangan kontak mata dengan mereka, apalagi bicara dengan mereka.

Hae Ryung jadi cemas mendengarnya, apa tidak apa-apa meninggalkan U Won sendirian di sana. Mendengar itu, Petugas Yang mendadak berhenti di tengah jalan dan langsung mengomeli keempat wanita itu.

"Kenapa juga mengkhawatirkan putranya Konselor kedua sementara kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri. Knapa kalian mengikuti mereka?! Bahkan anjingku saja tidak mengikuti orang asing!"

"Kami tidak tahu. Kami diberitahu kalau Ibu Suri memanggil..."

"Kalau tidak tahu itu salah kalian! Bahkan Ibu Suri harus mengikuti prosedur yang ada saat dia ingin memanggil kami, para petugs pemerintah. Terutama kita, sejrawan, harus selesaikan tugas kita! Memeriksa yang harus dilakukan dan laporkan semua ke kantor sebelum pergi ke manapun. Walaupun Malaikat Maut mau membawa kita, kita tidak boleh mati sebelum melakukan semua itu."


Magang Heo yang sedari diam saja, akhirnya tidak tahan lagi untuk balas membentak Petugas Yang dan mengingatkan Petugas Yang kalau mereka tidak pernah diajari apapun oleh mereka, jadi mana mungkin mereka bisa tahu tentang semua itu.

"Apa yang pernah Bapak ajarkan pada kami? Dan para petugas lainnya, kalian pernah mengajarkan apa? Kami tidak bisa belajar dari kalian karena kalian tidak pernah mengajari kami apapun! Bagaimana bisa kalian mengharapkan kami mengetahuinya sendiri, apalagi mengetahui cara menghadapi situasi seperti ini?!"

"Kalian juga bertanggung jawab atas apa yang kami alami hari ini. Jika saja kalian tidak merendahkan kami dengan menyebut kami 'juru tulis' Kantor Titah Kerajaan, para wanita istana itu tidak akan berani menyeret dan memperlakukan kami seperti dayang!"

"Mereka bilang kalau kami wanitanya Yang Mulia. Kami harus mengikuti tata krama mereka dan merendah karena itu. Mereka bilang kami harus melupakan semua yang kami alami dan mengikuti perintah sampai mati! Mereka anggap kami sebagai dayang! Kalian masih bilang bahwa kami pantas membahas peraturan dn protokol?!"

Magang Heo langsung pergi dengan kesal. Hanya Sa Hui yang tak segera menyusulnya dan memberitahu Petugas Yang bahwa semua yang dikatakan Magang Heo itu sama sekali tidak salah.


Magang Heo benar-benar menyesal. Kalau tahu dia akan diperlakukan seperti ini, dia tidak akan mau ikut ujian itu. Apa sebenarnya kesalahan mereka sehingga semua orang kejam pada mereka?

"Syukurlah kau mengatakannya, aku bangga padamu." Ujr Hae Ryung berusaha menyemangatinya.


Petugas Hyeon dan yang lain kesal banget dengan sikap para wanita itu, tapi Petugas Yang dan U Won tampak benar-benar tertohok dan merenungkan masalah ini dengan serius. Bahkan U Won tiba-tiba saja menyatakan kalau dia akan melatih para gadis itu mulai besok.

Sontak saja ucapannya mengundang protes dari para rekannya. Tapi Petugas Yang setuju-setuju saja dengan U Won, lagian mereka memang harus dilatih biar bisa diberi pekerjaan, dia serahkan tugas itu pada U Won.

Para petugas lainnya langsung protes tak terima. Tidak terima karena para gadis itu mendapat perlakuan istimewa seperti ini, sementara mereka saja dulu dipersulit waktu baru pertama kali bekerja.

"Kalian terlalu cerewet!" Omel Petugas Yang. "Apa kalian tak punya pekerjaan? Apa kalian begitu senggang?"


Sementara di sebuah pondok di tengah hutan, beberapa orang tampak sibuk mencetak buku Kisah Ho Dam saat tiba-tiba saja bel peringatan berbuni yang menandakan ada penyusup masuk ke daerah mereka.

Para pria itu sontak keluar dengan membawa senjata dan berusaha membakar buku-buku Kisah Hodam itu. Mereka berusaha melawan para penyerang mereka, tapi pada akhirnya mereka kalah kekuatan dan jumlah. Bahkan si pemimpin pembunuh itu dengan kejamnya menyabetkan pedangnya ke orang yang membakar buku Kisah Ho Dam.
 

Jae Kyung terburu-buru pulang karena ternyata Konselor Kedua Min bertandang ke rumahnya. Ternyata Jae Kyung pernah ditawarir posisi Inpekstur Ketiga, tapi Jae Kyung menolaknya. Kenselor Kedua Min ingin tahu apa sebenarnya alasan Jae Kyung.

"Itu posisi untuk menyidik semua petugas. Kurasa saya bukan orang yang tepat untuk itu."

Konselor Kedua Min mengerti maksudnya, Jae Kyung tidak suka mencari keburukan orang lain dan menggunakan informasi itu untuk mengancam karir mereka. Begitu? Apa Jae Kyung tahu kenapa dia mengagumi Jae Kyung?

"Sebab aku pernah melihatmu saat terpuruk. Aku pernah melihat kemampuanmu dengan mata kepalaku sendiri. Maka jangan bilang kalau kau bukan orang yang tepat. Aku tahu kau cocok dengan pekerjaan ini."

"Kenapa anda ingin saya bekerja di istana?"

"Aku menemukan tempat Kisah Ho Dam dicetak. Pekerja terakhir bunuh diri sebelum kami tangkap. Ibu Suri pasti sangat mengancam mereka. Bukankah itu terlalu rumit untuk dilakukan para wanita yang bekerja di istana?"

Itu artinya, Ibu Suri pasti punya antek di luar istana yang membantunya. Karena itulah, Konselor Kedua Min membutuhkan seorang kaki-tangan yang bisa bekerja tanpa ketahuan Ibu Suri dan Jae Kyung-lah orang yang tepat untuk itu.

"Terimalah pekerjaan ini dan cepat temukan orangnya. Aku tidak meminta bantuanmu. Ini perintah."
 

Hae Ryung tiba-tiba dijemput oleh para pelayan dari Nokseodang dan disuruh masuk sendirian ke ruangannya Pangeran Dowon. Tapi saat dia masuk, sang Pangeran Dowon sedang menyembunyikan dirinya di balik tirai. Dia bahkan tidak bicara sepatah kata. Hmm, aneh!

"Yang Mulia, Kenapa anda memanggil saya?"

"Kau tahu kau salah apa." Rim mendadak muncul dari belakang... dengan menyamar jadi kasim. Pfft! Dan pastinya yang di balik tirai itu Kasim Heo.

Hae Ryung bisa menduga kalau ini tentang masalah tadi pagi. Dia hendak menjelaskan pada 'Pangeran', tapi Rim terus saja menyela dan menyatakan kalau Hae Ryung sudah melanggar peraturan... inilah yang dikatakan 'Pangeran' di dalam hatinya.

Hae Ryung ketakutan. "Yang Mulia, mohon maafkan..."

"Jika kau mau dimaafkan..." Sela Rim lagi

"Apa lagi?!"

"Yang Mulia bilang kalau kau harus mengikuti perintahku jika ingin dimaafkan. Yang Mulia Pangeran Do Won bilang begitu."

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam