Sinopsis Before We Get Married Episode 6 - 3
Hari ini sepertinya benar-benar hari sial bagi Wei Wei. Saat dia baru turun dari bis, dia malah tak sengaja terjatuh sampai lututnya terluka. Parahnya lagi, saat dia baru tiba di depan kantor, dia malah tak sengaja bertubrukan dengan Da Wei yang lagi bawa kopi dan sontak kopi itu tumpah mengenai Wei Wei. Dan Da Wei dengan entengnya cuma bilang maaf lalu pergi meninggalkannya. Dasar!
Dia jadi terlambat meeting gara-gara itu. Dan kesialannya makin lengkap setelah dimarahi habis-habisan sama Jessica dan disuruh untuk menulis buletin produk baru.
Usai meeting, Ke Fei menawarinya baju ganti, tapi bajunya agak terbuka yang jelas saja membuat Wei Wei tak nyaman. Bahkan Meili sampai mengira Wei Wei mau kencan buta melihatnya pakai baju itu. Dia kan mau nikah, kok malah kencan buta?
Wei Wei hampir saja mau ganti ke baju kotornya lagi, tapi Ke Fei sigap menghalanginya dan memberitahu Meili bahwa Wei Wei bukannya mau kencan buta, melainkan untuk menunjukkan perubahan kepribadian sebelum menikah.
Tapi sebagai sahabat yang baik, Ke Fei ngerti banget ketidaknyamanan Wei Wei, maka kemudian dia menutupi Wei Wei dengan syal biar Wei Wei lebih nyaman dan lebih konsen kerja. Tapi sepertinya laporan yang harus Wei Wei buat banyak banget, apa dia bisa menyelesaikannya?
"Entahlah. Aku hanya berharap tidak ada lagi kejadian sial hari ini. Aku mungkin bakalan harus lembur. Hao Yi cuma waktu luang hari ini."
Baru diomongin, tiba-tiba saja Meili mendapat pemberitahuan dari tim penelitian dan pengembangan yang meminta mereka untuk mengubah sesuatu lagi. Da Wei menyuruh mereka untuk mengubah konten laporan mereka, yang artinya, Wei Wei harus mengulang laporannya dari awal.
Tapi tak perlu khawatir, Ke Fei dengan senang hati menyatakan mau membantu Wei Wei dan menyuruh Meili ikut membantu juga.
Tapi ditengah keseriusannya kerja, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dari Ke Huan yang malah mencerewetinya untuk istirahat saja dan jangan kerja dulu.
Bahkan saat Wei Wei berkata bahwa hari ini sepertinya harus lembur, Ke Huan jadi tambah cerewet. Wei Wei kesal, bahkan sekalipun dia mati, itu bukan urusan Ke Huan! Hari ini dia sudah cukup sial, tahu!
Tadi pagi dia terjatuh, lalu rekan kerjanya menumpahkan kopi padanya, lalu bosnya menyuruhnya untuk mengerjakan lebih banyak laporan. Segala hal yang dilakukannya hari ini tidak ada yang benar.
"Jika hari ini aku harus lembur 3 menit lebih lama, maka itu adalah salahmu karena menunda waktuku!"
Wei Wei langsung mematikan ponselnya setelah itu. Ke Huan tak percaya mendengarnya, Wei Wei barusan melampiaskan kemarahan padanya?
Parahnya lagi, Da Wei tiba-tiba muncul sambil nyinyir mengingatkan Wei Wei bahwa dia tidak boleh pulang sebelum dia menyelesaikan laporannya hari ini.
Ke Fei ikutan emosi mendengarnya. Da Wei kan yang numpahin kopi ke Wei Wei? Maka kemudian dia mengambil kopinya Da Wei, menyuruh Da Wei menutup mata... lalu menyiram kopi itu ke muka Da Wei. (Wkwkwk!)
Wei Wei benar-benar harus lembur sampai malam dan Ke Fei setia menemaninya. Hao Yi menelepon tak lama kemudian, memberitahu Wei Wei kalau dia sudah ada di bawah sekarang untuk menjemput Wei Wei.
Tapi Wei Wei belum selesai, bisakah Hao Yi menunggunya sebentar? Sebentar saja kok. Melihat itu, Ke Fei akhirnya berbaik hati menyuruh Wei Wei pulang saja, biar dia sendiri yang menyelesaikan laporan ini untuk Wei Wei. Tapi Wei Wei malah menolaknya. Ya sudah, terserah Wei Wei deh. Kita lihat saja berapa lama Wei Wei bisa bertahan.
Tanpa Hao Yi sadari, Ke Huan juga sebenarnya datang dan ada di belakangnya. Lama-lama Wei Wei akhirnya menyerah juga dan langsung memohon bantuan Ke Fei.
Tapi tepat saat itu juga, Hao Yi tiba-tiba mendapat telepon dari Maizi yang memberitahunya bahwa ada masalah dengan sistemnya sedangkan pihak di Shanghai membutuhkan laporannya malam ini juga. Hao Yi jadi galau, tapi akhirnya dia lebih memilih pekerjaannya.
Dia berusaha menelepon Wei Wei untuk memberitahukan masalah ini, tapi malah terjadi miskomunikasi di antara mereka gara-gara sinyal jelek. Hao Yi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan voicemail untuk Wei Wei lalu pergi... tepat saat Wei Wei baru keluar tapi malah melihat Hao Yi pergi meninggalkannya.
Wei Wei akhirnya berjalan pulang dengan perasaan kecewa dan sedih. Parahnya lagi, kesialan sepertinya belum mau meninggalkannya. Saat dia berjalan sambil sibuk berkutat dengan ponselnya, tiba-tiba saja ada seorang kakek yang bersepeda terlalu dekat padanya hingga membuat buah-buahan si kakek terjatuh.
Si kakek langsung marah-marah dengan heboh. Dia bahkan tidak mau menerima maaf Wei Wei dan menuntut Wei Wei tanggung jawab dan ganti rugi. Dia bahkan menutut Wei Wei untuk ganti rugi beberapa ribu dolar dengan alasan kalau ini buah impor, jadi harganya mahal.
Hmm... ini kakek kayaknya mau nipu deh. Tapi Wei Wei entah terlalu naif atau terlalu baik hati hingga dia mempercayainya begitu saja. Untung saja Ke Huan cepat datang dan melarangnya mengeluarkan uang.
Dia mengingatkan si kakek bahwa ini adalah trotoar dan bukannya jalan khusus sepeda. Lagipula buah-buahannya si kakek juga terlalu mahal. Jika kakek merasa dirugikan, bagaimana kalau dia panggil polisi untuk menangani masalah ini?
Dia berbaik hati memberikan seribu dolar untuk si kakek dan sukses membuat si kakek pergi juga. Wei Wei seperti biasanya, menolak punya hutang apapun dan berjanji akan mengembalikan uangnya Ke Huan.
"Aku tidak peduli dengan uangnya. Aku hanya mempedulikanmu. Kau masih sakit tapi harus kerja lembur. Kau terjatuh, dibuli rekan kerjanya, dan dimarahi bosmu. Saat akhirnya kau pulang kerja, tunanganmu bahkan tidak menunggumu. Kau sudah sangat sial hari ini, kenapa kau malah membiarkan penipu menipumu?"
"Apa kau penguntit?"
"Aku peduli padamu! Apa sebenarnya yang kau pikirkan? Seseorang menyuruhmu mengompensasi dan kau akan mengompensasinya?"
"Kau tidak perlu peduli padaku! Aku bodoh, aku bego, aku pantas mendapatkannya. Semua ini salahku. Hari ini aku terjatuh dan dimarahi bosku, semua itu salahku. Hao Yi tidak menungguku itu juga salahku. Apa urusannya denganmu?!" Wei Wei hampir menangis mengucap semua itu.
Ke Huan pun seketika luluh melihat matanya berkaca-kaca. "Menangislah kalau kau ingin menangis."
Ke Huan berusaha mendekat, tapi Wei Wei langsung memalingkan mukanya. Dia berusaha bertahan, tapi pada akhirnya dia tidak tahan lagi dan menangis.
Ke Huan ingin sekali menyentuhnya dan menghiburnya, tapi tidak bisa. Akhirnya satu-satunya yang bisa dia lakukan dia hanya berusaha mengalihkan perhatian Wei Wei dengan mengajaknya makan malam bersama. Wei Wei pasti lapar kan?
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam