Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 2 - 2
Sementara itu di kantor para sejarawan, dua orang sejarawan baru saja kembali lebih cepat dari istana Raja. Tapi bukan karena pertemuannya sudah usai, melainkan karena mereka diusir. Para sejarawan lain sontak kaget mendengarnya, siapa yang berani mengusir sejarawan?
"Menurutmu siapa yang berani mengusir kami agar dia bisa bicara langsung pada Paduka?" Sinis seorang sejawaran sambil melirik Sejarawan Min U Won, yang tak lain adalah putranya Konselor Kedua Min.
Sontak para sejarawan lainnya langsung berpaling menatap U Won juga seolah menuntut pertanggungjawabannya. Melihat semua tatapan yang terarah padanya itu, U Won tanpa mengucap sepatah kata, langsung mengambil peralatan tulisnya lalu pergi ke istana Raja.
Tiba-tiba Kasim mengumumkan kedatangan sejarawan, Raja sontak marah menegaskan melarang siapapun masuk. Tapi U Won menolak pergi dan dari luar berteriak mengingatkan Raja tentang hukum Joseon bahwa Raja tidak boleh bertemu dengan siapapun tanpa kehadiran sejarawan.
"Hamba hanya mengikuti peraturan dan memenuhi tugas hamba. Jadi izinkan hamba masuk."
"Beraninya kau! Kau berusaha mengajari rajamu soal hukum!" Murka Raja.
Tapi menyadari yang di luar itu putranya, Konselor Kedua Min memutuskan keluar menemui U Won dan berusaha menyuruhnya pergi. U Won keukeuh menolak dan mengingatkan Konselor Kedua Min bahwa sejarawan bukanlah sembarang orang yang bisa diusir.
"Baguslah kau bisa mengikuti peraturan, tapi warga yang taat seharusnya tahu untuk menjaga perasaan Raja."
"Warga yang taat tak boleh ragu mencatat apapun yang dia laporkan kpada Raja."
Baiklah, kalau begitu, Konselor Kedua Min menyuruh U Won untuk menulis bahwa dia mengabaikan hukum Joseon dengan mencegah sejarawan masuk. Dia beralasan bahwa kedatangannya kemari bukan sebagai warga melainkan sebagai temannya Raja selama 20 tahun, jadi mereka tidak membahas tentang politik. Tak bisa lagi melawannya, U Won terpaksa pergi .
Di toko buku, Bos Preman dan kedua anak buahnya sedang mengobrak-abrik buku-bukunya Tuan Kim. Bos Preman kesal, Tuan Kim bilang bahwa dia bakalan untung besar jika dia membuat acara pembacaan buku oleh Maehwa dan menjual buku-bukunya Maehwa yang dibubuhi tanda tangannya.
Tapi nyatanya apa, sampai sekarang Maehwa masih juga belum muncul-muncul. Bos Preman kesal banget sampai rasanya ingin sekali dia memotong tangan dan kaki Tuan Kim. Ketakutan, Tuan Kim sontak memohon-mohon kesempatan kedua. Dia janji akan berusaha lagi untuk membujuk Maehwa.
"Dia takkan mau kemari lagi setelah dikejar para berandal itu!" Kesal Bos Preman.
Dia bahkan memerintahkan anak buahnya untuk membawakan kapak yang sontak saja membuat Tuan Kim makin histeris memohon ampunan dan belas kasihan. Dia punya anak dan istri yang dia urus.
"Haruskah kupotong tangan dan kaki mereka?" Santai Bos Preman.
"Jangan, Tuan! Bukan itu maksudku!" Tapi seketika itu pula tiba-tiba Tuan Kim punya ide bagus. Maehwa kan tidak pernah mengungkap wajahnya.
Bos Preman tidak mengerti arah pembicaraannya. "Lalu?"
Dia cuma perlu pura-pura jadi Maehwa dan membaca buku semalam saja. Hae Ryung menolak, bahkan saat si Bos Preman menawarkan sekotak penuh uang, dia tetap tidak goyah.
"Apa kau masih kesal dengan kejadian waktu itu? Aku kan sudah meminta maaf. Aku bersikap kasar karena tidak tahu kalau kau berasal dari keluarga bangsawan."
"Lalu tak apa bersikap kasar pada yang lain? Apa kau memahami tugasmu sebagai manusia?!"
Tuan Kim jadi panik mendengar perdebatan mereka dan berusaha membujuk Hae Ryung untuk memikirkan keuntungan dari pekerjaan ini. Dari mana lagi dia bisa mendapatkan tawaran sebagus ini.
"Aku memintamu mencarikanku pekerjaan, bukan untuk menipu orang. Walaupun dapat jutaan, aku tidak mau. Jadi jangan usik aku. Aku tidak cukup konyol untuk membacakan novel roman tak berguna itu. Aku tidak cukup busuk sampai mau bekerja dengan orang seperti dia!"
"Kau jangan cari masalah lagi. Tinggallah di rumah ahjussi ini, mengerti?"
Budak kecil itu tidak menjawab. Tapi saat Hae Ryung hendak pergi, tiba-tiba saja budak kecil itu mengucap terima kasih setulus hati untuknya.
Kantor Urusan Buku Terlarang akhirnya, dan para sejarawan diperintahkan untuk ikut membantu. Mereka sebenarnya tak senang dengan tugas remeh semacam ini, tapi pada akhirnya mereka tak mampu melawan saat pejabat yang lebih tinggi memanggil mereka.
Pangeran Jin tiba-tiba menerobos masuk menyela pertemuan Konselor Kedua Min dan para kroninya. Tapi sikap mereka jelas menunjukkan kalau mereka sama sekali tidak menghormatinya.
Mereka baru memberi salam hormat padanya hanya setelah Pangeran Jin menyindir sikap mereka, itupun dengan sikap ogah-ogahan. Apalagi Konselor Kedua Min yang tampak jelas meremehkan Pangeran Jin, untuk apa Pangeran Jin datang ke tempat tidak penting ini?
"Tempat tidak penting?" Sinis Pangeran Jin. "Di tempat tidak penting inilah kalian mengurus urusan negara kita."
"Itu absurd, Yang Mulia. Kami hanya berusaha membantu sebisa mungkin..." Ujar seorang pejabat.
"Diam kau! Kau pikir aku tak kau kau sekelompok dengan Konselor Kedua?"
"Yang Mulia benar, kami punya tugas mengurus negara ini dan kami taat pada raja kami, Jadi bisa dibilang kami sepaham."
"Karena itukah kau memutuskan mendirikan Kantor Urusan Buku Terlarang tanpa memberitahuku?! Itukah arti ketaatan bagimu?! Kau pasti pikun karena menua. Akulah fondasi negara ini, dan Pangeran. Kau mungkin punya kuasa atas pejabat, tapi wajib taat padaku."
Konselor Kedua Min santai memberitahu Pangeran Jin bahwa Raja sendiri yang memberinya perintah. Dia mengunjungi Raja beberapa yang lalu dan diizinkan untuk menangani buku terlarang.
"Saya memang menua, tapi saya tak lupa bahwa saya melayani Raja, Yang Mulia."
"Apa yang ingin kau sembunyikan sampai melibatkan Paduka Raja?"
Konselor Kedua Min mengklaim bahwa Raja khawatir novel yang ditulis warga biasa bisa merusak adat dan pendidikan negara mereka ini. Karena itulah, Konselor Kedua Min membuat keputusan cepat dan menganggap ini masalah genting.
"Tapi saya tak berpikir jauh atau kemungkinan menyinggung Yang Mulia. Maafkan kecerobohan saya." Ujar Konselor Kedua Min sarkastis.
Tak bisa berkutik lagi, Pangeran Jin terpaksa pergi dengan diiringi tatapan sinis para pejabat itu.
Satu per satu, para sejarawan menyortir dan men-cap buku-buku yang dianggap terlarang. Segala macam novel, baik novel barat dan novel-novel roman... termasuk buku-bukunya Maehwa dicap sebagai buku terlarang. Dan pastinya buku 'Kisah Ho Dam' juga dicap terlarang.
"Kau memang hebat, tapi tidak mengerti bisnis. Pembacaan buku ini takkan menghasilkan banyak uang. Yang terpenting adalah menjual buku bertanda tangan dengan mahal. Coba lagi."
Kesal tapi terpaksa Hae Ryung harus menurutinya dan berlatih lagi.
Seorang penggemar bahkan terlalu antusias sampai mewek haru karena akhirnya bisa bertemu Maehwa. Hae Ryung sampai pening melayaninya. Setelah si penggemar wanita itu pergi, datanglah seorang pria.
Tapi saat Hae Ryung menanyakan namanya, pria itu malah tanya balik. Dia ingin tahu bagaimana caranya 'Maehwa' memikirkan adegan romantis saat Tuan Kim mengungkapkan cintanya di bawah pohon sakura?
Hae Ryung bingung harus jawab apa dan akhirnya asal saja berkata bahwa tahun lalu dia mengunjungi Yudalsan dan di sanalah inspirasinya muncul.
Pria itu malah mendengus sinis. "Yudalsan?... Kau salah."
"Maehwa. Tulis namaku... sebagai Maehwa." Ujar Rim mengungkapkan identitasnya.
Hae Ryung seketika ingat siapa pria di hadapannya ini dan langsung panik menutupi wajahnya. Tapi pada saat yang bersamaan, Rim juga mendadak ingat padanya.
Bersambung ke episode 3
1 Comments
Keren.... Lanjutkan
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam