Sinopsis About is Love Episode 25 - 2

Sinopsis About is Love Episode 25 - 2

Mereka juga mengajak Fei Fei dan Qiu Jing, tapi kedua orang itu duduk di kedua ujung paling jauh Wei Qing. Hanya sedikit orang yang nonton. Wei Qing sendiri duduk bersama Zhou Shi di bagian paling tengah dan di sekitar mereka tak tampak ada seorangpun selain mereka... karena Wei Qing sudah memerintahkan Sekretaris An untuk membooking hampir semua kursi di bioskop itu. Pastinya karena Wei Qing nggak mau duduk dekat-dekat dengan orang asing.


Mereka pulang tak lama kemudian setelah makan malam, tapi Fei Fei masih merasa lapar. Mereka menyewa seluruh restoran, tapi rasanya tidak memuaskan sama sekali. Makan kan lebih asyik sambil ngobrol sama teman, tapi yang mereka lakukan tadi malah makan sendiri-sendiri di meja masing-masing.


Fei Fei merasa seperti seorang ibu yang masak makan malam, tapi anak-anaknya tidak ada yang pulang dan dia jadi bibi tua yang kesepian dan kehilangan selera makan. Wei Qing tuh aneh banget, kaya sih kaya, tapi dia memang selalu seperti itu? membooking hampir seluruh tempat di bioskop dan di restoran?


Tapi menurut pandangan Qiu Jing, Wei Qing melakukan ini bukan untuk pamer... melainkan karena dia punya penyakit. Dia memperhatikan setiap kali Wei Qing keluar, Wei Qing pasti pakai sarung tangan.

Dia juga tidak pernah menyentuh apapun. Bahkan saat makan, dia sangat cerewet tentang kebersihan sekitarnya, juga tentang penampilan dan sikap para pelayan yang melayani mereka. Jelas itu menunjukkan kalau Wei Qing terobsesi dengan kebersihan.

Tapi menurut pengamatannya, yang ditakuti Wei Qing bukan benda mati... melainkan orang, iya kan? Dia menyadarinya karena Wei Qing tidak pernah berinisiatif untuk melakukan kontak fisik dengan mereka. Dia bahkan tidak pernah kontak fisik dengan Sekretaris An. Satu-satunya orang yang disentuh oleh Wei Qing hanya Zhou Shi seorang.

Fei Fei menduga kalau dia pasti penderita OCD, jadi wajar saja kalau dia tidak mau bersentuhan dengan orang. Awalnya Qiu Jing juga berpikir seperti itu. Tapi beberapa hari yang lalu dia menyadari sebuah petunjuk yang tak pernah disadarinya... Wei Qing juga tidak pernah melakukan kontak fisik dengan semua mantan pacarnya. Dari foto-foto paparazzi, tampak jelas ada jarak antara Wei Qing dengan para mantan pacarnya.


"Itu artinya, dia takut orang dekat-dekat dengannya. Atau mungkin dia tidak bisa berinteraksi dengan siapapun? Selama beberapa hari kemari, kau membaca buku-buku tentang alergi karena dia, kan? Apa Wei Qing... alergi pada manusia?"

Zhou Shi speechless dan reaksinya itu sudah cukup sebagai jawaban bagi Qiu Jing. Menurut pengamatannya, Wei Qing tidak bisa berinteraksi dengan orang lain bukan cuma karena alerginya tapi dia punya masalah psikologis. Iya kan?

Zhou Shi kagum mendengarnya. "Seharusnya nama Inggris-mu adalah Sherlock."


Tanpa mereka semua sadari, Wei Qing sebenarnya mendengarkan percakapan mereka dari luar. Tapi saat dia mendengar langkah Zhou Shi mendekat, dia bergegas bersembunyi. Zhou Shi keluar untuk memastikan keadaan aman, sebelum kemudian menceritakan segalanya pada kedua temannya itu.

Wei Qing memang alergi sentuhan fisik dengan orang lain. Ketakutan berada di keramaian juga bisa memicu reaksi alerginya. Tapi anehnya, Wei Qing tidak alergi padanya seorang.

"Jadi dia ingin menyembuhkan penyakitnya melalui kau?"

"Iya. Sepertinya sudah mulai ada perkembangan sekarang ini. Makanya aku memanggil kalian karena kita kan cukup dekat dan bisa membuatnya sedikit tenang. Tapi kalian harus pura-pura tidak tahu apa-apa. Aku takut dia akan merasa tertekan."

"Jangan khawatir. Aku ahlinya pura-pura bodoh," ujar Fei Fei.

"Di masa depan. Jika kau punya permintaan, katakan saja padaku. Aku senang membantu orang," ujar Qiu Jing yang tampaknya antusias banget.

"Sepertinya kau cuma tertarik pada penyakitnya saja."


Tepat saat itu juga, Wei Qing mengetuk pintu mereka. Fei Fei sesuai janjinya, bersikap pura-pura bodoh dan bergegas masuk kamar dengan alasan ngantuk. Tapi Qiu Jing malah menatapnya nyalang seolah Wei Qing adalah obyek penelitian baru yang sangat menarik lalu berkata.

"Kalau ada kesepatan, mari kita bersenang-senang bersama. Kau... sangat menarik. Tolong minggir."


Wei Qing mendengus sinis mendengar ucapannya sambil pura-pura tak mengerti kenapa mereka sudah bubaran aja sekarang. Canggung, Zhou Shi beralasan kalau mereka semua sudah capek.

"Ayo pulang."

"Oh, bagus sekali. Sekarang kau sudah memperlakukan tempat itu seperti rumahmu sendiri, yah. Bagus sekali." Goda Wei Qing.

Zhou Shi buru-buru mengoreksi dengan canggung, "ayo pulang ke rumahmu."


Karena Wei Qing sudah pasti tidak akan membiarkannya tidur kalau dia tidak tidur bersama Wei Qing, Zhou Shi memutuskan untuk tidur dengannya lagi malam ini. Tapi ingat baik-baik, jangan pikir kalau Wei Qing bisa melakukan apapun padanya. Awas saja kalau Wei Qing melakukan hal yang tidak-tidak saat dia tidur sama Wei Qing nanti.

"Kita kan sudah pernah tidur bersama. Pernahkah aku melakukan sesuatu padamu waktu itu?"

"Tidak."

Betul. Lalu kenapa Zhou Shi pikir kalau dia akan melakukan sesuatu padanya cuma karena mereka pindah tidur di kasur? Masalahnya adalah cara berpikirnya. Hati Wei Qing tuh sangat polos. Jangan menyalahkan tempat tidurnya jika pikiran Zhou Shi sendiri yang kotor.

"Kau! Aku mau mandi!" Kesal Zhou Shi lalu pergi. Wei Qing benar-benar geli melihat reaksinya.


Tapi tentu saja Zhou Shi benar-benar tegang saat hendak melangkah masuk ke kamar Wei Qing. Dia sampai harus mengingatkan dirinya sendiri untuk menganggap kasur itu hanya sebagai sofa yang besar saja. Lagian biarpun Wei Qing ingin melakukan apapun padanya, Wei Qing kan bukan tandingannya.


Dengan tekat itu, Zhou Shi pun memberanikan diri masuk ke kamar Wei Qing dan mendapati Wei Qing menyiapkan dua set selimut dan bantal yang berbeda untuk mereka berdua.

"Terima kasih sudah mau tidur bersamaku," ucap Wei Qing.

"Kata 'terima kasih' itu, kedengarannya aneh banget."

"Malam ini, aku masih harus meminjam tanganmu sebagai bantal."

"Mungkin sekalian saja aku pergi ke kampus untuk memahat diriku pakai plester biar kau bisa tidur dengan itu."

"Nggak bisa. Rasanya tidak akan nyaman karena tidak ada dagingnya."


Baiklah, Zhou Shi akhirnya memberikan tangannya untuk Wei Qing peluk. Dan Wei Qing langsung tertidur nyenyak begitu memeluk tangan Zhou Shi. Malah Zhou Shi yang sulit tidur saking gugupnya.


Tapi saat dia terbangun keesokan paginya, dia malah shock mendapati Wei Qing memeluknya bagai guling dengan jarak wajah yang terlalu dekat dengannya. Zhou Shi sontak panik mendorongnya... lalu lari ke kamar mandi dengan jantung berdebar kencang dan wajah memerah.


Belum juga berhasil menenangkan dirinya, Wei Qing mendadak muncul yang jelas saja membuat Zhou Shi jadi makin gugup. Wei Qing mengaku kalau dia tidur sangat nyenyak semalam. Sudah lama dia tidak tidur senyenyak ini. Apa Zhou Shi masih menggunakannya?

"Menggunakan apa?"

"Kamar mandinya."

"Si-silahkan." Zhou Shi buru-buru keluar dengan gugup. Tidak! Ini pasti cuma gara-gara AC!


Selama beberapa hari kemudian, Zhou Shi setia menemaninya melakukan terapinya. Naik lift bersama para pegawai lain, jalan-jalan di tempat ramai orang, menemaninya tidur, nonton bioskop, dll.

Perlahan-lahan, Wei Qing pun mulai mengalami banyak peningkatan. Dia semakin berani naik lift bersama lebih banyak orang, Fei Fei dan Qiu Jing pun bisa duduk semakin dekat dengan mereka saat mereka nonton bioskop.

Dan selama itu pula, hubungan Wei Qing dan Zhou Shi jadi semakin dekat bak sepasang kekasih yang selalu nempel ke mana-mana. Nonton bioskop aja pakai acara suap-suapan popcorn. Dia juga semakin terbiasa bangun tidur dalam pelukan Wei Qing.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam